Senyum dulu lah gue. Hehe.
Pagi ini, tidak jauh beda dari pagi yang kemarin-kemarin di posko KKN kelompok 09. Masih sama, ada yang pergi ke pasar, ada yang masih tidur, ada pula yang antri kamar mandi, dan ada pula yang nganggur di ruang tengah hanya sekedar sibuk bercerita. Padahal, pagi ini kelompok mereka ada kunjungan ke SD Negeri 02 Kalisegoro tapi mereka masih santai-santai saja padahal kunjungan nanti pukul delapan sedangkan sekarang sudah jam setengah tujuh.
"Iya, sumpah gara-gara Juna. Ga bisa nahan buat ga ngomong emang," keluh Hema mengingat kejadian tadi malam di jembatan saat adzan maghrib kemarin. Tidak salah lagi, penghuni posko yang sedang nganggur pagi ini tak lain dan tak bukan adalah Hema, dan orang-orang yang ada disana juga.
"Lo ini ga lagi bohong kan, Hem?" tanya Sherly yang juga nganggur pagi ini. Gadis itu tidak tahu apa yang dialami Hema dan Arjuna kemarin petang karena saat keduanya pulang membeli roti dan bercerita pada anggota yang lain, Sherly sedang ada di kamar, melakukan panggilan video dengan pacarnya yang jauh darinya.
"Yailah, ngapain gue bohong ketemu makhluk pucet kek gitu sih, Ly? Buat apaan? Lo kira gue ngarang? Ini gue ga lagi ikut lomba menulis nasional," balas Hema mencoba meyakinkan.
"Terus lanjutannya gimana?"
Hema berdecak, "Ya udah gitu doang. Gue sama Juna ketemu makhluk itu. Ya gimana, jelas kaget. Sampe gue malah keliru baca doa mau makan. Kuntinya abis itu ilang, takut kali kalau gue makan dia beneran," jelasnya.
"Tapi sumpah, mukanya pucet banget macem kebanyakan krim kiloan," tambah Hema.
Renata yang dari tadi disana tapi tidak mendengarkan Hema, kini mulai bereaksi dan mengolok-olok, "Rakus amat ampe makan setan. Makan granat atau rudal kan bisa," ucapnya dengan pandangan masih fokus pada laptop di pangkuannya.
Pandangan nyalang diberikan Hema pada Renata, "Ni cewek sekalinya ngomong langsung pengen gue lakban mulutnya," marahnya. Setelahnya, tidak ada yang bersuara dan ketiganya sama-sama sibuk sendiri sampai ketika mereka melihat Raden yang baru bangun diambang pintu kamar yang ingin menghampiri mereka bertiga.
"Aku bangun tidur tiba-tiba pengen ngomong sama kamu," ucap Karin ketus.
Raden yang sadar diajak bicara langsung mengalihkan pandang pada Karin, "Hah? Kamu ngomong sama aku?" tanyanya.
"Enggak. Ngomong sama vas bunga aku," sinisnya.
Raden mengambil napas, siap-siap mendengar ocehan Karin.
"Kamu pura-pura ga tau salah kamu dimana?" tanya Karin.
Pemuda itu mendudukan diri di sofa, menutup wajah bantalnya dengan kedua tangan lalu mengusapnya dengan frustasi. Bisa ia lihat, Hema, Renata, juga Sherly yang sama-sama sibuk seperti tidak ingin tahu dan ikut campur urusan keduanya.
"Sebenernya kamu kenapa? Sini, duduk dulu. Tenang," ucap Raden halus.
Karin membuang pandangan, "Halah, basi lah. Males," marahnya.
"Aku salah apa, sayang?"
"Sayang-sayang! Kalau sayang tu ga kayak gitu! Pagi ini kamu ambil air shopee tanam aku! Capek-capek aku minta ke orang-orang buat nyiramin tanamanku, tapi kamu bilang ga sengaja ngambil lima tetes air punyaku," semprot Karin.
Karena kegaduhan yang ada di luar, Rui dan Zahra yang sedang memasak di dapur sampai keluar dan melihat apa yang sedang terjadi sebenarnya.
"Anjir, gelud. Shopee tanam pemecah tali asmara," celetuk Zahra lalu kembali lagi ke dapur.
Rui mengernyit, sedikit bingung, "Emang mereka berdua pacaran?" tanyanya pelan.
Sementara itu, di ruang tengah suasana masih panas antara kedua manusia tersebut. Raden menepuk jidat. Pening, baru bangun tidur sudah diajak berdebat, "Ya Allah, sumpah, aku ga sengaja. Aku itu awalnya mau nyiram tanaman kamu, tapi malah keliru ngambil air. Lagian, kamu sering ngambil air aku tapi aku ga-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]
Random[SUDAH TERBIT DI PENERBIT LOVRINZ] CERITA MASIH LENGKAP Asam manis kisah lima belas mahasiswa KKN yang tinggal di posko KKN. Dalam kurun waktu 45 hari, apakah mereka mampu menyelesaikan semua program kerja yang telah direncanakan? ft. 00line ©2O2O...