jungha

2.2K 517 109
                                    

Yohan menatap puluhan sticky note dengan berbagai varian warna tertempel hampir memenuhi pintu lokernya. Ia menyentuh dan mencabut salah satu sticky note berwarna kuning.

ㅡ💌kak yohan semangat, ya

Kemudian matanya mengedar untuk membaca tulisan-tulisan lainnya.

ㅡ💌semangat lombanya, pasti dapet!

ㅡ💌semangat lomba taekwondonya! uwuuu much love from nari~

Yohan kembali menempelkan sticky note itu di pintu loker. Ia berdecih.

Fans dadakan.

Lelaki itu kembali membuka pesan singkat dari adiknya beberapa menit yang lalu. Satu-satu pesan dukungan yang bisa ia percaya.

Hartaku
Kak, semangat. Kakak pasti bisa!

Nanti aku sama temen-temen bakal nonton!

Sampai jumpa di gedung.



Mendadak, layar ponsel Yohan berganti latar.


Budak is calling...


Yohan sengaja membiarkannya beberapa saat sebelum menerima panggilan itu. "Lo kira gue punya waktu buat teleponan?"

"Ya, makanya bales line!"

Lelaki jangkung itu menutup loker setelah mengeluarkan pakaian taekwondonya. Ia meloloskan napas tak percaya. Kian hari rasanya Jungha tak ada takut-takutnya dengan Yohan. Mental apa yang sebenarnya dimiliki oleh gadis batu itu?

"Males buang-buang tenaga buat lo."

"Han! ASTAGA! Kelas kita bakal bikin konsep apa, nih, buat festival wajib sekolah? Masa yang lain nanyain ke gue? Gue gak tau apa-apa, nih."

Yohan menghempaskan napas kesal.
Bangsat, dikacangin.

Tapi, benar juga. Ia bahkan bisa mendengar kebisingan kelas dari telepon, tapi lelaki itu memilih tak peduli. Toh, ia memang memiliki tujuan membuat Jungha kewalahan.

"Hah lo bilang apa? Jaringan lo jelek, ya."

"EH? MASA SIH, EH YOHAN-"

Yohan mematikan sambungan sepihak, ia memasukkan benda pipih persegi itu ke dalam tas lalu melangkah pergi sebelum pelatih menelepon menyuruhnya bergegas.

Di sisi lain, Jungha ditemani Heejin selaku sekretaris dan Minhee sebagai bendahara hanya bisa melongo menonton teman-teman kelasnya terpecah belah menjadi dua kubu;perempuan dan laki-laki.

Kedua kubu saling adu mulut, memaksakan pendapat masing-masing.

Jungha menetralkan jantung yang rasanya ingin melompat keluar dari tempat karena barusan bertelepon dengan Yohan.

Asal kalian tahu saja, perlu waktu beberapa saat untuk mengumpulkan keberanian itu. Mana lagi status Jungha tak lebih dari seorang tawanan Yohan yang menunggu untuk dieksekusi.

Alih-alih bersikap seperti layaknya bawahan atau budak, Jungha lebih memilih bersikap bar-bar seperti biasa. Dengan keberanian secuil, ia mendeklarasikan diri;menolak dunianya dijajah oleh penjajah modelan Yohan.

"Konsep Princess Disney!"

Ampun, deh. Seleranya. Batin Jungha.

[✓] Lacuna • Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang