"Yena, harta gue dan pusat dari kehidupan gue. Dia paling berharga."
Yohan dan Jungha berjalan beriringan. Pandangan lelaki itu jatuh pada adiknya yang tengah berlari-lari kecil mendahului mereka.
"Lo jahat banget, asal lo tau aja," sambung Yohan sinis.
Jungha menyajarkan langkahnya dengan Yohan. "Gue tahu itu. Gue bahkan gak pantes dimaafin sama lo berdua."
Yohan mencebik. "Itu lo sadar. Sialan, gak sih? Penyesalan emang dateng terlambat."
Jungha tertawa hambar. "Sialan, banget."
Yohan menghentikan langkah. Ia memutar sedikit tubuh dan menghadap ke arah Jungha. Lelaki itu menarik napas panjang. "Oke, gue maafin lo."
Telunjuk Yohan mengarah dan mendorong pelan dahi Jungha. "Besok-besok kalo mau bertindak mesti mikir dulu. Punya otak, kan? Emang enak di-skors? Setelah ini, lo bakal jadi bahan gunjingan se-antero sekolahan. Siapin mental mending dari sekarang."
Jungha tertegun sejenak. Jeda cukup lama, akhirnya gadis itu menjawab, "Makasih udah peduli. Makasih juga udah maafin gue."
Telunjuk Yohan mengetuk-ngetuk dahi Jungha. "Gue masih benci sama lo. Catet itu.
"Benci aja, gue emang pantas dibenci," tandas Jungha.
Yohan hampir tertawa geli. Aneh saja mendapati Jungha tiba-tiba lembek tak seperti biasa.
"Dih, sejak kapan lo jadi lembek kayak gini?" cibir Yohan.
"Sejak ketemu lo."
"Bentar-bentar, ini lo lagi ngerayu gue, ya?"
Jungha melemparkan tatapan idih-najis andalannya. "Apaan, sih, gajelas."
Yohan hendak tertawa, namun, buru-buru ia menyembunyikan ekspresi itu dan menampilkan raut wajah watados.
Jari Yohan kini menunjuk plester di pipi. "Ini. Lo mesti bayar mahal karena udah bikin wajah ganteng gue lecet."
"Lo tetep budak gue." Yohan menjentik dahi Jungha.
"Awh! Sakit! Iya, iya gue tahu."
Yohan menahan tawa. "Cuma ngingetin."
Jungha hanya mendengus saja.
"Oh, iya, mengenai hal kemarin. Yang ... di sekolah kemarin itu. Gue ... gue minta maaf. Um, udah lancang bahas keluarga lo."
"Gak masalah," jawab Jungha santai.
Kelihatan saja dari luar tenang. Tapi, Yohan masih belum yakin dengan isi hati Jungha yang sebenarnya.
Jungha menengadah menatap Yohan. "Gue juga, tentang yang gue bilang kemarinㅡ"
"Udah, cukup. Jangan dibahas lagi, lo bisa bikin gue berubah pikiran."
"Berubah pikiran tentang apa?"
Yohan mengangkat bahunya santai. Sok keren. "Bersikap baik sama lo."
Jungha terdiam. Hanya saja tidak tahu mau merespon apa.
Lalu, hening menggantung di antara mereka.
"Yohan," panggil Jungha. Memecah keheningan.
"Maaf. Gue beneran minta maaf sama lo. Dari lubuk hati gue yang paling dalam. Dan gue bakal minta maaf sama keluarga lo besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lacuna • Kim Yohan
FanfictionHanya tentang Yohan yang rela menyuruk terlalu dalam guna membaca gadis itu. Dan tentang Jungha yang cukup sering mengecapi kepedihan hingga sukses menyulap diri menjadi manekin ceria yang begitu apik bersembunyi. Pada akhirnya, salah satu dari mere...