esa

3.2K 609 198
                                    

Jungha menyeret kaki dan memasuki halaman rumah dengan wajah kusut.

Ketua kelas itu benar-benar mirip Hitler, ketua macam apa yang suka memerintah seenak jidat?

Gadis itu berdoa semoga Yohan alias si ketua kelas sialan itu akan jomblo seumur hidup! Kesamber gledek di jalan atau tiba-tiba sosok Yohan akan berubah menjadi sebuah keset saat bangun tidur besok!

Ya, keset pintu, agar bisa Jungha injak setiap harinya.

Membayangkannya saja membuat Jungha tergirang bukan main. Namun, apa daya dirinya hanya manusia biasa, parahnya lagi berotak pas.

Langkah Jungha terhenti tepat dua langkah di depan gerbang pintu, kedua alisnya bertaut heran saat mendapati seorang lelaki bersurai merah tengah bersidekap sambil memasang wajah masam di depan pintu rumah Jungha.

Semakin diteliti Jungha merasa sosok itu tidak asing.

OH, GOD.

WILLIAM EUNSANG.

Jungha menepuk jidatnya. Duh, gadis itu benar-benar bodoh sampai ke tulang rusuk. Ia bahkan hampir tidak mengenali sahabat masa kecilnya.

Esa, itulah nama panggilan Eunsang.

Gadis itu berlari kecil lalu menghampiri lelaki yang bernama lengkap Esa tersebut. "Wow, Sa? Gila, keren ya lo sekarang!"

Esa memutar bola mata kesal.

"Sorry, gue sibuk di sekolah sampe-sampe mesti kerja rodi ngurus buku. Lo 'kan tau sendiri ini semester baru."

Jungha mengusak surai Esa. "Wess ... gimana kabar lo?"

Esa menatap Jungha dengan tatapan datar lantas merogoh saku guna mengeluarkan ponsel, hendak mengetik sesuatu namun, Jungha mencegah. "Hp gue mati, gimana kalo masuk dulu?"







Esa baru saja kembali dari Kanada. Orang tua mereka memutuskan kembali ke Bali setelah cabang perusahaan William akan segera diresmikan dalam waktu singkat ini.

Lelaki itu mendudukkan diri di sofa beludru sembari mengedar pandang.

Tidak banyak berubah. Kepergiannya enam tahun tidak menimbulkan perubahan yang signifikan.

Foto keluarga masih di tempatㅡpersis seperti enam tahun yang lalu. Lemari kaca besar dengan koleksi cangkir masih tetap bersih dan bebas dari debu. Tampaknya, Jungha rajin membersihkan rumah.

Jungha menyerahkan sebotol minuman isotonik kepada Esa. "Duh, warna rambut lo kontras banget. Bikin sakit mata aja."

Diejek seperti itu membuat Esa merasakan atmosfir serupa seperti enam tahun silam.

Selama ini, mereka rajin bertukar kabar melalui pesan singkat, namun, saat bertemu langsung dengan Jungha segalanya terasa lebih nyata.

Line!

Esa
Tapi masih ganteng, kan?

Jungha melirik Esa dengan tatapan idih-najis andalannya. "Gimana kabar om sama tante?"

Line!

Esa
Baik aja

Jungha mangut-mangut saja. "Tunggu ya, gue mau ganti baju dulu."

Eunsang mengangguk sekali lalu tersenyum.

Walaupun mereka sering bertukar gambar wajahㅡentah itu foto selfie alay maupun meme-able, dilihat secara langsung Jungha ternyata dua kali lipat lebih cantik.

[✓] Lacuna • Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang