Sabar Dalam Menangkap Kolor Ijo

566 54 5
                                    

Selagi menunggu genderuwo melakukan tugasnya, Mbok Sinawang mencari duit. Dia butuh duit, untuk bekal masa depan. Kalau saja masa depan masih tersedia baginya. Kalau tidak, ya mungkin akan disumbangkan saja. Buat musala, atau panti asuhan. Walau sebenarnya dia tidak peduli-peduli amat, paling tidak dia bisa berbuat sekali seumur hidup. Dia menyadari, apa yang dilakukannya bisa dibilang sesat. Berkali-kali dia dilabrak oleh Pak Kiai bersama santrinya. Mereka menuntut Mbok Sinawang berhenti melakukan kegiatan musyrik. Mbok Sinawang ogah meladeni bacot mereka. Jadi dia mengangguk saja dan berpura-pura tobat. Dia selanjutnya melakukan hal-hal yang lebih tak terlihat. Salah satu penyebab praktik persalinan yang dilakoninya dulu sewaktu muda adalah tuntutan dari Pak Kiai sok suci itu. Katanya, "Kami tidak ingin jabang-jabang bayi penerus generasi lahir dari tangan seorang musyrik."

Mbok Sinawang kemudian hanya melakukan kegiatan pengguguran. Kalau membantu melahirkan saja tidak boleh, baiklah, bantu yang mau membunuh saja. Toh kemudian bayi-bayi yang berusaha dia bantu bunuh, malah jadi tuyul. Dan tuyul-tuyul itu berguna baginya. Tuyul-tuyul itu bisa menghasilkan duit. Caranya adalah dengan melakukan praktik pengambing-hitaman.

Tanpa terendus Pak Kiai, Mbok Sinawang menawarkan jasa kepada caleg-caleg gagal, pengacara penjilat, dan orang-orang putus asa yang pengin menjatuhkan lawan. Mbok Sinawang menawarkan kepada mereka apa yang bisa dikumpulkannya terhadap lawan-lawan itu. Hal-hal yang tak sepatutnya diungkap. Hal-hal rahasia. Hal-hal memalukan. Setiap orang punya momen memalukan dan disembunyikan rapat-rapat. Toh kalaupun tak ada, Mbok Sinawang bisa mengatur kejadian memalukan itu. Mbok Sinawang punya si genderuwo yang bisa meniupi birahi. Mbok Sinawang tentu tidak melakukan transaksi itu di desa. Bisa terendus Pak Kiai dan dia bisa diusir. Tidak, Mbok Sinawang kadung cinta tinggal di desa. Bukan karena warganya, tapi karena apa yang ada di desa itu sendiri. Rahasia gaib yang belum sepenuhnya berhasil dia ungkap.

Mbok Sinawang pergi ke kota dan menghubungi orang yang tepat. Para ajudan yang disuruh mencari orang pintar adalah sasarannya. Mbok Sinawang cuma perlu foto dari lawan. Untuk kemudian dia berikan ke tuyul-tuyul hitam yang sudah agak dewasa, yang pertama dia dapat dari pengguguran. Mereka sudah lebih jago dan lebih terarah dalam mengendus masa lalu. Tapi anehnya, setiap mereka diminta untuk menelusuri Karti Benguk, mereka enggan. Mereka selalu menunjuk ke gerbang desa. Mbok Sinawang jadi ingat penampakan-penampakan makhluk gaib sebelum kedatangan Tini.

Ada sekitar empat bulan Mbok Sinawang mencari duit. Ya untuk foya-foya sedikit. Beli-beli ini itu sedikit. Sisanya kemudian disimpan. Dia tidak pelit. Dia belikan masakan kepiting untuk tuyul dewasa. Mereka doyan. Bahkan dimakan beserta cangkangnya. Ajaibnya, cangkang itu keluar menjadi perak atau emas dari dubur tuyul. Perak dan emas itu bisa dijual juga oleh Mbok Sinawang. Dasar memang tuyul-tuyul bermanfaat.

Apa yang dijanjikan genderuwo sudah mulai berdatangan. Ada kiranya lima pasangan gelap yang bersetubuh di semak remang-remang, datang sembunyi-sembunyi untuk minta digugurkan. Tak mau diendus oleh Pak Kiai, Mbok Sinawang diam-diam membangun ruang bawah tanah yang kedap suara. Di sana, tuyul-tuyul hitam terlahir. Dari lima pasangan itu, Mbok Sinawang mendapatkan dua puluh lima tuyul baru. Sebagai bayarannya, Mbok Sinawang mengatur agar salah dua dari perempuan celaka yang minta digugurkan kandungannya untuk dijadikan istri genderuwo. Istri tiga hari tiga malam. Dibawa ke dunia genderuwo. Setelah tiga hari tiga malam itu, Mbok Sinawang tidak begitu peduli genderuwo mau mengembalikan mereka atau tidak. Dia yakin sih pasti tidak. Mbok Sinawang tidak peduli.

Tapi butuh waktu juga untuk dua puluh lima tuyul baru itu untuk menuruti kemauan Mbok Sinawang. Dia harus membiarkan tuyul-tuyul itu membalas dendam kepada pemilik batang dan bola yang membuat mereka tak jadi lahir sebagai jabang bayi manusia. Mbok Sinawang meminta tuyul-tuyul dewasa untuk mendampingi mereka.

Tapi ternyata butuh waktu yang lama pula untuk melatih tuyul-tuyul baru itu untuk menjelajah waktu. Itu karena apa yang dilakukan pasangan-pasangan gelap bukan murni dari hasrat birahi mereka sendiri. Tak ada jalan lain, Mbok Sinawang harus bersabar. Sembari bersabar menunggu, dia mengamati apa yang terjadi di desa. Banyak hal terjadi setelah Tini dan ibunya lenyap begitu saja ditelan kabut fajar.

Hal-hal yang terjadi itu membuat Mbok Sinawang makin penasaran. Setan apa yang sedang menggerayangi desa. Bagaimana bisa tahu-tahu muncul sosok kolor ijo yang doyan memerkosa gadis sedang berjalan sendiri di malam hari.

Mbok Sinawang memberi saran kepada warga agar memasang penangkal kolor ijo di setiap rumah. Yaitu bambu kuning. Tapi tetap saja kolor ijo misterius itu masih bisa menggauli perawan. "Sepertinya ini bukan kolor ijo yang pernah marak dulu." Kata Mbok Sinawang, kepada dirinya sendiri. Sebab apa yang disarankannya kepada warga desa, dilarang mentah-mentah oleh Pak Kiai. Melalui megafon musala, Pak Kiai melarang warga desa untuk memercayai Mbok Sinawang. Tapi beberapa warga masih ada yang mendengarkan, mereka tetap memasang bambu kuning. Warga yang melakukan itu, diboikot oleh Pak Kiai untuk masuk musala. Mereka tidak peduli.

Perawan-perawan malang yang jadi korban pemerkosaan kolor ijo itu tiba-tiba perutnya bunting. Selama lima bulan, perut itu semakin besar. Dan pada malam purnama bulan keenam, mereka melahirkan kentut yang sangat busuk. Perut mereka kempis dan mereka kembali perawan lagi. Sialnya, hanya untuk bisa digauli lagi oleh si kolor ijo. Perawan-perawan malang itu trauma sepanjang hidup. Puluhan psikolog terbaik pun tidak akan bisa memulihkan mereka.

"Siapa sih kolor ijo ini. Bosan aku dengan bau kentut busuk perawan-perawan itu." Mbok Sinawang geram. Semalaman dia bersemedi di rumpun bambu satu-satunya yang ada di desa. Mbok Sinawang kedapatan ide. Masa selama berbulan-bulan ini mereka masih belum bisa menguak dan menangkap si kolor ijo. Di desa, tinggal satu perawan yang belum diperkosa kolor ijo. Yaitu Sulastri, anak Pak Kades. Dia pasti jadi korban terakhir. Mbok Sinawang menyewa jasa genderuwo lagi. Balasannya tentu dia menjanjikan Sulastri agar bisa dikawini oleh si genderuwo. Dia tidak peduli. Diam-diam, Mbok Sinawang membisiki para peronda agar berjaga-jaga di sekitar rumah Pak Kades.

******

Karjo setiap malam berburu perawan. Dengan kesaktiannya menjadi tak terlihat dan bergerak cepat, dia bisa menyelinap masuk rumah-rumah yang ada perawannya. Tentu korban pertamanya adalah si gadis perawan yang ditemuinya di pasar. Rumahnya sih di desa sebelah. Tapi tetap dia jabanin. Karjo menyelinap masuk ke kamar si perawan dan melucuti pakaiannya. Betapa asyiknya, Karjo bisa menikmati tubuh si perawan tanpa si perawan menyadari. Karjo memerkosa mereka secara gaib. Tapi nikmatnya terasa secara fisik. Fisiknya sendiri.

Dia lakukan itu selama hampir satu tahun. Tak ada malam tanpa memerkosa perawan. Setiap malam dia selalu berhasil meniduri mereka. Kecuali malam terakhir itu. Sasarannya adalah perawan anak Pak Kades. Sebetulnya tidak cantik-cantik amat. Tapi tak apalah untuk variasi. Baru menyelinap masuk ke kamar Sulastri, ada tangan gelap yang mencengkeramnya. Sial, Karjo dicengkeram genderuwo. Selanjutnya tahu-tahu ada bunyi kentongan dipukul keras-keras. Karjo ketahuan, ilmunya hilang begitu saja karena sergapan genderuwo. Malam itu Karjo habis dihajar warga desa. Bahkan kematiannya tidak diperlakukan selayaknya warga desa lain. Dia dikubur asal-asalan. Bahkan istrinya tidak menangisinya. Pak Kiai tidak bisa berbuat banyak. Dia paling tidak suka pelaku kesesatan.

SETAN LEWATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang