Dipublikasikan pertama kali pada 26 Mei 2020
Telah direvisi pada 16 Januari 2021
Kalian pernah memiliki teman yang suka makan, tetapi makanan itu bukan miliknya sendiri melainkan milik orang lain, atau bahkan itu makanan milik kalian? Mungkin nasib kalian sama seperti Adimas. Ibaratnya, Adimas hanya beli saja, tapi orang lain yang menghabiskan.
Dan itu, selalu Lia.
Lia memang teman Adimas sejak Raden memperkenalkan gadis itu dengannya, karena dahulu waktu mereka masih mahasiswa baru, Lia selalu datang bersama teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan tugas. Jadi, dari sanalah Adimas kenal dengan Lia.
Dimata Adimas, Lia ini memang tipikal gadis yang suka nyemil dan hobi makan. Lia bukan seperti gadis-gadis lain yang mati-matian menghindari gorengan. Lia suka gorengan, tapi Lia takut gendut, mirip seperti pembaca cerita ini.
Adimas menggeleng, "Sumpah ya, Li. Ga kasian apa sama gue yang beli itu mendoan tapi elu yang habisin," ucapnya karena tadinya gorengan tersebut ingin ia makan sebagai pengganti sarapan karena ia sudah teburu-buru.
"Lu kan tadi yang nyuruh makan, Dim. Katanya jangan sungkan, lah ini kita ga sungkan buat ngehabisin gorengan lu," sahut Zahra yang juga ikut makan gorengan.
Lia mengangguk setuju, "Nah bener tuh," ucapnya.
Pagi ini, kelompok mereka tengah berkumpul untuk bersiap menuju desa lokasi KKN mereka karena setelah pembekalan lalu upacara pelepasan yang dilakukan dua hari kemarin, besok adalah hari penerjunan tiap kecamatan dan mereka memang berencana untuk tidur di posko KKN mereka mulai malam nanti.
"Bas, sumpah lu beneran udah dapet posko KKN, kan?" tanya Adimas.
Udah, santai aja. Gue juga udah koordinasi kesana sama pihak desa, ngajak pak Bulan juga gue," ujar Baskara. Pemuda itu mengamati teman-temannya. Baru sadar, barang bawaan mereka cukup banyak juga, "Lo semua bawa barang banyak bener. Kayak mau naik haji," ucapnya.
"Koper satu doang," balas Adimas. "Itupun gue baru tadi pagi packing-nya. Mana kelabakan," ucap Adimas.
"Bukan lo, Dim. Tapi Bima," koreksi Arjuna yang paham dengan banyaknya barang bawaan Bima. Satu koper, dan dua kantong besar entah berisi apa yang tergeletak di samping koper warna navy miliknya.
Bima yang sedang menyeruput es teh plastiknya menengok. "Hah? Bawaan gue? Gue cuma bawa jas almet, baju santai, baju yang biasa gue bawa kuliah, daleman, jaket, kaos kaki, sepatu, sama sandal jepit doang,"
"Lah itu, dua kantong gede banget, isinya apaan?" tanya Baskara.
"Oh, itu jajan. Tadi malem bunda gue ke kosan, bawa jajan banyak. Buat temen-temen KKN, kata beliau," jelasnya.
Radhika senang bukan main, ada makanan gratis. "Bim, semoga bundamu sehat terus, ya. Dipanjangin juga umurnya dan dijauhkan dari segala penyakit."
Bima meraupkan kedua telapak tangannya pada wajahnya. "Aamiin... bundamu juga, Dhik. Bahagia terus," sambutnya juga ikut mendoakan dan diamini oleh Radhika.
"Lihat Bima, bawaanya adeeem terus. Walaupun kadang suka ngeselin, ngagetin juga kalau pas dia nggak sengaja lihat mereka," sahut Lia.
Arjuna mengernyit. "Anak indomie?" tanyanya yang diangguki oleh Lia.
"Tapi, kadang-kadang doang, sih," jawab Lia.
Baskara mengangguk. "Kira-kira, ini kita cuma bawa dua kasur lipat. Cukup nggak, ya?" ujar Baskara ketika melihat dua kasur lipat warna biru yang ada diletakkan dibawah. "Disana itu nggak ada kasur."

KAMU SEDANG MEMBACA
Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]
Random[SUDAH TERBIT DI PENERBIT LOVRINZ] CERITA MASIH LENGKAP Asam manis kisah lima belas mahasiswa KKN yang tinggal di posko KKN. Dalam kurun waktu 45 hari, apakah mereka mampu menyelesaikan semua program kerja yang telah direncanakan? ft. 00line ©2O2O...