Naraya meminta Bumi untuk menunggu di kursi kosong di depan loket stasiun, sedangkan Naraya memasan tiket. Naraya sendiri membawa uang tabungannya karena takut uang dari mamahnya tidak cukup. Naraya memilih kereta dengan keberangkatan paling cepat agar tak menunggu terlalu lama.
Bumi mengenakan kaos pendek berwarna hitam namun ada sedikit robekan di lengan kanannya, rambutnya masih acak-acakan. Memar dan luka di wajah serta tangan Bumi terlihat sangat menyakitkan, Bumi benar-benar terlihat kacau dan tidak baik-baik saja.
-
Naraya dan Bumi duduk di gerbong 3, ada anak kecil yang sedang menangis yang duduk di kursi depan Naraya dan Bumi.
Sepanjang perjalanan Bumi hanya diam. Tak mengatakan apapun, Naraya ingin bertanya tapi sepertinya bukan waktu yang tepat. Naraya masih mengenakan seragam sekolah dan tas sekolah. Tak membawa baju ganti. Sedangkan Bumi bahkan tak membawa apapun selain pakaian yang menempel di tubuhnya. Seolah dua orang yang sedang kabur dari rumah.
Naraya mengeluarkan ponselnya lalu memasang earphone, Naraya memasangkan salah satu ujung earphone ke telinga kanannya, lalu memasangkan yang satunya di telinga kiri Bumi. Bumi menoleh lalu tersenyum.
"Tidak perlu bicara dulu. Kita bisa saling diam sepanjang perjalanan." Kata Naraya seraya memutar sebuah lagu secara acak yang ada di playlist-nya.
Bumi memejamkan matanya. Naraya tau Bumi tidak tidur, Bumi hanya sedang ingin tenang. Tapi melihat luka Bumi membuat Naraya tidak tahan. Naraya mengeluarkan plaster luka bergambar bintang yang ada di tasnya.
"Bumi" Naraya memanggil Bumi pelan sekali.
Bumi membuka matanya dan menoleh ke arah Naraya."Bagian mana yang paling sakit?" Tanya Naraya.
Bumi memegang dada kirinya, seolah ingin berkata hatiku yang sakit. Naraya membuka plaster itu lalu menempelkannya di dada Bumi, masih terhalang baju tentunya.
"Cepat baik-baik lagi, jangan lama-lama terlukanya" kata Naraya.
Bumi masih saja Diam, matanya menatap Naraya tajam. Sedangkan Naraya sibuk mencari lagu yang ingin diputar selanjutnya.
"Naraya" Panggil Bumi
"Iya"
"Nanti aku cerita, nanti. Nanti"
"Bumi, tidak usah buru-buru. Masih ada waktu, kamu cuma perlu kembali baik-baik lagi." Kata Naraya.
Mereka berdua tenggelam dalam lamunan masing-masing tanpa kata, tanpa percakapan, hanya diam. Sesekali menatap ke luar jendela atau memejamkan mata.
*****
Naraya dan Bumi telah sampai di Stasiun Poncol, Semarang.
"Semarang panas, tapi menenangkan. Kamu tau kenapa?" Kata Naraya saat mereka berdua sedang berjalan menuju jalan raya yang berada tepat di depan stasiun untuk memesan taksi online menuju Rumah nenek Naraya di Ungaran.
"Kenapa?"
"Karena ada aku."
"Naraya, tidak lucu"
"Aku tidak sedang melucu, aku serius ini. Semarang dan aku adalah dua kombinasi yang tepat untuk menenangkan diri." Naraya menghentikan langkahnya dan menatap Bumi.
"Terima kasih" ucap Bumi lirih.
"Untuk?"
"Mau bicara denganku, menghiburku, kabur bersamaku. Dulu waktu kita masih satu sekolah kita hanya kabur ke pantai, toko buku atau nonton film. Tapi sekarang kita kabur ke Kota yang jauh, kota yang bagiku asing. Bukan hanya kotanya yang asing, semua yang ada di dalamnya juga asing"
KAMU SEDANG MEMBACA
#KioNara ( SUDAH TERBIT )
Teen Fiction[ FOLLOW DAN VOTE YAAA ] Tersedia di gramedia. Pesan online DM instagram @kopioppi "Kamu; yang membuatku kembali percaya bahwa bahagia benar adanya. Kamu; yang membuatku paham bahwa kesedihan bukan hal yang bisa dihindari keberadaannya" 1 #Kata (...