Bima benar-benar muak pagi ini. Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam tapi nyatanya Sherly tidak kunjung sampai ke posko. Bahkan malah dihubungi tidak diangkat, "Ni ga jelas banget yang punya proker siapa malah minggat," omelnya.
Sedangkan dari depan posko sana ada motor yang berhenti dengan perempuan dibelakangnya memakai jaket, helem, celana training dan masker hitam. Kini, mereka semua bisa sedikit lega, sepertinya itu Sherly sudah tiba ternyata.
Bisa mereka lihat, gadis itu segera berlari ke depan halaman dimana teman-temannya sudah menunggunya sejak tadi. Dilepasnya jaket biru itu, rambutnya gradasi ungu.
"Ya Allah Zahra, kirain Sherly," ucap Bima sedikit kecewa.
Bima benar-benar sudah tidak sabar dengan semua ini, ia ingin segera pulang. Kemarin teman-temannya sudah banyak yang pulang ke kosan. Sekarang giliran Bima, masalahnya Bima bukan ingin pulang ke kosan, tapi ke rumahnya, karena diajak kondangan ke rumah saudaranya.
"Sory-sorry telat, guys. Tapi gue dah siap-siap dari kosan pake pakaian olahraga, nih," ujar Zahra meminta maaf karena mungkin saja teman-temannya menunggunya.
Zahra mengernyitkan dahi, "Loh, Sherly belum sampai sini?" tanyanya.
"Lah, mana gue tau. Gue kan ikan," jawab Hema asal-asalan.
Jika boleh jujur, semua anggota KKN pagi ini masih sangat mengantuk dan malas apalagi mereka semua juga belum sarapan. Jadi, rasanya ogah sekali menanggapi ucapan Hema barusan.
Sedikit berpikir, Zahra buru-buru membuka ponselnya dan mencari snap whatsapp Sherly yang sepertinya tadi malam jam setengah dua pagi dilihatnya.
"Aduh! Gue baru inget kalau Sherly tadi malem sekitar abis maghrib dijemput pacarnya. Kayaknya mau diajak ke Bintaro," ucap Zahra tiba-tiba.
Kali ini, Bima benar-benar melongo. Pemuda itu berpikir bagaimana bisa Sherly meninggalkan prokernya sendiri. Padahal, jelas-jelas Pak Sabit pagi ini akan datang mengunjungi mereka dengan embel-embel 'ikut senam'. Bagaimana bisa si penanggung jawab proker malah tidak hadir?
"Dari sini, ke stasiun kota, terus ke Bintaro jauh banget. Emang sepenting apa, sih, pacarnya? Sampai-sampai berani ninggalin proker sendiri?" tanya Bima sedikit sinis.
"Duh, pacarnya Sherly tu anak STAN, D3 Bea Cukai. Kebayang ga lo? Selasa nanti pacarnya wisuda, anak 2001, sih. Dibawah kita setahun," jelas Zahra.
Baskara meraup wajahnya, "Terus yang mau jadi instruktur senam nanti siapa coba? Ada yang bisa senam emangnya disini? Ya gue tau lo semua pasti bisa senam, dan gue tau juga lo semua pasti ga niat senam. Sama kayak gue."
Setelah cukup paham dengan apa yang terjadi, muncullah ide dari otak Arjuna, "Bas, daripada kita bingung. Nunggu Sherly yang ga tau baliknya kapan, mending lo nyuruh mantan lo yang bisa senam ke sini."
Sedikit mengernyitkan dahi dengan tampang terkejutnya, rasanya Baskara kurang setuju dengan saran dari Arjuna barusan. Pemuda itu jadi berpikir, kenapa juga harus pacarnya yang jadi instruktur senam?
"Kenapa, Bas? Ada target di sini, ya?" tanya Radhika disertai kekehan kecil.
Pun dengan Hema, pemuda itu juga terkekeh pelan menanggapi ucapan Radhika barusan, "Tau gue targetnya dia siapa, Dhik. Kemana-mana barengan terus soalnya, kemarin juga pas mau ke tukang fotokopian bareng dia, nyari celana bareng dia, bahkan ke kamar mandi barengan, HAHAHAHA," imbuhnya, memberikan bukti jika yang dikatakan Radhika tadi benar.
Yang dituduh jelas kebingungan. Baskara jadi berpikir, atas dasar apa mereka mengatakan demikian tanpa bukti yang jelas, bahkan pemuda itu merasa tidak pernah melakukan hal-hal yang disebut Hema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]
De Todo[SUDAH TERBIT DI PENERBIT LOVRINZ] CERITA MASIH LENGKAP Asam manis kisah lima belas mahasiswa KKN yang tinggal di posko KKN. Dalam kurun waktu 45 hari, apakah mereka mampu menyelesaikan semua program kerja yang telah direncanakan? ft. 00line ©2O2O...