Acara perkemahan tinggal hitungan jam, semuanya sudah dipastikan siap. Sekarang tinggal Parepare untuk Keberangkatan sebentar lagi. Semua panitia membagi tugas untuk menyiapkan peralatan yang di bawa, mengingat tempat acara yang tidak dilakukan di sekolah. Jadi, semua harus benar-benar terpastikan, agar tak ada yang tertinggal.
"Her, ambil dokumentasi gih. Kameranya ada di sanggar". Ucap Bayu pada Hera, bayu memegang peran penting. Dia menjadi ketua kegiatan.
"siap bosqu". Ucap Hera mantap sambil meletakkan tongkat yang tadinya akan ia angkat menuju mobil.
"nyari apa yank?".Tanya Nando pada Hera, mulai usil.
Hera tak menjawab, dia hanya melirikkan matanya sekejap. Dia tak mau moodnya yang sudah bagus terusak oleh kelakuan Nando.
"sini, biar saya bantu kak". Ucap Nando sambil membawakan tas kamera.
"Hmm". Geram Hera, mulai risih pada Nando.
"kenapa kak? Dibantuin ga malah makasih malah gitu". Ucap Nando memancing emosi Hera.
"makasih Nando...". ucap Hera dengan senyuman terpaksa.
"nah, gitu dong... sama-sama kak".
Hera segera keluar sanggar sambil memfokuskan lensa kamera, mencari objek yang bisa difoto. Sesekali dia mengambil beberapa jepretan foto ketika teman-temannya mengemasi barang.
"Her". Panggil pak Andi.
"iya pak". Jawab Hera.
"saya dapat kabar kalau hari ini jalanan Malang bakal macet, jadi kita berangkat sekarang saja. kamu buat apel pemberangkatan, kepala sekolah mau menyampaikan amanat sekejap katanya".
"iya pak". Ucap Hera kemudian segera mengambil alih aba-aba. Dalam sekejap, semua DKA sudah berbaris rapi.
Sementara DKA tengah diberi amanat sekaligus doa pemberangkatan oleh kepala sekolah, para anak kls 2 yang ikut kemah menyiapkan sepeda motor mereka. Mereka memutuskan menaiki sepeda motor agar lebih cepat sampai di lokasi.
"kalian kok naik sepeda motor?". Tanya pak Andi dengan nada heran sekaligus seperti tudak setuju kalau kelas 2 naik sepeda motor.
"kami kan Cuma berlima pak. Lagian kalau kami pakai sepeda motor, kami bisa sampai di lokasi lebih cepat. Bisa menyiapkan apa yang sekiranya dibutuhkan pak". Jelas Bayu.
"loh kok gitu, kalian naik mobil saja. lagian bisnya juga masih kosong. Ditambah lagi kalau kalian naik motor resikonya besar".
Anak kls 2 tak bisa lagi melawan ucapan pak Andi. Akhirnya mereka terbagi menjadi dua kelompok, 3 orang berada di mobil bersama anak-anak yang sekiranya kalau naik bis muntah-muntah sedangkan yang 2, yakni Bayu dan Hera berada di dalam bis.
Ternyata di dalam bis tak sesuai ucapan pak Andi, bisnya full. Tak ada tempat duduk lagi untuk Bayu dan Hera. Mereka berdua pun berdiri.
"pengen banget gue berkata kotor". Ucap Hera kesal.
"sabar Her, gue juga ga kebagian tempat duduk kok". Jawab Bayu sambil mengusap dadanya sendiri, mencoba menahan emosinya.
Jalanan Malang memang mulus, tapi alur jalannya yang berliku dan naik turun membuatnya hampir terjungkal, hal itu menambah emosi Hera. Bayu yang melihat ekspresi kesal wajah Hera sesekali tertawa, tapi dirinya juga kesal sebenarnya.
"duduk sini aja kak, biar si gendut ini berdiri". Ucap Nando.
"lho kok Lo ada di sini?". tanya Hera spontan.
"ya kan saya ikut kemah kak". Jawab Nando enteng. "ndut, lo berdiri kek, ga kasian liat kaka kelas cantik berdiri". Ucap Nando mengusir teman sebangkunya.
Teman sebangku Nando menuruti perkataan Nando, dengan wajah yang agak enggan berdiri sebenarnya. Sebenarnya sih Hera juga enggan duduk di kursi sebelah Nando, tapi mau bagaimana lagi, dia terus saja terjungkal ketika sopir bis mendadak menginjak rem mendadak.
Di tengah perjalanan, Bayu dan teman sebangku Nando akhirnya mendapat tempat duduk di belakang. Ada kursi kayu yang memang biasa di bawa kondektur bis.
Mata Hera rasanya mengantuk. AC yang menyala membuatnya merasakan nyaman seperti di kamarnya. Sesekali Hera tak sengaja tertidur, kemudian terbangun ketika sadar kepalanya tertunduk.
"sini kak". Tawar Nando sambil menepuk bahunya sendiri.
Hera menatap dengan tatapan kaget. "maksudnya?". Mungkin itu arti tatap Hera.
"udahlah, daripada kebentur kursi depan". Ucap Nando sambil memegang kepala Hera dan menyandarkannya di bahunya. Hera tak menolak, matanya sangat berat untuk terbuka dan kepalanya seakan merasakan kenyamanan ketika disandarkan di bahu Nando.
Selama perjalanan menuju bumi perkemahan, Hera tertidur pulas. Dia tak tau kalau di balik tidur pulasnya, Nando berusaha tetap terjaga sambil menahan badan dan kepala Hera agar tak terbentur kursi depan. Walau sesekali nando juga terpejam sambil memeluk pundak Hera.
--
Suara derasnya sungai yang jernih. Air yang menabrak bebatuan dengan keras dan suara kicauan burung di antara ranting-ranting pohon pinus, membuat suasana sejuk benar-benar nyata. Mereka semua sudah sampai di bumi perkemahan.
"Nan, lo gak turun?". Tanya Bayu pada Nando yang belum juga berdiri ketika semua teman-temannya sudah turun.
"kak Hera kasian, mungkin dia kecapekan. Pules banget tidurnya". Ucap Nando dengan suara lirih, beda dari biasanya yang bersuara lantang.
"bangunin aja, kalau ga tega ya gendong aja ke tenda". Ucap Bayu bercanda.
"nggak ah kak, nanti saya digampar". Jawab Nando dengan wajah takut.
Hera membuka matanya mendengar suara keributan. Tersadar kalau dia tengah bersandar pada bahu Nando, dia segera berdiri dan berjalan turun dari bis dengan badan terhuyung menahan kantuk. Nando segera mengikuti Hera, memastikan kalau Hera tidak terjungkal ketika menuruni bis.
"sini, saya pegangi biar ga jatuh". Ucap Nando sambil menarik tangan Hera.
"apaan sih. Gue udah gede". Ucap Hera sambil menahan kantuk.
"yeee, dibantuin ga mau... Awas tuh kalau turun kakinya dulu, jangan kepalanya". Celetuk Nando pada Hera yang menuruni bis.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang kita
Romance"dengarkan aku, walaupun kita tidak menjadi sepasang kekasih. Namun, aku pernah menganggapmu sebagai kekasihku dan aku pernah mencintaimu seperti mereka mencintai kekasihnya"