17. Wejangan Lagi

21.1K 3.6K 864
                                    

TIDAK DIREVISI

Di teras posko, Baskara terus-terusan terngiang dengan apa yang disampaikan Arjuna kemarin sore. Pemuda itu benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Kadang kalau dipikir, serakah juga kalau sampai ia meminta Rui pulang lagi padanya. Ditengah lamunannya dini hari itu, Arjuna datang, dengan satu gelas besar teh hangat untuk dirinya sendiri.

"Terusin, Bas."

"Terusin aja jadi player, sampai semua orang benci sama lo, sampai semua orang ninggalin lo. Sampai lo sendirian, sampai lo ga punya siapa-siapa. Nggak ada yang bisa nerima manusia serakah kayak lo, goblok. Ga ada. Ngapain sih cewek-cewek bisa bucinin cowok labil kayak lo? Sumpah, bego banget," cemooh Arjuna panjang lebar.

Satu detik kemudian, Baskara tersadar dari lamunanya, "Enggak, kok. Gue ga mau jadi cowok serakah, Jun. Gue maunya jadi cowok Gita doang," balasnya.

Arjuna mendesis mendengar penuturan Baskara barusan, "Penyakit jiwa lo, Bas," kesalnya.

Baskara mengalihkan pandang pada Arjuna, seperti meminta Arjuna untuk menatapnya, "Emang ada tampang gue kek cowok serakah ya, Jun?" tanyanya.

Arjuna memandang langit, "Semua masa yang lo laluin sama dia sejatinya udah lo simpen baik dalam memori. Biasanya semakin sakit, semakin sulit buat lo lupa. Mungkin Rui udah masuk ke dalam long term memory lo yang emang abadi dan nggak bisa hilang. Secara fisik, memori itu ada di otak lo. Apalagi sekarang ini, lo seakan-akan 'recall' ingatan berulang kali gara-gara kalian sering ketemu selama KKN ini. Latent Inhibition, mungkin itu," jelasnya lalu mengalihkan pandang pada pemuda disampingnya sambil menyeruput teh dalam gelasnya.

"Kecenderungan manusia yang nggak bisa mempelajari hal-hal yang familiar. Ketika lo udah sering bareng sama dia, berasa familiar, pas udah tanpa dia, unfamiliar, kan? Ritme biologis lo juga udah berubah. Dulu, lo bilang pas pacaran sama dia semester 5 sampai 6, pasti dia banyak bawa pengaruh di hidup lo, kan?" tanya Arjuna mencoba memastikan.

"Gue juga ngerasa gitu. Kok lo bisa tau?" tanya Baskara.

Arjuna menghela napas, "Belajar ilmu dari Ningsih Tinampi, makanya tau," candanya.

Pemuda itu kembali melanjutkan ocehannya, "Percaya nggak percaya, pasangan itu emang ngbantu lo buat menyeimbangkan sistem fisik. Sebaliknya, perpisahan bisa bikin pola tidur lo keganggu, pola makanpun sama. Tapi untungnya, gue lihat-lihat lo nggak depresi," ucap Arjuna yang sedikit membuat Baskara lega.

"Tapi lo cenderung sakit jiwa," canda Arjuna lagi dan tertawa kecil sampai tersedak teh hangat dan batuk-batuk.

Baskara sama sekali tidak berminat menolong pemuda bermulut pedas ini. Biarkan saja, dia juga tega.

"Gue ga kenal siapa Rui, mantan lo sebelumnya. Sampai hari ini, gue juga ga tau banyak karakter dia kayak apa. Kita juga baru ketemu. Tapi, yang jelas gue tau, lo ga bisa lepas dari dia sekarang," ucapnya lalu merangkul bahu karibnya itu.

"Udah, Bas. Masuk, di luar dingin. Lo juga belum tidur dari kemarin, habis ini juga udah adzan shubuh," ucapnya melepas rangkulannya dan menepuk pundak Baskara sebelum berlalu masuk ke dalam posko.

Arjuna menengok, "Kalau lo sampai lupa sholat lagi, itu artinya lo udah siap buat di sholatin," imbuhnya.


***


Bima menggaruk kepalanya yang sudah pusing karena masih saja tidak berhasil menginstall aplikasi bajakannya, "Anjir, ini situs niat gak sih ngasih installer photoshop bajakan?" keluhnya.

"Ya Allah, kok susah banget, sih, melakukan kejahatan. Mana sinyalnya lemot banget gini," lanjutnya, seperti merasa ingin membanting laptop saja, tapi sayang.

Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang