guess why?

1K 182 73
                                    

u kno dat i've missed u guys
com on talk to me
let's be friend :(
really missing
your comments rn :(

Suara decitan dari roda stretcher brancard tempat Yohan terbaring dengan masker oksigen di mulut terdengar samar-samar di antara hiruk-pikuknya manusia.

Kedua kelopak mata Yohan terpejam, tangannya terkulai lemas.

Penampilannya total berantakan, noda darah di mana-mana.

"Tolong beri jalan," teriak petugas berseragam orange itu sebelum mendorong tubuh Yohan masuk ke dalam ambulans.

Orang-orang yang berkerumunan karena penasaran tersebut menyingkir.

Jungha menangis sesegukan di depan pintu ambulans, dengan tangan yang penuh akan bercak darah ia mengenggam erat medali emas Yohan.

Kakinya gemetar ketika diminta turut naik ke dalam mobil.

Gadis itu masih belum mempercayai hal yang menimpa Yohan hari ini.

Siapa bajingan yang tega menusuk Yohan di hari kemenangannya?

Genangan di mata Jungha tidak terbendung lagi, buliran bening itu luruh dan mengalir mulus di pipi.

Berbarengan dengan mobil yang mulai beranjak dari lokasi, dua petugas ambulans tampak sibuk dengan tubuh Yohan.

Salah satu petugas membuka seragam Yohan dan mulai membersihkan luka tusuk di perut Yohan. Satunya lagi sibuk mengurus luka di wajah Yohan.

"Lo gak boleh mati, bego. Gak boleh sampe gue izinin," bisik Jungha parau sembari mengenggam tangan Yohan erat.




Jungha otomatis berdiri dari duduknya setelah mendengar gema namanya memenuhi koridor sepi rumah sakit.

Yena langsung menghambur ke pelukan Jungha dan menangis sejadi-jadinya. Jungha kembali menangis sembari menepuk-nepuk punggung Yena.

"Yohan baik-baik aja, Yen. Harus. Dia bakal baik-baik aja, percaya gue." Jemari Jungha mengusap rambut Yena dengan lembut.

Yena tetap menangis sembari mengeratkan pelukannya pada Jungha.


Hampir lima belas menit, Jungha dan Yena menunggu.

Koridor rumah sakit begitu lengang.

Di antara keduanya tidak ada yang membuka mulut. Semenjak tangisnya berhenti, Yena jadi melamun.

Begitupun Jungha, ia juga sibuk dengan pikirannya.

Tak lama kemudian seseorang yang mereka tunggu muncul.

Seorang dengan pakaian serba biru keluar dari ruang IGD siap menyampaikan semua yang terjadi selama dirinya di dalam memberikan penanganan pada Yohan.







Yohan's side.

Gelap. Satu kata itu terlintas di otak begitu aku membuka mata.

Aku mencoba menggerakkan kaki tetapi sial, tubuhku terasa berat, sama sekali tidak bisa digerakkan.

Kala mencoba mengedar menatap sekeliling sekali lagi, mendadak deritan engsel pintu terdengar.

[✓] Lacuna • Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang