RAHASIA

8.8K 478 12
                                    

Sepanjang perjalanan menuju entah, Kio hanya diam. Naraya sendiri bingung ingin berkata apa. Ia hanya bisa diam dan berharap semuanya baik-baik saja.

Jelas sekali kepanikan di wajah Kio.

"Nyonya, pegangan ya"

Naraya yang mendengar penuturan Kio dengan ragu-ragu mencengkeram seragam Kio.

Dengan Satu tangannya, Kio menarik tangan Naraya sehingga melingkar di pinggangnya.

Naraya terkejut, ingin menolak tapi Kio justru semakin kencang melajukan motornya. Tuhan, bahagia macam apa ini? kenapa rasanya tidak ingin kuakhiri? Oh tidak-tidak! Gila kali gue! batin Naraya.

*****

Kio memarkirkan motor di depan sebuah rumah sakit. Dengan terburu-buru ia melepas helmnya. Kio menarik tangan Naraya yang juga baru saja melepas helm yang dipakainya.

Langkah kaki Kio semakin cepat seolah tak mempedulikan Naraya yang sedikit kewalahan mengimbangi langkahnya.

"Dari mana aja lo? Bukannya urusin nyokap, malah kelayapan!" Bentak seorang laki-laki yang berdiri di depan sebuah ruangan bernomor 405 itu. Wajahnya terlihat sangar, ada tatto  di lehernya. Meski begitu, ia tetap terlihat tampan tak jauh beda dengan Kio. Tapi tentu saja Kio terlihat lebih lembut dan meneduhkan dibanding Laki-laki itu.

"Siapa dia?" tanya Naraya dalam hati. Naraya masih belum berani bertanya apa-apa pada Kio. Apalagi dalam keadaan seperti ini. Diam dan mengikuti langkah Kio adalah satu-satunya hal yang paling tepat untuk  dilakukan saat ini.

Kio sendiri hanya melihat sekilas laki-laki itu lalu tanpa menjawab apa-apa Kio langsung masuk ke dalam ruang rawat inap itu diikuti Naraya yang kebingungan.

Di dalam ruang rawat inap ada seorang suster yang sedang membenarkan infus dan seorang wanita yang sudah tidak muda lagi sedang berbaring di ranjang dengan mata terpejam.

"Bagaimana keadaan Ibu saya, Sus?" Tanya Kio seraya melepas genggamannya dari tangan Naraya lalu beralih menggenggam tangan wanita yang merupakan Ibunya itu.

"Pasien sudah ditangani sama dokter. Sebentar lagi akan kembali baik-baik saja. Tapi ingat, jangan sampai Pasien kecapean lagi, atau kondisinya akan semakin memburuk. Sekarang biarkan istirahat dulu. Kalian bisa tunggu di luar." Suster itu berjalan keluar setelah selesai menjelaskan keadaan Ibu Kio.

Kio menatap ibunya lama, Naraya mendekati Kio dan mengusap pelan pundak Kio.

"Maaf ya, Nyonya Nara. Jalan-jalannya jadi terganggu" Kio menoleh ke arah Naraya, Naraya tersenyum manis sekali.

"Tidak apa-apa, sekarang biarin Ibu istirahat dulu. Kita tunggu di luar,ya." ajak Naraya.

Naraya bisa melihat dengan jelas kekhawatiran di mata Kio.

Kio berdiri dan melangkah keluar. Naraya mengikutinya dari belakang.

"Gue pulang dulu. Lo tunggu nyokap di sini. Administrasi udah gue urus. Ngga usah kelayapan lagi!" Kata laki-laki itu. Matanya melirik ke arah Naraya dengan tajam. Naraya yang ketakukan refleks bersembunyi di belakang tubuh Kio dan memegangi tas Kio.

"Iya, Bang" Jawab Kio.

Laki-laki itu pergi. Kio membalikkan tubuhnya menghadap ke Naraya. "Maaf, Nyonya jadi harus melihat kekacauan ini. Mau pulang sekarang?" Kata Kio.

"Gue temenin lo dulu di sini" Suara lembut Naraya membuat Kio tersenyum.

"Duduk?" tanya Kio, tangannya menunjuk ke arah bangku yang berderet di koridor Rumah Sakit itu.

"Iya"

Keduanya kemudian duduk. Lalu saling diam untuk waktu yang cukup lama. Naraya merasa canggung untuk bertanya tentang apa yang terjadi, sedangkan Kio entah sedang memikirkan apa.

*****

Kio mengeluarkan Kotak Makan berisi roti yang ia dapatkan dari Naraya tadi pagi.

"Mau?"

"Lo aja. Gue udah sarapan tadi"

"Tapi ini sudah hampir siang, Nyonya" Kio terus menyodorkan roti itu ke mulut Naraya.

Naraya mengambil roti itu dari tangan Kio lalu memakannya.

"Yaaaah. Sudah dibilang gue siap membantu apa saja. Baru mau dibantu nyuapin roti malah gagal." Kio tersenyum lalu mengambil satu potongan roti lagi dan memakannya.

"Gue bukan anak manja, jadi ngga perlu disuapin segala." kata Naraya

"Siapa bilang lo anak manja? kan gue sendiri yang inisiatif. Lagian kalau makan dari tangan orang lain rasanya akan lebih enak. Sini cobain biar percaya." Kio kembali menyodorkan sepotong roti pada Naraya.

Naraya mengikuti perintah Kio, ia memakan roti di tangan Kio.

"Bagaimana? enak kan rasanya?"

"Sama aja"

"Yaah harus diulangi lagi ini biar kerasa bedanya" Kio mengambil sepotong roti lagi. belum sempat ia menyuapkannya pada Naraya, Naraya telah lebih dulu mengambil sepotong roti dan ia masukkan dengan paksa ke dalam mulut Kio.

"Hahahaha" Tawa Naraya memecahkan ketegangan yang sedari tadi menguasai keadaan.

"Nyonya Nara, di hari pertama kita dipertemukan tanpa sengaja ini, semesta telah menunjukkan banyak rahasia pada Nyoya. Semesta telah memperkenalkan kita jauh lebih dekat lagi. Kira-kira apa ya rencana semesta untuk kita?" Kio terlihat serius dengan perkataannya. Naraya hanya diam tidak tau ingin berkata apa.

"Oh ya, Nyonya Nara. Semua kekacauan ini biar gue jelasin nanti  ya. sekarang nikmati dulu kejadian-kejadian yang di atur semesta buat kita berdua." Kio kembali terdiam. ia tau bahwa cewek cantik di sampingnya ini telah kehabisan kata-kata untuk diucapkan.

*****

"Tuhan, sebenarnya apa maksud dan tujuan kita dipertemukan? jika hanya untuk kembali terluka seperti sebelumnya, kumohon akhiri saja semuanya sekarang juga." Kata Naraya dalam hati. Ia menatap Kio yang tersenyum manis ke arahnya.

"Tuhan, aku tidak akan meminta banyak hal di awal pertemuan. Kukira itu akan terlalu berlebihan. Aku hanya akan berterima kasih karena Engkau telah mempertemukanku dengan dia. Entah kenapa rasanya seperti ada bahagia yang tak bisa kujelaskan ketika melihat dia tersenyum. Aku tau ini terlalu cepat. Tapi aku juga tau kebahagiaan datang di waktu yang tepat." Batin Kio. Ia tersenyum manis ke arah Naraya yang terlihat bingung di depannya.

*****

Sengaja setiap part dibuat tidak terlalu panjang agar kalian makin penasaran.

Bagaimana cerita dari KIONARA kali ini?

Semoga kalian suka ya.

jangan lupa votes, komentar dan juga share ya.

salam sayang.

OPI


#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang