Cara Menjelajah Waktu Menggunakan Bola Mata Tuyul

645 55 7
                                    

Susah juga ketika kaulah satu-satunya yang penasaran. Kalau tidak terungkap, bisa mati penasaran. Kau tahu bagaimana orang mati penasaran? Setannya juga penasaran. Pengin tahu. Setan suka ikut campur. Kalau setan suka ikut campur dan mengusik hidupmu, bersegeralah tobat, mungkin saja setan yang penasaran itu akan ikut tobat. Kalau saja setan bisa tobat. Atau itu mungkin? Tidak tahulah.

Tak ada jalan lain bagi Mbok Sinawang. Dia harus melintasi ruang dan waktu. Melalui tuyul-tuyul peliharaannya. Tuyul-tuyul hasil hubungan gelap di semak remang-remang. Tuyul-tuyul yang dibuang oleh orangtuanya. Tuyul-tuyul malang. Di tangan Mbok Sinawang, mereka ada gunanya. Karena itu Mbok Sinawang memelihara mereka.

Mata tuyul-tuyul itu hitam legam. Bisa copot pasang. Mbok Sinawang ketika bosan, meminta salah satu tuyul untuk melepas bola matanya guna Mbok Sinawang jilati. Bola mata tuyul itu tidak lembek. Melainkan keras seperti gundu jumbo. Yang bila dihantamkan ke jidat bisa benjol. Bola mata tuyul itu hitam dan selalu dingin. Mbok Sinawang suka menggulirkan bola mata itu ke seluruh wajahnya. Sejuk menenangkan. Dan kalau lagi benar-benar bosan sebab tak ada pasien datang, bola mata gundu itu dia gulirkan ke seluruh tubuh. Sejuk menenangkan. Sejuk menyenangkan. Tuyul yang dipinjam matanya, rongganya kosong melompong. Menganga. Tapi tetap bisa berlarian sekeliling rumah, sekeliling desa. Walau tanpa mata, mereka masih tetap dapat merekam kejadian-kejadian. Untuk nanti disimpan dalam bola mata gundu. Dan ketika rongga mata mereka kosong melompong. Misal tiga tuyul dalam waktu bersamaan rongga matanya kosong akibat bola mata gundu dipinjam Mbok Sinawang. Mereka akan berlarian ke sekeliling desa. Sekeliling waktu. Sekeliling masa-masa desa itu semenjak ada. Tuyul-tuyul hitam itu melintasi waktu. Merekam kejadian-kejadian. Mereka sesungguhnya tak peduli. Mereka berlarian saja. Bermain-main. Bersenang-senang bersama kawan-kawan tuyul lain. Bersenang-senang mengejar kepiting hitam yang juga gaib. Jenis kepiting yang hanya dapat mereka temui kalau mereka sedang melintasi ruang dan waktu. Kepiting-kepiting itu yang menjadi jangkar waktu mereka. Ketika kepiting gaib muncul, mereka tahu mereka sedang melintasi ruang dan waktu. Ketika di penghujung jalan mereka bertemu kepiting warna putih, mereka sudah kembali ke masa sekarang. Perjalanan waktu yang dialami tuyul-tuyul itu berlalu amat singkat di masa sekarang. Mereka seperti tidak pernah beranjak. Tidak pernah berlarian. Tahu-tahu kembali dan sudah merekam banyak kejadian masa lampau. Mbok Sasih segera memasang kembali bola-bola mata gundu ke soket masing-masing. Segera saja bola-bola mata gundu itu berdesing cepat. Bahkan memercikkan bunga api layaknya gerinda membelah batu api.

Tapi perlu usaha ekstra untuk mengekstrak kejadian-kejadian apa saja yang sudah dipanen oleh tuyul-tuyul itu di masa lampau. Dan tak kesemuanya pasti dan jelas. Mbok Sinawang harus menjelajahinya dahulu. Dan itu membutuhkan waktu lama sekali. Sekali satu bola mata gundu dia ambil lagi, setelah berdesing kencang menyerap kejadian, dia cemplungkan ke baskom, lalu menyorotkan rekaman kejadian di langit-langit kamar, Mbok Sinawang tak boleh berkedip. Rekaman itu berlangsung sangat cepat. Kelebatan-kelebatan. Mbok Sinawang harus merekamnya lagi ke dalam otaknya pribadi. Untuk nanti diputar lagi di dalam benak sepelan mungkin, di momen-momen yang dirasanya sesuai dengan apa yang dia cari. Sungguh merepotkan bukan? Sudah begitu, tuyul-tuyul yang kelelahan minta menyusu. Menyusu jempol kaki Mbok Sinawang. Lihatlah betapa menggelikannya itu. Sungguh geli. Jempolmu dihisap oleh tuyul bermulut lucu. Mereka bergiliran mengisap jempol dan kuku selagi Mbok Sinawang mengamati kejadian-kejadian yang tengah dikilaskan depan matanya.

Dia memusatkan pikiran, sembari menahan geli, menyatukan fokus pada sosok Karti Benguk, semasa dia belum gila. Tapi susahnya bukan main. Kilasan kejadian-kejadian masa lalu begitu susah untuk dirangkai menjadi runut. Sepertinya dia perlu lebih banyak tuyul. Tapi sayangnya, sudah lama tak ada lagi pasangan gelap yang melakukan hubungan gelap di semak-semak. Semak-semak yang dihuni oleh genderuwo. Nafsu yang memuncak pada kelamin-kelamin tak bertanggung jawab, disemburkan oleh napas bau genderuwo. Melesak ke dalam selangkangan dan saling hajar saling sodok. Napas genderuwo menyatu dengan air puncak birahi, menjadikannya benih-benih tuyul. Kalau jabang bayi itu dibiarkan sampai hidup, maka bayi itu akan jadi jelmaan setan. Anak genderuwo kalau kau boleh bilang. Dan kalau jabang bayi itu tidak mau dipertahankan oleh pengandungnya, jabang bayi itu digugurkan dan ditanam ke tanah, besok paginya, dari gundukan tanah muncullah tuyul-tuyul hitam bermata gundu. Mbok Sinawang harus membiarkan tuyul-tuyul itu mengerjai pengandung dan pemuncrat benih. Menjadikan mereka sial seumur hidup. Mematikan rejeki. Menjauhkan jodoh. Menyesatkan mereka sampai tak ingat Tuhan. Kalau mereka sudah tenggelam dalam perzinaan, selamanya mereka akan tenggelam. Semakin parah dan semakin parah. Begitu tuyul-tuyul sudah puas, mereka akan kembali ke Mbok Sinawang. Bermain-main dan melintasi ruang dan waktu.

Mbok Sinawang telah menghabiskan waktu tujuh hari tujuh malam mencermati rekaman masa lalu bola mata gundu. Petunjuk-petunjuknya masih semu. Dia butuh lebih banyak tuyul lagi. Dalam satu waktu agar mereka semua bermain-main dan melintasi waktu. Saat ini dia baru punya tujuh belas tuyul-tuyul bermata gundu. Dia butuh lima puluh supaya rekaman masa lampau itu bisa lebih gampang untuk dirangkai. Seperti keping puzzle. Sekarang, tujuh belas tuyul itu, baru dapat memberikan keping keping retak cermin. Susah dirangkainya. Meski bersatu, tetap retak dan bayang-bayangnya makin membuat bingung.

Maka tak ada jalan lain, Mbok Sinawang pergi ke semak-semak untuk bersepakat dengan genderuwo. "Tolong lebih banyak lagi meniupi nafsu muda mudi."

Genderuwo menyanggupi.

******

Di malam yang dingin, seorang lelaki duduk di pos ronda. Dia habis marahan dengan istri karena ketahuan main mata dengan perawan di pasar. Istrinya itu sudah berminggu-minggu mendiamkannya di rumah. Bahkan mau minta jatah pun ditolak mentah-mentah. Si lelaki, panggil dia Karjo, nafsunya sudah memuncak di ubun-ubun. Selama itu, akhirnya dia menyerah dan membiarkan tangannya melakukan pemuasan batin. Sampai lecet. Di pos ronda, dia memikirkan perawan itu. Kemolekannya. Nafsu terbit di kepala kemaluannya. Berdenyut-denyut menyebalkan. Menuntut untuk segera ditunaikan. Karjo berangan-angan, seandainya saja dia punya ilmu untuk tak terlihat, dan melesat cepat, dia ingin mendatangi perawan itu dan menidurinya.

Di malam yang dingin, angin berembus ganjil. Si lelaki bernama Karjo yang duduk sendirian di pos ronda, meremas-remas kemaluannya yang gatal. Saat pikiran liar itu terbit. Angin berembus ganjil melintasi telinganya. Dia menggigil. Giginya bergemeletuk. Angin kemudian membawa bau sangit. Samar-samar dia mendengar suara tawa berat. Lalu ada sentilan di kemaluannya. Membuatnya berdiri tegak. Seketika Karjo berdiri. Melepas baju atasnya. Dan menyaksikan kulitnya berubah jadi hijau. Begitu juga dengan kolornya. Dia bisa tak terlihat dan bergerak cepat.

SETAN LEWATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang