22. Betrayal

24 11 0
                                    

Awal dari akhir.

🍂

"Jadi, sehabis ini apa yang akan kamu perbuat?"

Pertanyaan Ravi membuat mata Axe memejam beberapa saat. Ia baru saja selesai membaca sang ketua. Ravi yang tidak mau bertele-tele, langsung menginginkan penyelesaian darinya. Lagi pula dengan mengetahui apa yang Axe lihat, ia belum tentu bisa paham dengan apa yang akan terjadi. Ia tak butuh penjelasan.

"Sepertinya aku harus bergabung dengan mereka..."

Ravi mengerutkan alisnya.

"...black magic. Aku harus menjadi bagian dari mereka."

Keduanya lalu tersentak akibat pintu yang tiba-tiba terbuka.

"Meisie! Apa yang kau--"

"Kecurigaanku terhadapnya benar! Dia sudah di bawah pengaruh mereka!" Meisie berkata dengan terengah-engah. "Aku melihatnya sendiri! Bahkan dia hampir membunuhku barusan!"

"Dia... Dia siapa yang kau bicarakan?"

Wanita itu memegang perutnya, terlihat kesakitan. "Reyes. Setelah black magic melepasku, mereka memanfaatkannya. Tapi aku yakin ini hanya perantara, agar bisa mengendalikan entah itu kau, atau oracle," jelas Meisie melihat Ravi dan Axe bergantian. "Jika dibiarkan, ini akan sangat riskan. Aku tidak mau kejadianku terulang lagi."

"Kalau begitu, kita harus segera menangkapnya."

Ravi yang sudah dipenuhi amarah lantas bangkit dari kursi, namun Axe menahannya.

"Tidak, biarkan saja." Kalimat itu langsung membuatnya mendapat dua pasang tatapan menyalang. "Aku rasa justru ini akan menjadi jalan agar aku bisa bergabung dnegan mereka. Dengan aku menjadi bagian dari black magic, bukankah itu akan mempermudah bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara untuk menghadapi mereka?"

Ravi dan Meisie yang mendengarkan saling berpandangan.

"Itu bisa saja dilakukan, tapi nyawamu bisa menjadi taruhannya."

"Apa tidak ada cara lain?" tanya Ravi berharap. Sebagai ketua, ia tak mau ada satupun magicer yang musnah. Jika ada yang harus berkorban, seharusnya dialah orangnya.

"Tidak, aku akan baik-baik saja hingga penyerangan tiba. Baru keadaan setelahnya... yang aku tidak bisa memastikan."

"Kalau begitu, kita harus segera bergerak."

Meisie dan Axe mengangguk. Ya, mereka harus segera menyusun rencana.

***

"El, sudah mendengar kabar pagi ini?"

Pertanyaan Freya membuat yang ditanya berdeham mengiakan tanpa mengehentikan kegiatannya, menyortir biji-bijian dan memasukkannya ke dalam karung.

"Memang ada kabar apa?" Devan yang baru bergabung dan bertanya dengan tatapan polos langsung mendapat sorotan sinis dari Freya.

"Mending kamu balik tidur saja, Dev. Biar dunia ini lebih tenang."

"Let's see the war begin," ucap Zidane yang juga sedang mengerjakan pekerjaannya tak jauh dari Ely, memindahkan karung-karung tadi ke mesin sebentuk katrol yang terhubung ke lantai atas. Ia juga menggunakan fire magicnya untuk mematangkan bibit-bibit yang masih terlalu muda.

"Aku cuma bertanya, kenapa kamu sewot?!"

"Hey, lihat siapa yang bicara! Aku biasa saja barusan. Kamu itu yang--"

THE ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang