Alhamdulillah bisa update lagi
Semoga suka
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
."Kamu sudah siap, nak?" Tanya ayah Gladis pada Gladis yang sedari tadi berada di dalam kamarnya
Gladis tidak menyahut membuat ayahnya memanggilnya, "Gladis" panggil ayah Gladis dengan mengetuk pintu kamar Gladis
Karena Gladis masih saja tidak menjawab, ayah Gladis akhirnya masuk kedalam kamar Gladis, dilihatnya Gladis yang hanya diam dengan menatap kosong kearah meja belajarnya
"Gladis" Gladis terkejut saat merasakan sentuhan lembut di bahunya. Gladis melihat kearah ayahnya dalam diam. "Kamu bisa kesini jika kamu mau" ucap ayah Gladis menenangkan
Gladis tersenyum tapi air matanya sama sekali tidak bisa berbohong dengan menetes kepipinya
Gladis terus tersenyum lembut kearah ayahnya, "Gladis akan sangat merindukan ayah" ucap Gladis sebelum memeluk erat tubuh ayah angkatnya
"Ayah juga akan sangat merindukanmu, putri cantik ayah" ucap ayah Gladis dengan mengusap rambut dan punggung Gladis. "Mereka sudah menunggumu sedari tadi" lanjut ayah Gladis mengingatkan
Gladis mengangguk lalu menggendong tas punggung kecilnya dan menarik kopernya keluar dari kamar
"Kamu sudah siap, sayang?" Tanya mama Sarah dengan menyentuh bahu Gladis
"Iya ma, Gladis sudah siap" Gladis tersenyum lembut kepada mamanya
"Makasih ya Syawal sudah merawat putri saya dengan baik" ucap mama Sarah dengan menatap kearah ayah angkat Gladis
"Iya, mulai sekarang jangan sungkan jika kau memerlukan bantuan dari kami" ucap papa Yandi, papa Gladis
Ayah angkat Gladis hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Ia melihat kearah Gladis dengan tersenyum menenangkan
"Mulai sekarang berbahagialah, nak" ucap ayah Gladis dengan tersenyum lembut
"Iya ayah, terima kasih karena telah merawat Gladis sampai sebesar ini" ayah Gladis mengangguk dan tetap tersenyum lembut kearah Gladis
Gladis terus menatap ayahnya, tidak lama ia kembali berlari kearah ayahnya dan memeluknya dengan sangat erat. "Jaga diri dan kesehatan ayah" pesan Gladis
"Kamu juga sayang, karena mulai sekarang ayah tidak bisa melindungimu" ucap ayah Gladis dengan terus mengusap rambut Gladis
"Yah, Gladis mohon jangan kasih tau keberadaan Gladis pada orang lain" bisik Gladis ditelinga ayahnya. Ayahnya hanya mengiyakannya saja
Gladis melepas pelukannya "Gladis pergi yah" pamit Gladis diangguki ayahnya
"Kita pergi dulu ya, Syawal?" Pamit papa Gladis merangkul bahu Gladis dengan sayang
Selama diperjalanan menuju bandara, mama dan papanya menceritakan kejadian dimana mereka kehilangan Gladis. Mereka juga mengatakan jika kakaknya Gladis sekarang berada di Australia untuk urusan kuliah
Gladis yang duduk diantara kedua orangtua kandungnya hanya bisa diam mendengarkan apa yang keduanya ucapkan padanya
Setibanya di bandra mereka harus menunggu beberapa saat karena jadwal penerbangan pesawat yang akan mereka naiki memang masih beberapa jam lagi
Mama Sarah menyandarkan kepala Gladis di pelukannya dan mengusap rambut Gladis dengan lembut
"Mama bahagia, karena bisa bertemu denganmu lagi" bisik mama Sarah
"Gladis juga bahagia, karena ternyata Gladis masih memiliki mama" ucap Gladis dengan setetes air matanya yang mengalir kepipinya
"Jangan menangis sayang" ucap mama Sarah dengan menangkup pipi Gladis di kedua telapak tangannya kemudian menghapus air mata di pipi Gladis dengan ibu jarinya
Mama Sarah kembali menarik Gladis kedalam pelukannya
Setelah menunggu beberapa saat mereka mulai melakukan cek in sebelum masuk kedalam pesawat
Beberapa menit menunggu didalam pesawat, akhirnya pesawat yang di gunakan oleh Gladis dan keluarganya mengudara meninggalkan bandara Soekarno-Hatta
Bersamaan dengan itu sebuah pesawat yang lain mulai mendarat ke bandara Soekarno-Hatta
.
"Istirahatlah sayang!" Ucap mama Sarah pada Gladis yang hanya diam dengan menatap kosong pemandangan diluar jendela pesawatMereka sudah beberapa jam berada di dalam pesawat tapi Gladis sama sekali tidak merasa mengantuk
"Ma, apa aku sungguh anak kandung mama?" Tanya Gladis dengan bersandar dibahu mamanya yang terasa sangat nyaman
"Mama yakin 100% dengan hal itu. Kenapa hm?, kamu mau kita melakukan tes DNA ulang?" Tanya mama Sarah
"Tidak ma, Gladis hanya ingin tau tentang hal ini" ucap Gladis dengan tersenyum
"Kamu itu anak kandung mama dan papa" mama Sarah memeluk erat tubuh Gladis dan mengecup keningnya dengan sayang
"Kamu tau, saat kamu hilang, mama rasanya seperti mati, tapi waktu itu papa dan kakakmu yang jadi penyemangat mama. Kita sudah cari bertahun-tahun sampai kerahkan banyak polisi dan beberapa detektif handal tapi tetap tidak membuahkan hasil" mama Sarah kembali bercerita
"Oh iya, waktu itu mama ingat kamu ada bermasalah di hati kamu. Apa kamu masih sering merasakan gejala-gejala yang aneh pada tubuh kamu?" Tanya mama Sarah dengan menangkup pipi Gladis
Gladis diam dan menundukkan kepalanya. Mama Sarah langsung memeluk erat tubuh Gladis
"Mama akan berusaha melakukan yang terbaik, agar kamu segera sembuh" tekad mama Sarah sebelum kembali mengecup kening Gladis
Gladis melepaskan pelukannya pada mamanya dan langsung mengeluarkan beberapa macam obat dari dalam tasnya kemudian menyerahkan itu kepada mama Sarah
"Sejak kapan kamu mengkonsumsi obat-obatan ini, sayang?" Tanya mama Sarah dengan terkejut
"Sejak masih kecil, ma" jawab Gladis. Mama Sarah langsung kembali menarik Gladis kedalam pelukannya
Papa Yandi sama sekali tidak terganggu tidurnya, padahal kedua orang di sampingnya terus saja bersuara
"Sekarang kamu harus tidur. Mama tidak mau kalau kamu sampai kelelahan dan kurang tidur" Gladis hanya menuruti ucapan mamanya dengan langsung menutup matanya
Gladis merasa sangat nyaman dalam tidurnya, karena berada di dalam pelukan erat seorang mama yang sangat ia rindukan. Gladis merasakan keningnya dikecup beberapa kali, membuat tidurnya semakin nyenyak dan hal itu membuat senyum Gladis terbit di bibirnya
.
.
.Maaf bila typo bertebaran
Ranina0412
Thanks & see next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia (COMPLETED)
Teen FictionSaga Safir Rahman seorang pria yang merupakan anak tunggal dari seorang pemilik sekolah dan pengusaha. tampan?, sudah pasti jangan ditanya lagi diantara sekian banyak wanita yang dengan terang-terangan menyukainya, kenapa pilihannya malah jatuh pada...