26. Evakuasi Rasa

18.1K 3K 2K
                                    






Sarapan sudah selesai. Sudah menjadi kebiasaan para penghuni posko ini, kalau sudah selesai makan, peralatan makannya harus dicuci bersih semua. Kalau tidak segera dicuci, pasti bakal kena omelan Renata yang paling tidak suka jika melihat hal-hal kotor. Karena tidak mau dimarahi Renata, setelah makanannya tandas, Karin langsung menuju dapur untuk mencuci peralatan makannya. Tadi bersenandung kecil, sekarang ia menghentikan langkah serta nyanyiannya saat di pintu, ketika melihat Raden sedang mencuci piring bekas makan miliknya sambil bersenandung juga.

 Tadi bersenandung kecil, sekarang ia menghentikan langkah serta nyanyiannya saat di pintu, ketika melihat Raden sedang mencuci piring bekas makan miliknya sambil bersenandung juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karin, pacarnya buat aku aja.

"Den?" panggil Karin.

Raden menengok sebentar, lalu menyahut."Dalem?"

Mendengar respons pacarnya yang seperti biasa, membuat Karin tersenyum kecil ke arah pemuda berkaus putih yang sedang membilas piring di tangannya. Setelah selesai, Raden langsung meletakkan peralatan makan tersebut ke rak piring lalu mengibaskan tangan dan mengelap telapak tangannya yang basah pada kain yang tergantung di sana..

Tak sengaja, ia memergoki Karin yang sedang tersenyum ke arahnya hingga membuatnya ikut mengulas satu senyum kecil.

"Kok senyum? Kenapa?"

Karin hanya menggeleng. "Nggak papa, aku mau nyuci piring," jawabnya lalu berjalan menuju wastafel cuci piring.

Ia memperhatikan Karin yang sedang mencuci piring cukup lama sampai Karin merasa aneh dipandangi terus-terusan. "Kamu cantik banget, Rin. Kadang aku sampai mikir, kok bisa, ya? Orang secantik kamu, dan sehebat kamu mau sama aku yang kayak gini?"

Inilah hal yang membuat Karin kadang tidak habis pikir. Tipikal Raden, pemuda ini terlalu aneh bagi Karin. Ya, seperti barusan. Bagaimana bisa, seorang Raden Agnyana ini berpikir 'kok bisa Karin mau sama Raden?' ini pertanyaan yang cukup lucu untuk Karin— yang bahkan sering ia dapatkan.

"Kamu kayaknya udah berulang kali ngomong gitu, Den."

Raden terkekeh pelan. "Nggak tahu. Aku cuma lihat kamu itu makin dan makin cantik setiap kali aku lihat kamu."

"Halah, gombal kamu, Mas," ejek Karin.

"Bener-bener deh, Rin. Kamu udah bikin aku nggak berhenti bersyukur."

Penghargaan pasangan terbucin se-antero posko, mungkin akan jatuh pada Raden dan Karin— yaiyalah kan cuma mereka berdua yang pacaran.

Mereka berdua itu bucin, yang benar-benar bucin sampai buta. Tidak realistis. Baik Karin, maupun Raden, keduanya tidak pernah menemukan atau melihat apapun yang lebih dari pacar sendiri.

Bagi keduanya, melirik orang lain itu sulit bahkan tidak akan bisa. Bahkan Radhika, yang jelas-jelas pernah menyukai Karin saja, langsung Karin hempas jauh-jauh. Intinya, Raden ya Raden, tidak mau yang lain. Mungkin memang benar kata orang-orang, bucin ke orang yang tepat itu damage-nya bukan main. Bahkan, Karin pernah saking terharunya pada sikap dan ucapan Raden— nyaris menangis. Sampai ditanya alasan menangis, dikira sedih, padahal terharu.

Halo KKN ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang