E n a m

59 11 0
                                    

Terkadang orang yang kita anggap istimewa adalah orang yang menorehkan luka.

----


Clara terlonjak kaget mendengar bunyi alarm pagi di ponselnya. Dilihatnya sekarang sudah pukul lima pagi. Clara memejamkan matanya sejenak lalu bergegas turun dari ranjangnya. Matanya terlihat berkantung karena begadang semalam.

Clara langsung saja bergegas ke kamar mandi.

Bisa dihitung Clara hanya tidur sekitar tiga jam saja. Sebenarnya Clara ingin tidur lebih lama lagi ,tapi mengingat dirinya harus menyerahkan flashdisk pada Alexa pagi ini. Flashdisk yang berisi urutan panitia dan proposal kegiatan Tanam Bakau.

Alexa meminta pagi hari sebelum dirinya bertugas sebagai petugas kedisiplinan. Artinya Clara harus memberikannya sekitar pukul enam pagi. Merepotkan sekali bukan?

'Clar, besok lo ngasih flashdisknya sebelum osis nugas ya? Nggak ngerepotin kan?' saat semalam Alexa menelfonnya dan mengatakan itu ,Clara hanya bisa mengiyakan. Padahal dirinya sangat kewalahan.

Jadinya ia harus bangun lebih pagi untuk menyerahkan flashdisk tersebut. Kata Alexa ia ingin melihat file nya dahulu sebelum rapat pulang sekolah. Sudah dirinya yang membuat proposal ,kini dirinya juga yang harus mengantarkan flashdisk nya. Semua saja Clara yang mengerjakan.

Setelah selesai membersihkan diri dan lain-lain. Clara kini tengah bercermin ,sambil memakai bedak tipis miliknya. Tak lupa ,ia memoleskan sedikit lipbalm agar bibirnya tidak kering.

Setelah siap ,Clara segera menyambar tasnya dan turun ke lantai bawah. Dirinya mengurungkan niat untuk sarapan ,selain karena jam sudah mepet juga karena ada Amara menatapnya sinis dari meja makan.

Clara bergegas berangkat ke sekolah dengan supir pribadinya.

-----

Di sisi lain. Zahra ,mama Givon melangkah cepat menuju kamar milik anak sulungnya. Zahra sudah beberapa kali berteriak agar anaknya itu terbangun ,namun tidak kunjung muncul.

"KAKAK!"

"Astagfirullah!" Givon terkejut mendengar teriakan mamanya. Givon terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya, Zahra berkacak pinggang menatap anak sulungnya masih berbaring manja di ranjang.

Givon mengucek matanya perlahan ,dilihatnya Zahra menatapnya tajam.

"Mama ,pagi-pagi udah berisik!" sewot Givon sambil menarik selimut miliknya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Zahra geram lalu menarik selimut Givon.

"Givon! Liat dong jamnya!" teriak Zahra sambil melempar jam tangan milik Givon yang terletak di tepi ranjang.

Givon berdecak malas ,lalu melihat jam tangannya dengan ogah-ogahan. Matanya membulat sempurna melihat angka-angka tersusun rapi yang menunjukkan pukul enam pagi.

"Mama bukannya bangunin! Givon jaga osis sekarang." Givon segera beranjak menuju kamar mandi.

Zahra mengelus dadanya pelan untuk meredam emosinya.

"Mama udah bangunin kamu daritadi ,dasar kebo!"

"Lah, kan Givonnya nggak kedengeran." sahut Givon dari dalam kamar mandi.

"Mama sih nggak mau lebih kencengan lagi banguninnya. Givon pasti kena hukum kesiswaan ini mah." lanjutnya.

"Makanya jangan begadang terus! Main hp mulu." Zahra tidak ingin kalah.

"Kids jaman now, semua-semua pasti kaum emak yang di salahin. Dasar!" geram Zahra lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Givon. Di dalam kamar mandi Givon berdecak kesal.








21 Day's DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang