SENYUM

6.1K 321 28
                                    

Tidak semua hati mampu lupa dengan segera. Termasuk hati Naraya. Tapi kali ini ia benar-benar ingin berusaha untuk menerima Kio sebagai bahagianya yang baru. Pelan-pelan. Semoga Kio benar-benar bersedia menunggu, semoga Kio tidak terluka selama proses menunggu itu. Sebab memang untuk pulih dari luka di masa lalu memerlukan banyak waktu.

********

Naraya dan Kio sudah cukup lama duduk di atas batu besar di pinggir danau itu. Selain membicarakan perihal perasaan, mereka juga saling memercikkan air di wajah masing-masing. Sama-sama menikmati kebersamaan meski belum sepenuhnya dibersamakan.

Benar-benar hari yang menyenangkan.

Naraya merasa bisa secepatnya lupa pada luka dan menyambut bahagia bersama Kio, seseorang yang punya banyak sekali cara untuk membuat senyum Naraya muncul, seseorang yang selalu berhasil membuat Naraya merasa bahagia.

"Pulang?" tanya Kio.

"Sepatu lo basah, ngga dingin?" Naraya tidak menjawab pertanyaan Kio, justru balik bertanya.

"Ntar juga kering. Kenapa? Khawatir? Sudah mulai khawatir sama keadaan gue nih ceritanya? Jadi gimana? Kita jadian?" Kio mulai dengan gayanya yang menyebalkan tapi juga menggemaskan itu.

"Dih! Katanya mau nunggu gue lupa? Katanya mau bantu gue nyembuhin luka? Ini malaaah....."

"hahahaha iya iya. Gue tunggu sampai lo siap, sampai lo bener-bener terlepas dari masa lalu. Kalau orang bilang: jangan lama-lama membuat seseorang menunggu karena perasaan juga punya batas waktu, tapi kalau kata gue: terserah mau selama apapun waktu yang lo butuhin, gue tetep bersedia menunggu. Gue ngga akan maksa lo buat cepet lupa lalu cepet nerima gue di hidup lo. Seperti yang pernah gue bilang: Kalau lo belum bisa cinta sama gue, ngga masalah, biar gue yang cinta sama lo." Seperti biasanya, Kio selalu saja mengucapkan kalimat yang menenangkan yang membuat hati Naraya semakin merasa bersalah karena belum mampu menerima seseorang sebaik Kio.

"Lo ngga penasaran tentang siapa seseorang yang ada di masa lalu gue?" Kata Naraya tanpa menatap Kio, sebab merasa takut mendengar jawaban yang mungkin keluar dari mulut Kio.

"Ngga, gue lebih penasaran kenapa dia bisa setega itu nyakitin lo. Padahal gue aja mati-matian buat bahagiain lo."

Naraya tersenyum lalu menoleh ke arah Kio. Ditatapnya Kio dalam-dalam.

"Kenapa? Gue ganteng? Gue manis? Iya dari dulu."

"Lo cerewet!!"

"Cerewet gue cuma sama lo. Sama kayak cinta gue"

"Kenapa?"

"Cuma buat lo"

Naraya tersipu, ia berdiri dari duduknya.

"Ayok, pulang" katanya pada Kio.

Kio berdiri dengan sepatu basah yang enggan dilepasnya. Katanya bahagia bukan hanya perihal yang menyenangkan saja, hal-hal yang tidak membuat nyaman seperti sepatu basah pun harus dinikmati agar bisa merasakan bahagia yang tak semua orang paham bagaimana rasanya.

*******
Kio dan Naraya baru saja sampai di tempat Kio memarkirkan motornya, keadaan sedikit lebih ramai dibanding saat mereka datang tadi.

"Eh eh bentar, sini..." Kio menarik tangan Naraya dan berjalan menuju sebuah gerobak Kecil di atas sepeda tua, di sisi Gerobak tertulis "Leker 2000".

Seorang bapak tua yang berada di samping gerobak tersenyum melihat ada dua orang anak muda yang kegirangan. Satu maksudnya, sebab Naraya hanya mengikuti Kio saja.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang