YAKIN?

6.1K 332 26
                                    

Tangan Naraya menggenggam pinggang Kio erat sekali, matanya sedikit tertutup sebab silau dengan sinar matahari yang sedang terik-teriknya.

"Panas, ya?" Kata Kio yang melihat Naraya mengerutkan dahi dan menyipitkan matanya.

"Haaa? lo ngoomooong apaaa? gue ngga dengeeer" Naraya sedikit berteriak memastikan Kio mendengar perkataannya. Kio hanya tersenyum tak melanjutkan pertanyaannya. Ia melajukan motornya semakin cepat, bukan karena tak ingin berlama-lama menikmati jalanan kota dengan Naraya, Kio hanya ingin membawa Naraya cepat sampai ke tujuan, agar tidak lagi kepanasan.

Kio memarkir motornya di bawah pohon yang sangat besar.

"Sudah sampai? Ini tempat apa namanya?" Naraya menyapukan pandangannya ke sekeliling. Suasananya sejuk dan ada beberapa warung kopi yang tidak terlalu ramai di sekeliling tempat itu.

"Udah nih, ntar juga lo tau sendiri. Eh tapi ini kalau mau ke sana kita harus jalan dulu, motornya tinggal sini" Kio membantu Naraya membuka helmnya dan menaruhnya di spion motornya.

"Aman?"

"Lo? amanlah, kan ada gue yang siap jagain lo!"

"Motornya! bukan gue!"

"Hahaha aman, tenang. Yok" Kio menggandeng tangan Naraya. Naraya ingin menolak tapi tidak bisa, dia bahagia dan tak ingin melepaskan genggaman itu.

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak, banyak tumbuhan liar di sepanjang jalan. Untung bukan musim hujan jadi jalannya tidak licin. Naraya berjalan di belakang Kio dengan tangan masih saling menggenggam.

Sudah hampir sepuluh menit berjalan, tapi Kio belum juga berhenti.

"Masih lama?"

"Sebentar lagi, itu suaranya udah kedengeran, kan?" Benar sayup-sayup terdengar suara air terjun.

"Capek? mau istirahat dulu?" lanjut Kio.

"Ngga usah"

"Kalau capek, bilang." Kio tersenyum, dengan senyum yang manis seperti biasanya.

Naraya berjalan mengikuti Kio. Setelah berjalan kira-kira 20 menit akhirnya mereka sampai di sebuah danau besar yang di salah satu sudutnya terdapat sebuah air terjun. Meski tak terlalu tinggi, tapi suara percikannya sudah cukup membuat hati merasa tenang apalagi dalam keadaan yang tidak terlalu ramai seperti sekarang ini.

"Keren banget! Asli gue ngga tau ada tempat kayak gini di sini" Naraya merentangkan tangannya dan memejamkan matanya, menikmati kesejukan yang sudah jarang sekali dia rasakan.

"Jangan merem, nanti jatuh." Kio ikut merentangkan tangannya tapi dia tidak memejamkan mata seperti yang Naraya lakukan.

Naraya membuka matanya dan memandangi air terjun yang ada di depannya. Kio yang berdiri di samping Naraya menggenggam erat tangan Naraya. Mereka membentangkan tangan sambil saling menggenggam. seolah dunia kini benar-benar telah menjadi hak milik mereka berdua saja.

"Apa harus kulanjutkan segala perasaan yang selama ini selalu kuhindari? Apa kali ini semuanya akan baik-baik saja?" Batin Naraya, ia melihat ke arah Kio yang sedang menatap air terjun. Ia merasa bersalah, merasa bahwa tidak seharusnya mengikuti Kio sampai ke sini. Sebab jika pada akhirnya hatinya belum sanggup menerima orang baru, ia hanya akan membuat luka baru bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk Kio.

"Sini deh." Kio menarik tangan Naraya dan berjalan menuju batu besar yang ada di samping danau. Lalu duduk di batu itu. Naraya mengikuti Kio.

"Lepas aja sepatunya, biar ngga basah."Kata Kio pada Naraya. Sedangkan Kio memasukkan kakinya ke dalam air tanpa melepaskan sepatunya.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang