Bd 10

6.8K 371 6
                                    

Alhamdulillah bisa up lagi

Sebelumnya saya minta maaf kalau jadwal update cerita ini tidak beraturan, soalnya saya sesuaikan dengan waktu senggang saya. Kalau ada waktu luang aku usahain untuk update tapi kalau tidak, aku minta maaf

Dan soal jaringan juga. Kadang jaringan hpku jelek jadi maaf kalau updatenya kadang kelamaan

Lanjut lagi deh

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

Gladis kembali menghela nafas legah, mengingat ponsel saga tadi telah menyelamatkannya

Saga sudah pergi setelah berbicara cukup lama dengan orang yang berada di seberang telponnya

Gladis segera kembali ke rumahnya setelah tadi kabur untuk menenangkan dirinya

Gladis kembali kerumahnya karena telah merasa siap untuk menghadapi kenyataan yang memang harus ia hadapi

Mobil itu masih setia terparkir di halaman depan rumahnya padahal ia telah pergi dari tiga jam yang lalu

*
Sebulan lagi Gladis akan melaksanakan ujian Nasional yang akan menentukan dirinya lulus atau tidak

Gladis yang sedang berbaring di atas meja langsung bergerak mengambil hpnya yang berkedip didepannya

Kembali Vina mengirimkannya beberapa foto. Awalnya Gladis merasa senang setelah mengetahui jika Vina pindah ke Australia, karena menurutnya tidak akan ada lagi yang mengganggunya

Ternyata Vina tetap mengganggunya dengan mengirimkannya beberapa foto setiap seminggu sekali

Foto yang memperlihatkan dua orang, pria dan wanita yang terlihat sangat dekat

Tidak lama kemudian hp Gladis berdering. Gladis segera menegakkan tubuhnya setelah melihat nama pemanggil yang tertera dilayar hpnya

"Halo ma" ucap Gladis dengan pelan

'hay sayang, kamu apa kabar?' tanya orang di seberang telponnya dengan sangat lembut

"Alhamdulillah baik. Mama sendiri apa kabar?"

'mama juga baik'

"Soal penawaran mama waktu itu" Gladis diam sejenak. "Aku akan kesana setelah selesai ujian. Ayah juga sudah menyetujuinya" Lanjut Gladis setelah menghela nafas pelan

'mama menunggu kedatanganmu, sayang'

"Yaudah, Gladis tutup telponnya dulu ya" ucap Gladis

'iya sayang, jaga diri kamu baik-baik. Mama menyayangimu' ucap orang diseberang sebelum akhirnya panggilan terputus

Gladis menatap hpnya dalam diam. Hp yang diberikan pada saat itu oleh orang yang tadi menelponnya

Flash back on
Gladis kembali menghembuskan nafas berat dengan melihat kearah mobil putih yang masih terparkir didepan rumahnya

"Assalamu'alaikum" ucap Gladis akhirnya

"Wa'alaikumus salam" jawab orang yang ada didalam

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya ayah Gladis dengan menatap lembut kearah Gladis. Gladis mengangguk pelan

Gladis melihat kearah kedua wanita dan seorang pria yang duduk bersama ayahnya. Ketiga orang itu juga menatap kearah Gladis dengan tatapan bahagia bercampur sedih

Gladis mengambil duduk disamping ayahnya. "Keputusannya ada ditanganmu, nak. Kami tidak akan memaksamu" ucap ayah Gladis dengan lembut

Gladis melihat kearah ayahnya dengan tatapan sedih. "Ayah akan baik-baik saja. Ayah senang kalau kamu mau ikut dengan mereka, karena mereka adalah keluarga kandung kamu" ayah Gladis mengelus rambut Gladis dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang

"Gladis mau tetap sama ayah" Gladis memeluk erat tubuh ayahnya. Orang yang telah merawatnya sejak ia masih berumur hampir setahun

Gladis merasakan usapan lembut tangan ayahnya dipunggung dan rambutnya yang ia biarkan tergerai

"Biarkan dia menenangkan pikirannya dulu. Beri dia waktu sampai dia memang siap menerima kenyataan ini, juga menerima kalian" ayah Gladis berucap dengan masih mengusap punggung Gladis

"Ini untukmu, nak. Mama akan sering menghubungimu" ucap salah satu wanita yang mengaku sebagai mama kandung Gladis

Setelah merasa cukup tenang, Gladis melepas pelukannya dari tubuh ayahnya

"Kami menunggu keputusan yang terbaik menurutmu, nak" ucap pria paruh baya yang mengaku sebagai papa kandungnya dengan merangkul bahu seorang gadis yang umurnya kira-kira lebih tua darinya. "Kalau begitu kami pulang dulu" pamit pria itu diangguki ayah Gladis

Ayah Gladis mengantar ketiga orang itu sampai keluar rumah, meninggalkan Gladis yang masih sesegukan sendirian di ruang tamu

Gladis menatap hp dan beberapa barang lainnya yang ditinggalkan ketiga orang itu di ruang tamunya

"Tenangkan dirimu dulu setelah itu pikirkan dengan pikiran jernih. Ayah akan menghargai apapun keputusanmu" ayah Gladis mengusap rambut Gladis sekilas sebelum melangkah masuk ke dalam salah satu kamar yang ada dirumah sederhana itu

Flash back off

Gladis kembali menatap foto yang dikirim oleh Vina. Gladis mengusap foto wanita yang ada di foto itu

"Semoga kakak bisa bahagia bersama kak Anita" ucap Gladis penuh harap dengan melihat kearah foto pria yang ada di foto itu

Tanpa terasa setetes air matanya mengalir di pipinya. Dengan segera Gladis menghapus air mata itu

Gladis merasa sangat mual dan sakit diperut bagian atasnya. Gladis mengambil beberapa obat dari dalam tasnya dan segera meminumnya. Karena terlalu banyak berfikir Gladis lupa untuk meminum obatnya

Gladis menghembuskan nafas legah saat rasa sakit dibagian atas perutnya mulai berkurang

Gladis kembali menidurkan kepalanya diatas meja dengan beralaskan kedua tangannya yang ia lipat diatas meja

Ia kembali memikirkan ucapan Saga beberapa bulan yang lalu. Ucapan Saga tentang dirinya yang tidak bisa kesini selama satu semester

"Semoga kakak bisa bahagia dan maaf aku tidak bisa lebih lama tinggal di sini" ucap Gladis dengan mengusap gambar Saga yang ada di foto yang baru saja Vina kirim

Dadanya terasa sangat sesak, karena jujur ia telah menyimpan sebuah perasaan istimewa kepada Saga

'semoga kak Nita bisa buat kak Saga bahagia' harapannya dalam hati sebelum menutup matanya sejenak

.
.
.

Maaf bila typo bertebaran

Ranina0412
Thanks & see next chapter

Bukan Dia (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang