"Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, namun dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain."
-Hukum Kekekalan Energi-*
💨
*
Dua kumparan udara melesat dari langit, mendarat tepat di halaman kediaman Azra. Suasana yang mulanya cerah, tiba-tiba menjadi berefek sephia. Aura dunia maggie yang tak bisa dirasakan apalagi dilihat oleh manusia menyelimuti seketika.Pada siang itu juga, Rita dan Ikbal yang tidak sekolah karena ini akhir pekan, membebaskan rasa penasaran akan suara ribut di depan rumah, berlari dan mengintip keadaan luar melalui jendela.
"Kamu pernah melihat yang seperti itu?" tanya Rita.
Ikbal menggidikkan bahunya. "Aku juga belum pernah lihat mereka. Mungkin teman-teman paman."
Terlihat berpikir, seketika bahu Rita menegang. "A-apa mungkin, ini ada hubungannya sama drawer?"
"Aku akan memberitahu paman," timpal Ikbal membalikkan badan.
Lelaki itu langsung dibuat terlonjak tatkala mendapati penampakan pamannya sudah berdiri di hadapan. Bahkan ia hampir menabrak lelaki dengan raut muka yang terlihat geram. Ikbal mundur selangkah.
"Kenapa nggak jad- eh, paman?"
Azra menghiraukan Rita, melirik sekilas ke luar lalu berkata, "Kalian, masuk ke kamar."
Kedua bocah itu saling berpandangan, kemudian menatap sang paman.
"Sekarang!" titah Azra lagi dengan nada rendah penuh penekanan.
Mereka berdua menuruti intruksi Azra, melangkah cepat menuju kamar Ikbal--ruangan terdekat setelah tangga--namun belum sempat masuk, keduanya lebih dulu dikagetkan oleh suara pintu utama yang dengan kasar dibuka secara paksa.
Mata Ikbal membola. "Gordon."
"Ikbal!" panggil Rita yang menyadarkannya untuk segera masuk. "Kamu tadi bilang apa?"
"They're gordon. Aku yakin seratus persen," ujar Ikbal dengan mata berbinar.
Rita menenggak ludah kepayahan. "It's a nightmare. Mereka akan langsung membawa kita?"
Lelaki itu menggeleng. "Bukankah ini suatu kehormatan, kita didatangi gordon secara langsung, Ta! Wow!"
"Wow gundulmu!" Rita menjitak Ikbal. "Itu artinya kita bakal diseret, dimasukkin ke drawer sama mereka. Dan kamu senang?"
"Sekali lagi kamu main tangan, aku nggak segan main kaki," ancam Ikbal. "Aku senang karena hal lain, bukan karena akan ke drawer, because gordon is so cool. Kamu pasti jarang baca buku dari paman makanya nggak seheboh aku layak gini."
Rita menciut, benar kata Ikbal, dia memang jarang- ah bahkan hanya satu dua kali saja menyentuh buku-buku yang Azra berikan pada mereka. Semua tumpukan kertas itu berisi tentang semua yang berkaitan dengan dunia maggie. Walaupun Azra kerap kali menyuruh mereka setidaknya menyelesaikan satu buku dalam seminggu, Rita mengabaikan anjuran itu, ia memang sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui tentang dunianya. Kenyataan jika ia seorang magicer, masih belum bisa diterimanya.
"Seingetku, yang laki-laki tadi adalah Reyes. Dia ketua gordon periode abad ini. Magicnya berhubungan langsung dengan kekuatan matahari." Ikbal membeda sembari mengingat-ingat. "Kalau yang cewek tadi... Mea- ehm... aku agak lupa namanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORACLE
FantasyAku tahu apa yang akan terjadi pada satu jam, satu minggu, bahkan seratus tahun kemudian. Namun aku tak dapat mengubah apa yang sudah terjadi sedetik yang lalu. -The Frosty Oracle-