Lanjut di chapter 3
Maaf ya, karena baru bisa update. Soalnya jaringan di tempatku baru stabil
Terima kasih yang sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini
Semoga suka
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
.Bel pulang sudah berbunyi beberapa jam yang lalu, tapi beberapa siswa masih ada yang berada dilingkungan sekolah. Seperti saat ini, beberapa siswi kelas dua belas menarik tangan Gladis dengan kasar kearah toilet wanita
Gladis merasa sangat takut apalagi ia sudah sering mendengar gosip tentang kenakalan yang sering dibuat oleh beberapa kakak kelas yang berada dihadapannya saat ini, bahkan Gladis pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri
Siapa yang tidak mengenal geng yang sangat senang membuat masalah ini, gang bernama beauty girls yang beranggotakan empat orang dan diketuai oleh Vina. Semua murid sudah mengenal mereka dengan sangat baik. Dimana ada beauty girls disitu ada masalah
Tapi saat ini Gladis sama sekali tidak tau apa masalahnya dengan geng beauty girls ini. Tubuh Gladis didorong dengan sangat keras sehingga punggungnya membentur dinding toilet dengan sangat keras
"Lani, Siska, Jesi" panggil Vina pada ketiga temannya yang tadi keluar dari toilet. Mereka masuk dengan membawa barang di tangan mereka masing-masing
Lani membawa tong sampah yang terisi penuh, Siska membawa seember air kotor bekas pel lantai dan Jesi membawa dua keresek berisi tepung dan telur
"Lakukan yang tadi kusuruh!" Perintah Vina pada ketiga temannya dan dimulailah aksi pembulian yang terjadi pada Gladis. Tidak ada air mata yang keluar dari mata wanita malang itu, tapi guratan ketakutan terpancar jelas dari kedua matanya
"Itu akibatnya jika terlalu keganjenan pada Saga" ucap Vina menatap jijik kearah Gladis yang sudah sangat kotor dan basah. "Saga itu punyaku jadi jangan macam-macam" lanjut Vina hendak menendang perut Gladis tapi seseorang menahan tangannya dan langsung menghempaskannya dengan sangat kasar hingga Vina hampir terjatuh
*
Saga POVBel pulang sudah berbunyi sedari tadi, tapi aku dan kedua sahabatku masih saja berada didalam kelas. Entah kenapa aku merasa sangat gelisah. Aku berdiri dari kursi yang kududuki dan langsung berlari keluar kelas
"Ga, mau kemana?" Teriak kedua temanku yang sedang mencari pulpen yang tertinggal di laci-laci meja
Aku tidak menghiraukan panggilan mereka dan terus berlari ke kelas Gladis. Setibanya di kelas Gladis, aku hanya melihat seorang laki-laki yang hanya duduk diam di kursinya dengan matanya yang mengarah ke lembaran buku didepannya. Aku berjalan menghampirinya
"Khem" aku mendehem membuatnya melihat kearahku
"Ada apa?" Tanyanya dengan ketus
"Kau melihat Gladis?" Tanyaku langsung tanpa memperdulikan nada ketus darinya
"Beauty girls membawanya" ucapnya membuatku langsung berlari keluar setelah mengucapkan terima kasih
Aku berlari ketoilet wanita setelah mendengar percakapan dua orang siswi yang berpapasan denganku, mereka berbicara tentang gang beauty girls yang sedang membuly seorang anak kelas sebelas
Dan benar saja, aku mendengar Vina berteriak "itu akibatnya jika terlalu ganjen pada Saga" . Aku berjalan mendekati toilet wanita dan kembali mendengar Vina berteriak, "saga itu punyaku, jadi jangan macam-macam". Dengan perlahan aku membuka pintu toilet, kulihat Gladis yang duduk dilantai dengan menunduk, pakaian serta rambutnya yang basah dan sangat kotor. Tapi saat melihat Vina yang ingin menendang perut Gladis, aku segera berlari dan menahan kaki Vina lalu menghempaskannya dengan sangat kasar
Saga POV end"S..saga" ucap Vina terkejut dan gugup saat melihat saga didepannya dan tanpa merasa jijik sedikitpun memeluk tubuh Gladis yang bergetar karena ketakutan
"Kenapa, kaget?" Ucap saga dingin setelah membantu Gladis berdiri dan tetap memeluk tubuh Gladis. "Pergilah sebelum aku membalasmu saat ini juga" ucap Saga lagi dengan menatap tajam kearah Vina. Vina mendengus kesal dan menatap sinis kearah Gladis sebelum melangkah pergi dari sana
"Tenanglah, ada aku" ucap saga dengan lembut, masih dengan memeluk tubuh Gladis
"K..kakak tidak jijik padaku?" Tanya Gladis pelan. Pertahanannya runtuh saat itu juga, setetes demi setetes air mata jatuh dari kedua matanya
"Tidak sama sekali" ucap saga dengan lembut. 'cup' saga mengecup kening Gladis sekilas untuk meyakinkan Gladis jika ia memang tidak jijik
"Ayo, aku antar kamu pulang" ucap saga dengan memeluk bahu gladis dan menuntunnya keluar dari toilet
"Tidak usah Kak, lagi pula aku mau bersih-bersih sama ganti baju dulu" ucap Gladis menahan langkah saga
"Baiklah kakak tunggu kamu" ucap saga final
"T..tapi kak.." ucap Gladis terpotong saat saga menggelengkan kepalanya
Gladis melihat kearah sudut toilet, disana kacamatanya sudah teronggok tanpa bentuk yang jelas karena Vina tadi dengan sengaja menginjaknya. Saga mengikuti arah pandang Gladis lalu tersenyum
"Kamu tunggu disini" ucap saga mengeluarkan hpnya dari saku celananya, mengetik beberapa nomor dan langsung menekan tombol panggil setelah melangkah sedikit menjauh dari Gladis
Setelah menelpon saga kembali berjalan mendekati Gladis. Beberapa menit setelah menelpon seorang bapak-bapak berjalan mendekati mereka
"Ini pesanannya den" ucap bapak-bapak itu menyerahkan dua paperbag yang entah berisi apa pada Saga
"Terima kasih, pak" ucap saga
Setelah bapak itu pergi, Saga menyerahkan kedua paperbag itu pada Gladis. "Nih, jangan nolak" ucap Saga dan langsung menarik tangan Gladis dan memindahkan kedua paperbag itu ketangan Gladis
"Cepatlah, aku tunggu di luar" ucap Saga sebelum melangkah keluar dari toilet wanita itu
Gladis membuka kedua paperbag yang ada di tangannya. Paperbag pertama berisi peralatan mandi, sisir dan beberapa alat make up, dan paperbag kedua berisi seragam sekolah lengkap dengan dalaman, dasi dan ikat pinggang. Dengan segera Gladis masuk kedalam salah satu bilik kamar mandi untuk membersihkan dirinya
Beberapa menit berlalu, Gladis keluar dari dalam toilet dengan memakai seragam yang diberikan oleh saga. Tubuhnyapun sudah wangi dan bersih. Rambutnya yang basah dibiarkan tergerai begitu saja. Gladis terlihat sangat cantik tanpa polesan make up yang diberikan oleh Saga
"Kak" panggil Gladis saat melihat saga yang melamun dengan menatap kosong kearah tanaman hias yang berada tidak jauh dari tempat saga berdiri
.
.
.Maaf bila typo bertebaran
Terima kasih & see next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia (COMPLETED)
Teen FictionSaga Safir Rahman seorang pria yang merupakan anak tunggal dari seorang pemilik sekolah dan pengusaha. tampan?, sudah pasti jangan ditanya lagi diantara sekian banyak wanita yang dengan terang-terangan menyukainya, kenapa pilihannya malah jatuh pada...