O5. Kenapa Kelompok Kita, Susah Kompak?

32.7K 5.7K 1.9K
                                    

Dipublikasikan pertama kali pada 18 Mei 2020
Telah direvisi pada 15 Januari 2021

Satu minggu lalu, pemaparan usulan KKN Tematik sudah selesai. Beruntungnya, kelompok KKN Desa Kalisegoro dinyatakan lolos seleksi paparan program program kerja yang diumumkan melalui portal KKN Universitas tadi malam. Tentunya, setelah pemaparan program kerja, terbitlah revisi.

Kali ini, untuk revisi, Zahra tidak mau kerja sendirian lagi, mentang-mentang sekretaris. Perempuan itu mengajak seluruh anggota kelompoknya untuk ikut berkontribusi dalam hal revisi— meskipun seperti biasa, pasti ada saja yang beralasan tidak bisa hadir. Ketua tim mereka saja, juga baru saja sampai.

"Yang di revisi, apa aja, Bas?" tanya Zahra.

Senyum Baskara langsung pudar. Pemuda itu menengok pada Zahra. "Ra, ini gue baru sampai belum duduk, loh," ujarnya.

"Tangan gue udah gatel mau ngerevisi. Biar cepet selesai," balas Zahra.

"Oh, gitu. Semangat ngerjainnya, kalau capek istirahat dulu," ucap Baskara.

Zahra mendengus. "Jangan bikin jiwa kriminal gue muncul lo. Mood gue buat mukul orang jadi muncul lagi," kesalnya.

"Cewek kok gampang banget kesel. Kenapa, ya?" tanya Hema.

Tiba-tiba, Zahra meraupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya. "Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang bilang gue cewek," ujarnya penuh dengan rasa syukur.

"Sedih banget gue, dulu pas gue kerja ngawasin proyek pengerjaan tandon sama temen-temen deket gue malah dikatain orang-orang disana kayak cowok. Serius, padahal cantik gini," ucapnya.

"Padahal cewek-cewek di sipil itungannya lumayan juga, loh. Angkatan gue aja ada sepuluh anak, setahu gue. Justru yang nyaris nggak ada malah anak mesin sama elektro," imbuhnya.

Hema mengangguk. "Bener, angkatan gue ceweknya cuma satu doang."

Adimas berdecak. "Gue salut, sih, sama cewek-cewek jurusan gue. Tapi, ntar kalau lulus agak susah nggak, sih? Kalau misal mau cari kerja. Jadi gini, dulu gue punya mantan, kating angkatan 2015. Dia kan hitungannya fresh graduate. Kemarin cerita sama gue, susah banget dia cari kerjanya. Nge-apply sana-sini mentok di interview aja, dan saingannya cowok semua. Loker juga kebanyakan khusus cowok, padahal dia juga udah ada sertifikat K3 Konstruksi juga padahal. Sedih banget gue, kalau mikirin dia," pemuda itu bercerita, sambil mengaduk jus alpukat dihadapannya.

"Dim, coba tanyain sama dia, udah coba Wijaya Karya, Adhi Karya, PP, Waskita Karya, dan kawan-kawan, apa belum?" saran Zahra.

Adimas menggeleng. "Belum ada yang buka lowongan mereka, katanya. Sekarang itu malah banyaknya IT. Kayak desain-desain UI, desain UX yang bertebaran. Bima tuh, kayaknya gampang kalau cari kerja nanti."

"Aamiin," sahut Bima meng-amini perkataaan baik yang baru dilontarkan Adimas. "Semoga segala doa baik, balik ke kalian semua," lanjutnya.

Zahra mengangguk, agak memikirkan juga bagaimana nasibnya kedepan nanti. "Gue sertifikasi juga baru dapet dua bulan yang lalu, sama pengalaman KP doang," balas Zahra.

"Kalau sertifikat kayak gitu, dapat dari kampus, Ra?" tanya Karin yang penasaran.

Adimas menyahut. "Bukan. Ada LPJK yang ngadain, ada bimbingan teknisnya juga sama PUPR. Sibima PUPR," jelasnya.

"Duh, gue nggak paham," ucap Danila yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

"Eh iya, kemarin gue coba cari di KJPP, Dim. Coba googling daftar KJPP di Indonesia apa aja terus buka webnya satu-satu. Setahu gue, anak sipil bisa kok kerja di KJPP. Penilai properti, gue pernah lihat," saran Zahra.

Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang