MENGHINDAR

5.9K 308 14
                                    

Hari Kamis, hari yang lebih menyenangkan dari hari lainnya. Karena jam pertama di kelas Naraya adalah Olah Raga. Kapan lagi bisa belajar sekaligus menghirup udara segar, kapan lagi bisa bebas dari ruang kelas yang isinya menghitung dan menghafal?

Langit nampak cerah dengan warna birunya, angin berhembus pelan, matahari masih sedikit malu-malu menampakkan teriknya. Semua anak sudah bersiap di lapangan sekolah untuk pelajaran olah raga.

"Ayo siapa yang tugas memimpin pemanasan hari ini?" Kata pak Banu, guru olah raga di sekolah Naraya. Memang sejak awal Pak Banu telah membuatkan jadwal untuk yang memimpin pemanasan sebelum pelajaran olah raga dimulai. Katanya kalau tidak begitu tidak akan ada yang mau menjadi sukarelawan untuk memimpin di depan.

"Naraya, paaaaak" Semua kompak menyebut nama Naraya. Naraya sendiri malah terkejut saat mendengar namanya disebut, Naraya benar-benar lupa jika hari ini adalah gilirannya memimpin pemanasan di depan teman-teman sekelasnya.

"Ayo, Naraya." Pak Banu meminta Naraya segera memosisikan diri.

Naraya berjalan ke luar barisan lalu menempatkan diri di depan teman-temannya. Sedangkan Pak Banu izin pergi ke toilet.

"Rentangkan tangan dulu! Jangan sampai nyentuh tangan sampingnya ya" Kata Naraya sedikit berteriak agar teman-temannya mendengar apa yang diucapkannya. Semua mengikuti perkataan Naraya.

"Azki! Lo jangan mulai jail ya! Masih pagi!" Naraya tak tahan melihat Azki yang menendang-nendang Felly yang berdiri tepat di depan Azki.

"Santuy dong, Nara. Eh iya, jangan laporan sama kakel ya. Takut gue."

Naraya mendelik mendengar jawaban Azki, semua mata tertuju pada Naraya seakan ingin menyelidiki apa sebenarnya maksud dari perkataan Azki. Memang Naraya hanya bercerita dengan Neva saja tentang Kio. Azki pun tau tanpa disengaja, kalau Kio tidak tiba-tiba datang ke rumah Naraya saat itu, Azki pun tak akan tau apa-apa.

"Udah yok mulai. Males gue dengerin Azki ngelantur" Naraya memulai gerakan pemanasannya mulai dari pemanasan bagian kepala. Naraya benar-benar tidak ingin diingatkan tentang Kio. Naraya sedang berusaha menghindar dari Kio bahkan juga dari percakapan yang bertema Kio.

Saat sedang melakukan peregangan pada otot kaki, tiba-tiba saja tanpa sengaja mata Naraya tertuju pada dua orang yang sedang berjalan di koridor kelas tak jauh dari lapangan. Mereka berdua tertawa dan tampak akrab. Masing-masing dari mereka membawa tumpukan buku.

"Kio!"

Lagi! Naraya melihat Kio tersenyum bersama cewek yang dilihatnya beberapa hari lalu naik motor bersama Kio. Naraya mendadak kehilangan fokus, ia lupa bahwa ia sedang memimpin pemanasan di depan.

"Woyyyy, ganti gerakan!"

"Astaga Narayaaa lihatin apa sih lo?"

"Oooh jadi kakel yang dimaksud Azki itu kak Kio?"

"Ha? Lagian nekat banget Naraya naksir Kak Kio"

"Narayaaa! Lanjut Woy"

Semua mulai ribut melihat Naraya yang terdiam. "Sorry" Naraya melanjutkan gerakannya dan mencoba melupakan apa yang baru saja dilihatnya.

Naraya merasa tidak melakukan hal yang nekat, karena memang Naraya tidak merasa menyukai Kio. Bahkan Naraya justru sedang ingin menghindar meski semesta selalu saja mengirimkan kebetulan-kebetulan yang membuat Naraya semakin mengingat Kio.

************

Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, Naraya masih saja enggan untuk diajak ke kantin dan memilih tetap duduk di bangku yang berada di samping lapangan.

#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang