D u a B e l a s

26 6 1
                                    

Ingin marah, namun itu tidak akan menyelesaikan segalanya. Mungkin aku akan diam, sampai engkau sendiri menyadarinya.

-Clara.

---

"Tante Amara ikut Bunda sama Ayah." ujar Clemira memecah keheningan di saat makan malam. Clara hanya menatapnya sekilas.

"Oh." singkat padat jawaban Clara. Tidak minat membahas topik tersebut.

"Lo tuh kenapa sih?" celetuk Clemira membuat Clara menatap Clemira dengan tatapan remeh. Dengan tidak berdosanya Clemira bertanya hal demikian.

"Gue? Kenapa?" tanya Clara datar.

"Iyalah! Siapa lagi yang gak sopan sama kakaknya?!" Clemira membentak Clara.

"Lo yang selama ini kenapa?!" Clara meninggikan suaranya.

"Lo selalu maki-maki gue, lo selalu ngatain gue ini lah itu lah. Dengan gak berdosanya lo ngomong sama gue seakan kita punya hubungan baik." sarkas Clara ,Clemira mendadak bungkam.

"Gue diem, mana pernah gue ngadu waktu lo maki-maki gue." Clara berucap datar. Ditatapnya Clemira yang masih terdiam dengan pikirannya sendiri. Clemira menatap Clara tajam.

"KARNA LO EMANG PANTES DI MAKI!" teriak Clemira sangat keras membuat Clara menutup kedua telinganya.

"Udah atuh non." Bi Endah datang, dengan panik menghampiri kedua kakak beradik yang sedang beradu argumen.

"LO EMANG GAK PERNAH BERUBAH!"Clara berteriak dengan nada membentak lalu pergi meninggalkan meja makan.

"LO ITU ANAK GAK BERGUNA, MANJA, DI BAIKIN NGELUNJAK!" teriak Clemira sarkastik. Clara yang hendak menuju kamarnya sontak menoleh ke arah Clemira.

"Udah non ,udah toh!" Bi Endah mengelus pundak Clemira.

"Lo ngaca dulu deh." jawab Clara datar. Clara melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dengan emosi yang sudah meluap-luap.

Sudah Clara duga, beginilah jika Clara dan Clemira di satukan dalam satu rumah tanpa orang tua mereka. Perdebatan hebat selalu terjadi.

"Udah mulai berani tuh anak." gumam Clemira lalu membereskan piring miliknya dan bergegas menuju ke kamar.

---------

"Von ,udah jalan berapa hari lo?" celetuk Khenzo saat mereka tengah berada di rumah Deven dengan tujuan nongkrong dan bermain.

"Baru 5 hari." ujar Givon singkat.

"Hm, sisa 16 hari." gumam Farrel.

"Gimana? Seneng nggak?" tanya Khenzo sambil fokus pada game nya.

"B aja." jawab Givon lalu melempar stik ps nya ke arah Deven agar di ambil alih. Dengan sigap Deven menangkapnya.

"Lo suka gak sih sama Clara?" tanya Deven tiba-tiba. Givon menggidikkan bahunya acuh.

"Nggak tau." jawabnya.

"Saran gue nih ,lo jangan terlalu care sama Clara." Givon menoleh menatap ke arah Khenzo.

"Nah iya tuh, biar lo kesannya nggak baperin banget lah." tambah Farrel.

"Gue harus gimana?" tanya Givon.

"Rada cuek." Deven menyahut. Givon mengerutkan keningnya.

"Hm?" Givon mencerna perkataan Deven.

"Lo cueknya sama Clara aja jangan sama gue." lanjut Deven.

"Karena aku tidak sanggup di cuekin kamu." sontak Givon menonyor kepala Deven keras ,membuat si empunya mengaduh.

21 Day's DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang