"Buka mulut lebih lebar dong. Kalo kayak gitu kapan lancarnya? Ini juga bagian dari latihan, lho. Coba deh," tutur Jungha antusias lantas tersenyum kecil pada layar laptop begitu melihat Esa menuruti sarannya.
"Mang-mangga, manggi, ma-manggu, manggoㅡmanggo!" Esa bertepuk tangan seperti anak kecil karena berhasil melafalkan kata-kata tersebut.
Gadis itu kemudian mengacungkan jempol. "Good job! Rajin latihan, ya! Gue mau siap-siap ke sekolah," bohong Jungha.
Bagaimana bisa sekolah? Dia masih diskors.
Sebelum menutup panggilan video itu, tangan gadis itu aktif melambai. "Tidur sana, di sana pasti udah larut."
Hal yang Jungha lihat sebelum layar mati adalah senyuman tulus Esa sembari mengacungkan kedua jempol.
Gadis itu tercenung sejenak, menatap kosong ke arah layar laptop yang telah menghitam di pangkuan.
Jungha pun menggeleng, menepis pikiran yang mengganggu lantas menyampingkan laptopㅡyang tadinya ada di atas bantal pada pangkuan Junghaㅡdengan cepat.
Ia pun melirik jam digital di atas nakas. "Kerja gak, ya?"
Jungha berjalan mondar-mandir sambil menggigiti kuku.
"Ngapain juga gue ke rumah sakit kemarin? Jinwoo jelas masih di Shanghai."Jungha mengangguk berusaha meyakinkan diri. "Ya, Jinwoo masih di sana dan hidupnya sudah pasti terjamin."
Ia pun berjongkok dengan kedua tangan yang bergerak mengusap surai ke belakang. Jungha kacau. Pikirannya tak keruan.
Padahal butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi Jungha.
Kalau begini, semua obat-obatan yang Jungha konsumsi selama ini nampak tak berguna.
"Atau gue ke Shanghai aja, ya?"
Tidak. Itu bukan ide yang bagus.
Mama jelas membenci itu.
Kepala Jungha kian terasa pening saja, padahal dua butir telah ditelan.
Sejauh ini, kenapa Jungha selalu dibuat mengingat masa lalu?
ㅡ
"Yohan? Gue izin kerja, ya? Cuma hari ini. Mau beresin makalah lagi dikit deadline udah dekat, dua hari lagi gue udah mulai sekolah. Gue juga udah izin samaㅡ" Badan Jungha mendadak oleng dan menabrak pintu kulkas. Gadis itu masih berdiri dengan tangan yang menumpu pada gagang pintu kulkas."Suara apaan tadi?"
Argh, sial.
"Nothing." Jungha berdeham. "Gimana? Diizinin gak?"
"Ck, yaudah."
Jungha mengerutkan alis. "Kok tumben?"
"Apanya tumben?"
Jungha berusaha menyeimbangkan posisi agar tidak berakhir tumbang. "Biasanya lo banyak bacot dulu baru ngasih izin."
"Udahlah, lo juga banyak bacot. Sana lanjutin makalahnya."
Di sisi lain, Yohan mengantongi ponselnya dan menatap dua manusia yang selama seminggu ini ia perhatikan.
Son Dongpyo dan Kim Yerim.
Mereka tengah bercanda dan saling melemparkan tawa.
Salah satu dari mereka, Son Dongpyo, melemparkan liptint Yeri kepada rekan lainnya. "Liptint kecil gini, anjer. Berapaan emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lacuna • Kim Yohan
FanfictionHanya tentang Yohan yang rela menyuruk terlalu dalam guna membaca gadis itu. Dan tentang Jungha yang cukup sering mengecapi kepedihan hingga sukses menyulap diri menjadi manekin ceria yang begitu apik bersembunyi. Pada akhirnya, salah satu dari mere...