Setitik momen mulai berani masuk ke dalam hidupku membentuk sebuah kenangan.
----
Kejadian di bioskop beberapa hari lalu masih terngiang-ngiang di kepala Clara hingga susah tidur. Dimana Givon menarik Clara dalam dekapannya. Mengingatnya Clara malah senyum-senyum sendiri.
Clara tengah berbaring di ranjangnya sambil membayangkan momennya bersama Givon di bioskop. Setelah momen itu ,Clara dan Givon semakin akrab. Bahkan pulang dan berangkat sekolah pun bersama.
Tiba-tiba Clara di kejutkan dengan ketukan pintu kamarnya. Clara pun berdiri dan membuka knop pintu ,ternyata Vania bundanya.
Lagi-lagi pemandangan yang di benci Clara ,sudah rapi dengan balutan rok dan kemeja tak lupa di lengkapi blazer. Satu hal yang menyita perhatian Clara adalah , dua buah koper besar di belakang bundanya.
Clara melihat jam dinding di kamarnya. Pukul sebelas malam ,mau kemana bundanya rapi sekali. Clara bersandar di tembok tanpa melihat Vania.
"Clara." panggil Vania. Clara tak menoleh apalagi menyahut.
"Nak." panggilannya lebih halus kali ini. Clara tetap memandang ke arah lain. Hingga Vania menyentuh pundaknya baru Clara menoleh.
"Bunda mau ke London." tubuh Clara seakan tak berdaya seketika. Sungguh dirinya sangat tidak rela.
"Tidak lama, sekitar 4 - 5 bulan bunda bersama Ayah. " lanjut Vania menjelaskan pada Clara.
'TIDAK LAMA DARI HONGKONG!' batin Clara emosi.
"Bunda dan Ayah akan mengurus dan menyelesaikan masalah di perusahaan kemudian kembali ke Indonesia jika perusahaan benar-benar stabil. Jadi kamu disini dengan Tante Ama-"
"Oke. Bye bunda." ucapan Vania terpotong oleh Clara. Clara masuk kamarnya dan tak lupa Clara mengunci pintu kamarnya. Padahal bundanya masih di depan ,tapi apa boleh buat ego sudah menyelimuti dirinya.
"Clara ,bunda belom selesai bicara." Vania sedikit berteriak. Clara sudah menangis kali ini ,kenapa waktunya bersama orang tua selalu tidak ada.
Clara beranjak dari ranjangnya ,dirinya keluar dari kamar dan menyalimi bundanya.
"Take care Bunda dan Ayah. Bilang sama ayah ya bun. Hiks ,bye." Clara menutup pintu kamarnya ,kali ini lebih keras dan menguncinya. Clara pun menangis sejadi-jadinya.
Vania sudah tidak tahan ,air matanya lolos begitu saja. Sebenarnya dirinya pun tidak tega meninggalkan kedua gadisnya ,tapi apa boleh buat perusahaan di sana membutuhkan campur tangan dirinya dan suaminya.
Jika orang-orang bilang Clara manja ,percayalah Clara hanya melakukan itu pada orang tuanya. Karena memang bertemu kedua orang tua sangat jarang terjadi.
--------
"Clara ,bangun kamu!" Amara menggoyangkan tubuh Clara. Clara mengucek matanya pelan. Dilihatnya Amara sudah berdiri di dekat kasurnya.
•(Yang lupa Amara siapa ,cek part 1 ya)•
"Heh ,udah jam 6. Kalo bukan Mas Anton yang nyuruh aku gak sudi bangunin kamu." ujar Amara.
"Maaf-maaf saja ,saya juga tidak menyuruh anda untuk membangunkan saya. Dan saya juga tidak sudi dibangunkan anda." sarkas Clara lalu beranjak ke kamar mandi. Langkahnya terhenti mendengar perkataan Amara.
"Dasar anak pungut! Di pungut aja ,songongnya minta ampun. Kok bisa ,Mas Anton sama Vania mau mungut kamu?" ucapan Amara membuat hati Clara di tusuk ribuan pisau. Selalu saja 'anak pungut' menjadi senjata lidah tajam milik Amara. Padahal kan dirinya anak Ayah dan Bundanya ,sudah terbukti sewaktu dirinya bertanya pada bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
21 Day's Dare
Teen FictionHidup tidak selalu penuh dengan kebenaran. Ketahuilah ,di luar sana banyak dusta-dusta yang merajalela. Hingga kita pun tidak merasakan bahwa kita telah di kelabuhinya. Perihal Clara ,seorang gadis yang selalu ceria dan ramah. Namun siapa sangka ,b...