KHAWATIR

4.1K 236 19
                                    

"Narayaaa, Nyonya Naraaaa" Kio mengetuk pintu rumah Naraya. Gerbang tidak dikunci, berarti ada orang di rumah. Pikir Kio.

"Narayaa" Kio kembali menyebut nama Naraya.

Pintu terbuka tapi yang keluar bukan Naraya melainkan Tante Hanun.

"Naraya belum pulang, ada apa ini kok kelihatannya panik sekali?" Tante Hanun keheranan dengan apa yang terjadi. Kio tak biasanya terlihat seserius dan setegang ini.

"Mah, boleh pinjem ponsel mamah buat telepon Naraya?" Kio memberanikan diri meminjam ponsel Tante Hanun. Kio tau Naraya tidak ingin membalas pesannya, tapi kekhawatirannya pada Naraya membuat Kio ingin segera mengetahui keberadaan Naraya sekarang juga.

---
Kio baru saja keluar kelas ketika tiba-tiba dapat laporan dari temannya kalau Naraya ditampar oleh Bang Gilang, abangnya Kio di depan sekolah. Bahkan teman Kio mempertanyakan perihal kebenaran Naraya menjadi penyebab meninggalnya ibu Kio. Kio ingin pulang dan menanyakan semuanya pada bang Gilang. Tapi kekhawatirannya perihal keadaan Naraya membuat Kio lebih memilih menuju rumah Naraya terlebih dahulu. Kio tau Naraya tidak mungkin baik-baik saja, Kio tau Naraya pasti sedang menahan tangis sekarang, itu sebabnya Kio ingin ada di samping Naraya.
---

"Masuk dulu, mamah ambilkan" tante Hanun meminta Kio masuk dan duduk di ruang tamu. Tapi Kio masih berdiri dan mondar mandir layaknya orang kebingungan.

"Ini. Nama kontaknya Narayaku. Kamu telepon dulu, mamah ambilkan minum biar lebih tenang" tante Hanun berjalan menuju dapur sedangkan Kio dengan cepat menelepon Naraya.

"Halo, mah. Naraya pulang agak sorean ya mah. Kalau ada Kio di sana, tolong suruh pulang saja. Naraya sedang tidak ingin menemuinya" Naraya mengucapkan kalimat yang terdengar begitu menyakitkan bagi Kio. Tapi Kio masih diam dan tak mengatakan apapun. Kio merasa tak berhak protes terhadap apa yang dikatakan Naraya.

"Naraya, ini diminum dulu" terdengar suara cowok yang tidak asing bagi Kio. Tapi Kio masih belum bisa memastikan siapa pemilik suara itu. Kio mendadak berpikiran macam-macam. Naraya tak ingin menemuinya tapi ada suara cowok yang sedang bersamanya. Ada orang lain yang sedang menenangkan Naraya. Bukan dirinya, tapi orang lain yang entah siapa.

"Mah sudah dulu, Naraya sayang mamah" Naraya memutuskan teleponnya sebelum Kio mengucapkan kalimat apapun.

"Siapa seseorang yang sedang bersama Naraya?" Pertanyaan itu berputar-putar di kepala Kio. Meski suaranya terdengar tidak asing tapi Kio belum bisa memastikannya.

"Mah, Kio tunggu Naraya pulang. Boleh?" Kio bertanya pada Tente Hanun yang membawa nampan berisi minuman dan meletakkannya di meja yang ada di ruang tamu itu.

"Boleh, tapi nak Kio tunggu di sini ya atau mau sambil nonton TV juga boleh. Mamah sedikit pusing mau tidur sebentar"

"Iya mah, Kio di sini saja."

"Diminum. Mamah istirahat dulu"

Kio ditinggal sendirian di ruang tamu dengan satu teko es dan satu gelas kosong.

Kio tak merasakan haus sedikitpun. Yang ada di pikirannya hanya Naraya.

*******

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#KioNara ( SUDAH TERBIT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang