ㅡ LACUNA ㅡ

723 123 61
                                    

Bak oposisi dari matematika, bersama gadis itu banyak hal yang tidak bisa dilogiskan. Ia kian menghadirkan anomali, hingga sesuatu yang tak bisa diukur;bagai variabel x.

Dan bagi Yohan, Jungha adalah definisi dari semuanya.

Orang yang terkadang membuatnya bingung dalam mengenali rasa sendiri. Gadis yang terkadang membuatnya rancu. Berbagai macam rasa bisa Yohan rasakan di dadanya. Pahit dan manis masa SMA-nya semua karena Jungha.

Semua karena gadis bersurai pendek yang tengah memandang takjub bagaimana pedagang kaki lima itu membolak-balik takoyaki begitu cepat.

Yohan tersenyum tipis.

Tahun kedua SMA-nya sebentar lagi akan berakhir. Siap menuju masa-masa sibuk mempersiapkan diri memerangi ujian nasional.

Pedagang itu menyerahkan dua kotak takoyaki kepada Jungha sembari melempar senyuman ramah.

"Makasih, Pak." Jungha menoleh ke arah Yohan lantas memberikan salah satu kotaknya.

Tangan Yohan menerima kotak itu. "Gue bayarin minum. Chatime?"

"Deal!" Jungha berujar semangat.

Lantas, kedua insan itu berjalan sembari mengedar ke arah toko maupun dagang kaki lima di sepanjang sisi jalan. Walaupun kota kecil, kehidupan ekonomi di sini tampaknya lumayan maju.

Mereka tiba di tempat tujuan, Yohan menoleh ke arah Jungha. "Mau rasa apa?"

"Brown sugar fresh milk!"

Yohan mengangguk. "Topping?"

"Gak pake."

"Seriusan nih? Gue yang traktir, lho."

Jungha menggeleng. "Bukan gitu, gue emang sukanya tanpa topping. Lo sendiri pesan rasa apa?"

Yohan mengacak-acak rambut Jungha gemas lalu beralih pada mbak Chatime di sana. "Mbak, brown sugar fresh milk-nya dua, tanpa topping."

Jungha menyikut pinggang Yohan. "Dih ngikut!"

"Mau tahu aja gimana sensasinya minum Chatime tanpa topping. Sekali-sekali merakyat."

Jungha memutar bola mata kesal.

"Ck, tahu yang sultan, banyak duit."

"Kamu jangan ngata-ngatain saya terus dong, nanti saya tambah suka."

Kepala Jungha otomatis berotasi dan menatap mbak Chatime yang tengah terkekeh geli.

"Apaan sih!" Jungha mendelik tajam ke arah Yohan.

"Jangan marah-marah juga, nanti saya makin gemes terus pengen meluk gimana?"

Oke, tampaknya jiwa kerdus Yohan kumat.

Jungha mundur dua langkah. Ia meloloskan napas tak percaya. "Lo waras kan, Han?"

"Ini, Kak, pesenannya." Mbak itu tampak berusaha menahan senyum geli.

Jungha langsung menyambar satu minuman tersebut dan melenggang pergi. Jika ia terus di sana, ia akan menjadi bahan olok-olokan mbak-mbak itu. Malu.

Jungha berlari-lari kecil menuju taman yang terletak tak jauh dari stand Chatime.

Ia mengedar sejenak lalu memantapkan pilihan untuk duduk di bangku kayu panjang di bawah pohon berdaun rimbun.

Dengan cepat Jungha mendaratkan diri di bangku panjang itu lalu membuka kotak takoyaki-nya tanpa mempedulikan Yohan yang baru saja berhasil menyusul.

[✓] Lacuna • Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang