Unwanted Wife || 30

16.2K 636 13
                                    

Pagi ini Alda nampak menikmati duduk di gazebo depan dengan novel di tangannya. Rasanya malas kala ada di dalam rumah mendengar ocehan Princess yang tak bermutu itu.

"Enak banget sih udah nyantai? bukannya bersihin rumah" ucap Princess dengan nada memaki Alda.

Alda meletakkan novelnya lalu menyeruput teh hijau dari cangkirnya. Ia menatap Princess dengan tatapan mengejek.

"Terus apa bedanya aku sama kamu? kamu kan juga habis make up. Dempul sana dempul sini. Udah deh, gak usah ngurusin aku. Kalau mau bersih-bersih, ya bersih-bersih aja. Gak usah nyuruh" ucap Alda sakratis dengan menatap tajam Princess.

"Lo mulai berani sama gue?" ucap Princess mendesis.

"Ngapain takut? kita sama-sama makan nasi kan?" ucap Alda menahan tawanya.

"Lo!!" tangan Princess terangkat ingin menampar Alda. Namun dengan sigap tangan Alda mencekalnya dengan kuat.

"Sudah cukup tangan kotormu menamparku selama ini" hardik Alda menatap tajam Princess.

Princess menarik tangannya dari cekalan Alda lalu beranjak pergi dari sana. Emosi memenuhi kepalanya sekarang ini, ternyata Alda sudah berani padanya.

"Alda sialan!" maki Princess dengan membanting vas bunga yang ada di kamarnya.

Kembali ke Alda. Ibu hamil itu senantiasa beristighfar dalam hati. Mengapa Ia bisa berkata seperti itu pada Princess. Tapi tak apalah, Ia melakukan hal ini agar Princess tak menginjak-nginjaknya lagi.

Mobil sedan hitam kini terparkir di halaman rumah Vino. Alda tahu siapa yang datang. Itu bu Silvy. Silvy turun dari mobilnya dengan membawa parcel buah.

"Assalamualaikum" ucap Silvy tersenyum pada Alda.

"Waalaikumsalam" jawab Alda lirih. "Ada apa bu?" tanya Alda langsung. Sungguh, Ia belum bisa menerima Silvy sebagai ibunya. Bagi Alda, Ibunya hanyalah Alma.

"Mama kangen kamu nak" ucap Silvy setelah meletakkan parcel itu.

Alda hanya diam. Ia tak merespon ucapan Silvy. Lidahnya kelu untuk menanggapinya.

"Boleh mama peluk kamu?" tanya Silvy, bahkan wanita paruh baya itu sudah meneteskan air matanya. Alda masih diam, tak meresponnya.

Sedetik kemudian, Silvy merengkuh tubuh Alda dengan sayang. "Maafin mama Al." ucap Silvy parau.

Alda meneteskan air matanya, beginikah rasanya di peluk oleh ibu kandungnya. Terasa nyaman hingga ulu hatinya.

"Mama tahu mama salah. Maafkan mama nak" ucap Silvy lagi.

"Beri saya waktu bu" gumam Alda.

Silvy tersenyum menatap putrinya. "Iya sayang. Bisa kamu mengantarkan mama menemui ibu kamu?" tanya Silvy pada Alda.

"Iya"

***
Disinilah Alda dan Silvy, berada di rumah sederhana Alma. Alma menyambut baik kedatangan ibu kandung Alda.

"Terima kasih bu, sudah merawat Alda dengan baik." ucap Silvy tulus.

Alma tersenyum. "Saya menyayanginya bu, saya sudah menganggapnya seperti anak saya sendiri" jawab Alma.

"Bu, Alda ingin bicara sama ibu" ucap Alda menatap Alma.

"Baiklah. Bu, kami ke dalam sebentar" ucap Alma yang diangguki oleh Silvy.

"Kamu mau bicara apa nak?" tanya Alma.

"Bu, perasaan Alda masih mengganjal selama ini. Alda masih belum bisa menerima bu Silvy" ucap Alda sendu.

Unwanted Wife (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang