ㅡYou're not always fine
and that's okay. You'll heal.ㅡ
"Kakak kemarin udah janji!""Apa? Kapan? Di mana?!"
"Kemarin, ih! Udah cepet jalannya atau aku pecat jadi kakak?!"
Jungha mengernyit, siapa yang bertengkar malam-malam begini di depan mini market?Kaca buram mini market menghalau penglihatan Jungha. Ia tidak bisa melihat siapa yang berteriak tadi.
"Maaf, Mbak, ini belanjaannya mau dibayar tunai atau pakai e-money?"
Jungha terkesiap kecil, ia buru-buru membuka dompetnya setelah melihat jumlah tagihan itu. "Ah, maaf. Ini uangnya."
"Nggak pulsanya sekalian?" tanya kasir berpin nama Hangyul itu.
Jungha menggeleng lalu menyahut parau, "Pulsa saya masih banyak."
Hangyul terkekeh. "Saya gak nanya jumlah pulsa Mbak, lho. Mau atau nggak, nih?"
Tawa tak percaya lolos dari bibir Jungha.
Ngajak gelud ni orang.
"Mas ngajak berantem, ya?"
Lelaki itu langsung menampilkan ekspresi tak terima. "Enak aja, mas, mas. Saya masih muda, ya. Palingan tuaan Mbak dari saya."
Sabar, sabar. Kendalikan dirimu untuk tidak menghujat.
Jungha menghela napas panjang. Menyabarkan diri untuk tidak berakhir menampar lelaki itu dengan sneakersnya.
"Terserah deh." Tangan gadis itu merampas plastik belanjaannya dari tangan Hangyul. Jungha pun berbalik.
"YA, KAN GUE GAK SALAH.""DAN KAKAK GAK SEPENUHNYA BENER!"
Suara itu kembali terdengar saat tangan Jungha menyentuh gagang pintu. Jungha kembali mengernyit. Rasa penasarannya kembali timbulPerlahan, Jungha membuka pintu kaca itu.
Dan, tebak, siapa yang tengah beradu mulut di depan sana?
Yohanna Wisesa dan adiknya, Yena Nindhya.
Napas Jungha tercekat. Barang bawaannya terlepas dari genggaman begitu saja.
"Kak Jung!"
Suara Yena seakan menjadi peluru paling beracun bagi Jungha. Gadis itu mati rasa dan mematung di tempat. Pikirannya mendadak kalut, cuplikan ingatan tentang Yena datang silih berganti.
Kaki Jungha mundur dengan gerakan kaku.
Yena berlari mendekat ke arah Jungha. "Kak Jung, aku bawa kak Yohan buat minta maㅡ"
"S-stop, stay away," ucap Jungha mirip seperti bisikan.
Jungha mengepalkan kedua tangannya. Kepalanya menunduk, tubuhnya bergetar. Ketakutan.
Melihat respon Jungha yang bergetar ketakutan, Yohan berdecih. Ia menarik tangan adiknya. "Dia baik-baik aja, dan gue gak perlu minta maaf sama dia."
Dengan pandangan yang masih terpaku pada sosok Jungha, Yena menghempaskan tangan Yohan kasar. "Ibu pernah bilang, jangan pernah meninggalkan seorang yang sedang menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lacuna • Kim Yohan
FanfictionHanya tentang Yohan yang rela menyuruk terlalu dalam guna membaca gadis itu. Dan tentang Jungha yang cukup sering mengecapi kepedihan hingga sukses menyulap diri menjadi manekin ceria yang begitu apik bersembunyi. Pada akhirnya, salah satu dari mere...