Kakak Yang Memilih Merdeka Dengan Menikahi Genderuwo

491 49 2
                                    

Sulastri menghilang karena diajak dinikahi genderuwo. Menghilangnya Sulastri, tidak ada yang peduli. Menghilangnya Sulastri, tidak ada yang merasakan, tidak ada yang peka. Dia tidak penting. Lagipula, Sulastri dulu jarang keluar rumah. Dia malu. Dia malu punya ayah hidung belang. Dia malu punya kakak gila. Dia malu punya ibu sakit-sakitan. Yang bikin dia tidak malu adalah Sunarti. Tapi Sunarti lebih memihak Karti Benguk dan ibunya. Sulastri tidak bisa protes. Kalau sedikit saja protes, misal uang jajan kurang waktu sekolah dulu, dia langsung kena pecut. Setiap kena pecut, dia pakai lengan terusan, supaya teman-temannya tidak melihat bekas luka yang tak akan hilang sepanjang masa.

Di rumah, ayahnya yang menjabat sebagai Kades, selalu memperlakukannya seperti pembantu. Harus nurut ini itu. Harus melakukan ini itu. Dan tak boleh menolak. Setiap pagi harus bikin kopi, roti bakar dan telur dadar. Takarannya harus pas. Kalau saja kopinya terlalu manis barang kelebihan beberapa butir kecil gula, Pak Kades akan menyiram kopi itu ke Sulastri. Ya Tuhan, neraka dunia itu ada. Neraka-neraka yang diisi oleh lelaki-lelaki haus kuasa dan merasa pantas memperlakukan anak istri seperti itu. Merasa berhak. Bak raja. Raja lalim.

Sulastri memendam keinginan untuk merdeka. Semenjak lulus SMA dia tidak bisa ke mana-mana. Dia bahkan tidak berani pacaran. Bahkan mau memandang laki-laki yang disukanya saja tidak berani. Dia malu. Terlewat malu. Bagaimana nanti pandangan si lelaki terhadap keluarganya yang kacau balau. Ayah haus kuasa, ibu sakit, dan kakak yang gila. Sulastri tidak mengerti kenapa kakaknya mendadak gila. Sekolah mereka satu komplek. Sewaktu Sukartini SMP Sulastri di SD. Semuanya heboh ketika Sukartini lari-larian di lorong sambil angkat rok dan menyenandungkan nama Karno Bangir. Langsung saja teman-teman Sulastri mengolok-olok. "Nah itu dia adik si orang gila."

Berat sekali bagi Sulastri waktu itu. Dia pengin pindah sekolah saja. Ketika sudah tidak tahan dengan olok-olok itu, walau Sukartini sudah putus sekolah, dirawat di rumah, olok-olok yang masih terus melanda membuatnya protes keras kepada ayah. Sulastri minta pindah sekolah. Jawabannya adalah pemukul kasur melayang ke punggung. Sulastri sampai tidak bisa berjalan tegak. Sakit sekali. Dia bolos sekolah dua minggu. Itu pun setiap hari ayahnya selalu menghardiknya. "Alasan saja sakit. Bilang saja mau membuat malu ayah kau ya!" Ibunya tidak bisa membelanya karena terlalu sibuk menjaga Sukartini.

Kesedihan dan kemurkaannya makin memuncak ketika akhirnya dia yang jadi budak utama ayah. Itu ketika ibunya jatuh sakit. Setahun setelah Sukartini menghilang tiba-tiba. Sulastri tidak tahu ke mana kakaknya pergi. Apakah itu adalah tindakan ayahnya atau Sukartini memang kabur atas kemauan sendiri. Sulastri tidak berani bertanya. Takut pemukul kasur akan melayang lagi ke punggungnya. Ibunya jatuh sakit karena dipukul habis-habisan oleh ayah. Kepada orang-orang ayah bilang ibu kena stroke. Sulastri jadi yang harus mengurusi ayah dan ibunya. Dia pun tahu pasti, luka ibunya itu sudah sembuh, tapi ibu berubah seperti mayat hidup. Setiap malam, Sulastri mendengar ibunya mengigau, menyebut nama Sukartini. Itu membuatnya sedih bukan main. Dia mempertanyakan, apa artinya dirinya. Betapa tak dianggapnya. Ini neraka di dunia. Sempat dia pengin kabur saja. Terserah mau ke mana. Jadi gelandangan pun boleh. Bahkan jadi pertimbangan yang paling masuk akal. Lebih baik jadi gelandangan daripada hidup dalam lingkaran neraka seperti ini. Tapi bagaimana dengan adiknya? Kasihan Sunarti kalau dia harus berakhir seperti dirinya. Kalau kakak pertamanya gila, lalu kakak keduanya kabur karena tak tahan, sudah pasti pekerjaan-pekerjaan berat ini dilimpahkan kepadanya.

Sulastri harus kuat. Dia meyakinkan dirinya. Ada harapan di depan, setipis apa pun itu. Lagipula, kalau dia kabur, kemungkinan besar ayahnya akan menyuruh orang untuk mencari. Dan dia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan diterima. Mungkin dia akan dicekik sampai setengah mampus.

Maka ketika suatu hari dia menyadari bahwa ibunya menghilang, pekerjaannya terasa berkurang. Tapi tetap saja, deritanya masih tetap ada. Dia masih harus melayani ayahnya. Pemandangan menjijikkan itu masih membekas di kepala. Ayahnya memainkan batang dan bola di depan matanya. Membuatnya muntah di tempat. Tapi tak bisa bergerak. Kejadian itu membuatnya paranoid parah, bagaimana kalau ayahnya akan memperkosanya?

Maka di suatu malam purnama ketika Kolor Ijo menyelinap masuk ke kamarnya, waktu itu Sulastri tidak bisa tidur oleh bayang-bayang penis ayahnya, dia mengira kalau si Kolor Ijo adalah ayahnya sendiri. Ada yang menolongnya. Sesosok raksasa berbulu. Mencekik Kolor Ijo dan menyentil penisnya sampai melingkar spiral. Genderuwo itu mengikat si kolor ijo lalu membuangnya keluar rumah. Sekian lamanya, baru itu Sulastri merasa aman. Ancaman terbesar dalam hidupnya tereliminasi. Dan dia bersedia melakukan apa pun untuk si penyelamat.

"Terima kasih telah menyelamatkanku." Sulastri berlutut di depan kaki genderuwo.

Genderuwo yang tak pernah diperlakukan begitu oleh umat manusia, jadi luluh.

"Beritahu apa yang bisa kulakukan untukmu?"

"Jadilah istriku." Kata si genderuwo.

"Itu artinya kau akan membawaku pergi dari neraka ini?"

"Benar, jadilah ratu di kerajaanku."

Menjadi ratu, adalah impian konyol waktu dia masih anak-anak. Tapi sekarang, mimpi itu bisa jadi nyata. Sulastri tidak peduli dengan tampang buruk si genderuwo. Baginya dia adalah pahlawan. "Bawalah aku."

Di kerajaan genderuwo, Sulastri disayang-sayang, dimanjakan, dipenuhi segala keinginannya. Rasanya Sulastri ogah kembali ke dunia manusia. Dia sudah nyaman di sini.

Sulastri tidak pernahtahu, ada pemuda yang naksir padanya di desa. Yaitu Mat Coli. Ralat, hanya adasatu yang peduli dengan menghilangnya Sulastri. Dialah Mat Coli. Sudah lama diamendamba Sulastri. Tapi dia selalu diusir oleh sekuriti rumah Pak Kades. Makaketika dia mabok karena stres memikirkan ke mana menghilangnya Sulastri, diahanya akan membayangkan Sulastri ketika melakukan onani. Petir menyambar danmembuatnya benar-benar melakukan apa yang dijanjikannya. Mat Coli mulai onanidi pasar. Mat Coli mulai onani di terminal. Mat Coli mulai onani di tempatwisata. Mat Coli mulai onani di depan rumah warga. Dia sering disiram, baik ituair got, kuah soto basi, kopi, kencing, bahkan air panas. Semua itu takmenghentikannya. Di depan rumah Pak Kades dia onani sambil menyebut namaSulastri kencang-kencang. Oleh sekuriti Pak Kades dan beberapa warga, Mat Colidigiring ke lapangan dan diikat di tiang. Tangannya diikat kencang. Tapi itujuga tak menghentikan caranya beronani. Tanpa tangan, dia bisa menggunakankaki. Lalu pelirnya ditutup pakai kantong plastik. Diikat karet berlapis-lapissampai pelirnya membusuk dan tidak bisa berfungsi lagi. Mat Coli dibawa kerumah rehabilitasi. Tanpa penis yang berfungsi. Tapi cintanya kepada Sulastritak pernah berhenti.

SETAN LEWATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang