screwed

2.2K 510 206
                                    

"Kamu ini mau jadi apa dengan nilai segini? Kalau lulus pun syukur!"

Setelah hasil ulangan langsung diperiksaㅡatas instruksi pak Oka yang ingin nilai segera jadiㅡpak Oka mendatangi meja Jungha dan berteriak di sana, di hadapan semua murid.

Jungha menunduk dalam, rambut panjang miliknya hampir menutupi wajah.

"Sampai saya dapat nilai UAS kamu di bawah rata-rata, saya tidak segan kasih kamu D! Saya tidak peduli kamu mau lulus atau tidak dari sekolah ini."

Selepas berujar demikian, pak Oka meninggalkan kelas.

Sedangkan Yohan yang tadinya hanya diam di meja, pun beranjak dan ikut melangkah keluar kelas.

Jungha meraih tempat pensil bergantungan kunci logam berbentuk kucing dan mengejar Yohan.

Selanjutnya, tangan gadis itu menyambar jaket almamater Yohan dengan sigap dan menariknya kuat.

Mau tak mau Yohan pun berbalik. "Apa?"

"Lucu? Menurut lo ini lucu 'kan? Bahagia banget pasti lo karena dendam lo terbalaskan." Jungha menatap Yohan tajam. Matanya berkaca-kaca. "Ya, gue tahu gue salah. Karna gue udahㅡ"

Yohan mendorong sedikit bahu Jungha, berusaha menyadarkan gadis itu tentang ke mana pembicaraannya akan berakhir.

Barangkali gadis itu terlalu kalut dan melupakan kondisi dan tempat ia bicara.

Lelaki itu bukan bersimpati, setidaknya hal itu tak akan terungkap hari ini.

Di kondisi yang sudah cukup berat ini, bukankah masih ada hari lain?

Jungha menepis tangan Yohan dengan tempat pensil "KARENA GUE UDAH JADI PEMBULI ADIK LO DAN GUE JUGA YANG BIKIN DIA KELUAR DARI SEKOLAH, PUAS?"

Mata Jungha kian memerah. "Kalimat itu kan yang lo harapin selama ini? Lo pengen gue ngaku? Lo pengen gue keluar dari persembunyian dan ngaku di hadapan semua orang, kan? Jadi, selamat! Harapan lo baru aja terwujud."

Yohan tak tahu harus berkata apa. Rencana rapi di otaknya tiba-tiba buyar, berantakan.

Tidak, bukan ini yang Yohan inginkan.

Niatnya hanya ingin menggertak Jungha tapi kenapa malah berakhir begini?

Semua murid kaget bukan main. Tak terkecuali kedua sahabatnya, Dongpyo dan Yeri.

Murid lain buru-buru mengeluarkan ponsel, kemudian merekam adegan tersebut karena merasa sayang jika drama gratisan itu dilewatkan begitu saja.

"Ya, gue yang bikin dia menderita di SMP! Gak sedetik pun gue biarin adik lo bernafas dengan tenang? Kenapa?"

Jungha tertawa seperti orang gila, "Karena gue gak suka ngelihat orang miskin kayak dia bahagia."

Tangan Yohan mengepal kuat. Kini, giliran Yohan yang menatap Jungha remeh. "Baguslah, lo mau ngakuin semua perbuatan hina lo dan membuka topeng sok baik lo."

Yohan menahan emosi. "Pantesan, orang tua lo gak pernah mau ngurusin lo. Setelah mereka pisah, mereka gak mau bertanggung jawab dan kabur gitu aja. Karena bagi mereka ngelahirin anak kayak lo adalah sebuah penghinaan besar."

Air mata Jungha luruh. Namun, hal itu bahkan tak membuatnya terlihat lemah. "Apa lo bilang?"

Suara Jungha naik satu tingkat. "Penghinaan?"

Dalam sepersekian detik, Jungha telah mampu melukai pipi kanan Yohan. Gadis itu melayangkan pukulan di pipi Yohan dengan tempat pensilnya.

Para murid memekik tertahan lantas berbisik mengenai betapa gilanya kelakuan Jungha saat ini.

[✓] Lacuna • Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang