O7. Kenal Kenal Naksir

29.6K 5.4K 1.7K
                                    


Dipublikasikan pertama kali pada 30 Mei 2020
Telah direvisi pada 16 Januari 2021

Baskara, Adimas, Radhika, Zahra, dan Sherly, diruang tengah sekarang mereka berada. Ketiganya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Radhika dan Baskara duduk diatas sofa, Radhika dengan gamenya, dan Baskara dengan laptopnya. Sedangkan Adimas, Sherly dan Zahra duduk lesehan di lantai dengan spidol dan kertas asturo putih diatas meja.

"Eh, kurang lurus garisnya," tegur Adimas.

Sherly, gadis itu akhirnya menyerahkan pensil dan penggaris yang tadinya ia pegang kepada Adimas, "Nih, gambar sendiri. Udah gue bilang gue ngantuk masih aja dipaksa nemenin kalian," ungkapnya dan berlalu meninggalkan mereka menuju kamar.

"Dih, marah dia?" gumam Adimas.

Zahra menggeleng, jujur ia mengutuk perbuatan Adimas barusan. Seperti tidak menghargai karya Sherly, "Cepetan, Dim. Bikin garisnya yang lurus, gak lurus malu-maluin anak Teknik Sipil lu," perintahnya.

Segera saja pemuda itu melanjutkan pekerjaan Sherly. Di ruangan tak begitu luas ini, mereka berempat sedang membuat kalender proker mereka. Kenapa hanya mereka berempat? Sudah jelas, anggota yang yang lain sudah tidur tapi ada pula yang keluar sebentar. Padahal, ini baru jam delapan malam tapi yang lain sudah tidur. Mungkin karena terlalu lelah.

"Dim, tadi Raden udah ada ngeluarin stop kontak dari kopernya belum?" tanya Baskara ketika menyadari laptop dihadapannya menampilkan perintah jika baterai laptop melemah.

Masih dengan membuat pemetaan kalender pelaksaan program kerja kelompok mereka, pemuda itu berucap, "Belum. Anaknya belum buka koper sama sekali, belum mandi juga langsung cabut," terangnya.

Tia-tiba Baskara mengubah topik pembicaraanya, "Oh iya, Dim? Buat yang dulu gue marah-marah sama lo pas hari pemaparan, gue minta maaf, ya?" ucap Baskara karena sebenarnya dia sampai sekarang masih saja merasa bersalah karena hal tersebut.

Alis Adimas bertaut, setelahnya ia menjawab, "Udah lah, lur. Santai aja gue mah."

Naluri perempuan, suka kepo. Itu juga yang dimiliki Zahra hingga akhirnya Zahrapun iktu menanggapi, "Lo seriusan, nemuin Mbak mantan lo? Gimana? Udah dapet kerja?"

Menghela napas, akhirnya Adimas kembali bercerita hari ini, "Belum, Ra. Suka sedih gue kalau dia juga sedih. Se-sayang itu, sama dia."

"Sabar, belum rezekinya. Kenapa bisa putus?" tanya Zahra.

"Milih yang lain dia. Yang jelas, yang lebih baik dari gue," singkatnya.

Baik Baskara maupun Zahra hanya mengangguk mengerti. Sebenarnya, isi kepala Baskara dan Zahra sama. Mereka sama-sama berpikir, "Emang secantik apa sih mantan lo, Dim? Lo kan ganteng." Zahra dan Baskara, malah melontarkan pertanyaan tersebut secara bersamaan dengan nada yang sama pula.

"Dulu pas pacaran sama gue cantik, sekarang jelek," singkat Adimas, tak mau ingat lagi wajah Dahayu.

"Tapi gue masih sayang," lanjut Adimas.

Baskara menggeleng. "Aduh, bucin banget sama mantan. Gue juga pernah, sih," ucapnya sambil mengingat salah satu mantan pacarnya dari barisan semua mantan.

"Eh iya, baterai lo abis ini ya, Bas?" tanya Zahra ketika melihat Baskara yang tak lagi menatap laptopnya. 

Baskara mengangguk, "Iya, mana colokan di kamar cowok cuma ada dua, di pakai semua pula," keluhnya.

"Sini, biar gue charge ke kamar cewek aja. Ada colokan disana," tawar Zahra. Baskara langsung menyerahkan laptopnya pada perempuan tersebut untuk diambil alih.

Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang