S a t u

104 11 11
                                    

Pertemuan Jenaka ini bisa saja awal dari segalanya.

----

Seorang gadis tengah duduk di tepi ranjang dengan bersenandung ringan. Kakinya menjuntai kebawah dan sengaja di ayunkan. Suasana hatinya sedang di landa bahagia pagi ini ,entah apa penyebabnya. Di tambah suasana hari minggu yang menenangkan.

"Hei Tayo ,Hei Tayo dia bis kecil ramah."

"Melaju ,merangkak tayo selalu sedih." senandung masih berlanjut ,kini di iringi tepuk tangan ringan. Senyuman tipis terulas di wajah cerianya.

"Jalan menanjak ,jalan berbelok dia selalu sendiri." tak henti-hentinya tangannya bertepuk ria. Kini ia mulai tertawa ringan.

"Kasian si Tayo jomblo ,tapi gue juga sih." gadis itu bergumam sambil menerawang ke langit-langit ruangan.

Tubuhnya terlonjak kaget mendengar sebuah ketukan pintu kamarnya.

"Clara! Bangun!" ucap seseorang di balik pintu.

Clara Stevannia Alderic ,gadis yang dilahirkan di keluarga serba cukup. Ramah dan ceria itulah sifatnya.

Clara pun berjalan lunglai sambil membuka knop pintu. Dilihatnya ,seorang gadis yang berumur 3 tahun lebih tua darinya. Clara mendengus malas melihat Clemira berdiri di depannya.

Clemira Aisy Alderic ,kakak Clara satu-satunya. Sangat cuek dan tidak suka dengan Clara ,entah karena apa. Clara tidak mengetahuinya.

"Ditunggu di bawah ,bisa nggak sih lo itu inisiatif untuk keluar kamar dan bangun tanpa di suruh." -Clara terdiam mendengarkan ocehan pagi Clemira.

"Aku nggak nyuruh kakak bangunin aku. Lagian aku udah bangun dari subuh." Clara membuka suaranya ,perdebatan seperti ini memang sering terjadi.

"Terserah." sudah Clara duga ,pasti Clemira akan pergi ditengah perdebatan. Clara menghela nafas untuk meredam kekesalannya. Kini Clara memilih untuk menuruni tangga dan menuju ruang keluarga.

"Sayang ,sini duduk." Vania ,Ibunda Clara tersenyum lalu menepuk-nepuk bagian sofa yang kosong. Clara mengangguk lalu mendudukkan dirinya di sofa yang mana di sampingnya terdapat Vania sedang menonton televisi dan memakan cemilan.

"Ada apa Bunda?" tanya Clara sambil mencomot sedikit cemilan milik bundanya.

"Nggak papa ,Clara sudah mandi kah?" Vania bertanya pada anak bungsu di sampingnya ini.

"Belum." Clara menyengir kuda. Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Ayo Bun." Clara menoleh ke arah belakang mendapati pemandangan yang dibencinya. Anton, ayahnya berpakaian siap untuk berangkat bekerja. Dan kini tengah bersama dengan wanita yang tengah merapihkan dasinya. Wanita itu adalah ,Amara. Amara Zhenna Alderic ,istri kedua Anton.

Anton memakai jas miliknya dan membawa sebuah tas kantornya. Clara baru menyadari ternyata sedari tadi bundanya sudah memakai pakaian formal untuk ke kantor. Clara menghela nafas ,tidakkah ada hari libur? tanyanya dalam hati.

Amara menyalami tangan Anton diikuti Clemira dan Clara. Anton mengecup dahi Clara lalu tersenyum. Clara hanya memasang wajah datar.

"Kan ,sudah pasti putri ayah ini akan marah." ujar Anton sambil mengelus puncak kepala Clara. Clara bersedekap dada dan memasang mimik seperti anak kecil yang marah. Clemira melirik sekilas lalu pergi untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Oke oke ,Clara mau apa?" tanya Anton sambil terkekeh.

"Martabak manis Coklat Keju!" pinta Clara sambil merengek kecil. Anton dan Vania tertawa.

21 Day's DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang