Ruang kerja itu terlihat lengang, hanya suara dentingan jarum jam yang bergerak perlahan.
"Papa...". Sapa ceria Hera dari balik pintu.
"Kok kamu nggak sekolah?". Tanya papa Hera.
"Kan udah pulang pa". Ucap Hera membuat papanya mendongakkan kepalanya melihat ke arah jam yang tergantung manis tepat di atas rak buku besar.
"Oh iya, udah jam 5 sore. Tumben kamu pergi ke kantor papa? Pasti mau minta sesuatu nih". Ucap papa Hera membuat Hera tersenyum seperti anak kecil yang ketahuan modus. "Kamu mau minta apa?". Lanjut papa Hera ketika melihat ekspresi Hera.
"Hera mau minta izin ke papa buat belajar ngaji".
"Ngaji?". Papa Hera mengangkat kedua alisnya, tak percaya.
"Iya". Jawab Hera mantap sambil menganggukkan kepalanya.
"Bukannya kamu udah bisa ngaji?"
"Udah pa, tapi masih ga lancar. Jadi aku mau belajar ngaji lagi. Sekalian belajar lebih dalam tentang agama". Jelas Hera.
"Emang mau belajar ngaji di mana? Mau papa panggilan guru ngaji?".
"Nggak pa, aku mau belajar ngaji di Oyek, temen Nando".
Jawaban Hera membuat papanya tertawa. "Kamu pasti mau modus kan? Mau deket-deket sama Nando tapi ijinnya ngaji"
"Ih papa... Buruk sangka aja. Hera beneran pengen belajar ngaji"
"Ya udah deh... Nggakpapa"
"Yeeeee, makasih papa". Ucap Hera senang kemudian mencium pipi papanya.
"Kalau belajar yang bener, jangan modus deket-deket Nando lho". Ledek papa Hera membuat Hera memanyunkan bibirnya.
"Emang siapa yang pengen deketin Nando?"
"Kamu"
"Tau ah, Hera pergi dulu". Ucap Hera kemudian bersalaman dengan papanya dan pergi ke rumah Oyek dengan ditemani Mila yang sudah menunggunya di depan kantor papanya.
Selama perjalanan ke rumah Oyek, Hera memikirkan bagaimana caranya membuat Nando mau pulang ke rumahnya dan melupakan kejadian itu. Kejadian dimana bundanya marah besar dan mengusirnya.
Tubuh Hera seketika terdiam, membeku, melihat Aisyah yang tengah tertawa bersama Nando. Terlihat begitu bahagia. Entah kenapa, dada Hera sesak. Seperti ada beban berat yang tiba-tiba menimpanya.
"Her". Sapa Oyek sambil menghampiri Hera.
Hera tak menjawab. Dia masih menatap ke arah Nando dan Aisyah. Mungkin, Hera tak mendengar sapaan Oyek.
"Her, disapa Oyek tuh". Tegur Mila pada Hera sambil memukul pundak Hera.
"Eh, iya. Ada apa? Siapa yang manggil?". Tanya Hera kebingungan.
"Liat apaan sih?". Tanya Oyek sambil mencari apa yang tengah dilihat Hera.
"Eh, nggak kok... Ayuk ke masjid yuk". Ajak Hera mengalihkan perhatian Oyek dan Mila.
"Lha, si Nando Lo tinggal?". Tanya Mila.
"Dia bisa jalan sendiri. Udah gede ga bakalan nyasar". Jawab Hera sambil membuka pintu mobilnya.
Sesampainya di masjid, Hera segera mengambil wudhu. Kemudian belajar mengaji bersama Oyek. Mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya. Membenarkan satu-persatu. Mulai dari tajwid hingga panjang pendeknya bacaan.
Sudah hampir dua jam Hera belajar mengaji. Tapi belum juga Nando terlihat batang hidungnya. Sesekali Hera celingukan menatap ke arah pintu masjid. Kali aja ada Nando yang baru berangkat menuju masjid. Namun, selama dua jam itu Nando belum juga terlihat.
"Mil, pulang yuk". Ajak Hera pada Mila yang tengah menikmati kuacinya bersama Oyek di pelataran masjid.
"Katanya mau bujuk Nando pulang?". Tanya Mila polos.
"Orangnya aja ga keliatan tuh. Kelamaan, males gue jadinya. Pulang yuk". Ucap Hera sedikit kesal.
"Ok". Jawab Mila, kemudian berjalan menuju mobil Hera bersama dengan Oyek.
"Eh, mau kemana kak?". Tanya Nando yang baru sampai di masjid bersama Aisyah.
Hera menengokkan kepalanya, menatap ke arah Nando yang tengah berjalan bersama Aisyah. Tak ada jawaban dari Hera. Entah kenapa, kesal saja melihat Nando deket-deket Aisyah ditambah lagi Nando telat ke masjid nya.
"Kita mau pulang". Jawab Mila.
"Ayok mil, buruan. Kelamaan gue tinggal nih". Ucap Hera judes kemudian menutup pintu mobilnya.
"Kak Hera katanya mau belajar ngaji?". Tanya Nando.
Hera tak menjawab. Dari kaca mobil terlihat jelas kalau Hera hanya melirik sebentar ke arah Nando kemudian melaju dengan cepat. Melesat bersama mobilnya.
Sepulang dari mengantarkan Oyek pulang, Hera menuju ke rumah Tante Mira. Ingin mengatakan kalau dia tak sanggup membujuk Nando pulang.
"Lo kenapa sih Her?". Tanya Mila pada Hera yang dari tadi bad mood Mulu.
"Kesel aja, kita udah nungguin dia lama-lama, eh dia malah jalan bareng sama si Aisyah. Kalau dia jadi kita gimana coba? Untung gue pakek kerudung. Jadi gue masih punya sopan. Kalau aja nggak, udah gue maki abis-abisan Nando".
"Ooh, cuma gara-gara itu"
"Cuma apanya? Gue jadi males bantuin dia keluar dari masalahnya"
"Lo cemburu?". Tanya Mila membuat Hera terkejut, mengerem mendadak. "Busyet". Umpat Mila ketika terkejut Hera ngerem mendadak.
"Gue ga tau ah yang namanya cemburu. Terakhir gue cemburu sama si Dyan, mantan gue". Tegas Hera sambil menatap ke arah Mila.
Sesampainya di rumah bundanya Nando, Hera memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah. Hera terdiam. Memikirkan sesuatu.
"Kenapa? Katanya mau ngomong kalau udah ga mau bantu?". Tanya Mila yang sudah melepas sabuk pengaman.
"Ga jadi deh Mil. Kasian bundanya Nando. Lagian ngapain gue marah. Bantuin orang kan pahala, katanya Oyek". Ucap Hera yang kemudian menyalakan mesin mobilnya.
Suara mesin truk pengangkut sampah masih terdengar padahal hari sudah malam. Para pekerjanya bekerja begitu keras. Sudah 2 hari ini para pekerjanya bekerja hampir 24 jam. Katanya, akan ada bangunan baru di atas tanah yang sudah menjadi tempat penampungan sampah itu. Jadi, para pekerjanya harus memindahkan sampah-sampah yang sudah menggunung.
Nando terdiam, duduk di teras rumah sambil melihat anak-anak kecil yang tengah bermain. Nando tengah memikirkan sikap Hera. Kenapa Hera begitu marah tadi sore. Memang apa kesalahannya.
"Ngelamun Mulu". Ucap Oyek mengagetkan Nando.
"Gue kira setan Lo". Ucap Nando agak kesal kepada Oyek yang tiba-tiba muncul.
"Yeeee, dianya sensi. PMS bang?". Tanya Oyek melucu sambil mengambil posisi duduk di samping Nando.
"Pala Lo". Jawab Nando membuat Oyek tertawa. "Yek, Hera kenapa ya tadi sore? Kok dia sensi mulu ke gua?".
"Aduh, mangkanya jadi cowok peka ngapa?". Oyek menepuk jidatnya sendiri.
"Peka gimana?". Tanya Nando sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Lo kenapa pakek berangkat ke masjid telat? Dua jam lagi telatnya. Ditambah lagi Lo bareng Aisyah".
"Gue telat soalnya nganterin Aisyah pulang, ada barangnya yang ketinggalan katanya. Emang kenapa kalau gue bareng Aisyah?"
Oyek menepuk jidatnya untuk yang kedua kalinya. "Aduh, temen gue ga peka banget. Gini ya, kalau Lo jadi Hera apa yang bakal Lo lakuin? Lo nungguin Hera Dateng Sampek 2 jam. Trus pas Hera nya dateng, eh dia bareng cowok lain. Gimana perasaan Lo?"
"Marah lah, sebel banget pastinya"
"Nah itu pinter"
"Berarti Hera cemburu dong? Berati dia suka sama gue". Ucap Nando sambil senyum-senyum sendiri.
"Jangan senyum, jelek banget Lo kalau senyum".
"Biarin, bahagia gue". Ucap Nando masih senyum-senyum sendiri. "Kalau besok gue jemput dia sekolah gimana ya?"
"Baguslah, bilang aja kalau itu permintaan maaf Lo ke dia. Sekalian ajak dia ngaji, pamit sama ayahnya". Ucap Oyek mendukung temannya yang dari tadi masih senyum-senyum sendiri.
"Oke, gue jemput dia dan pamit sama papanya... Kali bisa langsung pamit ke KUA". Nando tertawa di akhir kalimatnya, wajahnya merona.
Oyek yang mendengar khayalan Nando di akhir kalimatnya pun ikut tertawa sambi menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hari ini, Nando pergi menemui Hera. Dengan motor sportnya, dia melesat di jalanan. Dalam hitungan menit, dia sudah sampai di rumah Hera.
"Pagi om". Sapa Nando ketika bertemu dengan ayah Hera yang hendak berangkat ke kantor.
"Loh, Nando. Kamu kok udah ada di sini? Nyari Hera?". Tanya papa Nando yang sebelumnya terkejut melihat kehadiran Nando.
"Hehe, iya om". Jawab Nando meringis.
"Hera ada di ruang makan". Ucap papa Hera membuat Nando langsung bergegas masuk ke dalam rumah. "Eits, tunggu dulu". Lanjut papa Hera membuat Nando menghentikan langkahnya. "Jangan deket-deket, bukan muhrim, jangan lupa jaga jarak". Jelas papa Hera membuat Nando menganggukkan kepalanya seperti anak TK yang diberi tahu peraturan dalam sebuah permainan.
"Siap om". Jawab Nando mantap sambil mengangkat tangan kanannya seperti tengah sikap sempurna hormat, membuat papa Hera tertawa.
Sepotong roti yang berada di atas piring tak membuat Hera berkeinginan memakannya. Jangankan memakan, untuk menyentuhnya saja tak ada niatan sama sekali. Kasihan sekali roti itu, dicuekin.
"Pagi kak". Sapa Nando yang kemudian duduk di kursi kosong sebelah Hera.
"Lo mau berangkat sekolah?". Tanya Hera ketika melihat Nando yang memakai seragam sekolah walaupun sedikit tertutup oleh jaket yang dikenakan Nando.
"Iya, eh tuh roti kasian dicuekin Mulu". Ucap Nando sambil melihat ke arah roti siap makan di depan Hera.
"Biarin... Abisnya rotinya udah ditungguin lama-lama eh malah sama selai coklat. Selingkuh kan namanya?". Jawab Hera membuat Nando tersindir.
"Emang kalau jalan bareng harus ada apa-apa gitu? Kalau ga ada hubungan kan nggak papa kali. Kalaupun jalan bareng menjadi pertanda ada apa-apa, ya udah deh kita berangkat bareng aja biar jadi ada apa-apa". Jawab Nando membuat mood Hera semakin buruk.
"Tau ah, gelap". Ucap Hera kesal kemudian mengambil tasnya dan berangkat sekolah.
Tanpa tunggu lama, Nando segera mengejar Hera. Berkali-kali Nando memanggil Hera, tapi tak dihiraukan oleh Hera. Mood Hera sudah benar-benar buruk hari ini.
"Kak, naik motor aja ya? Biar saya bonceng". Tawar Nando ketika Hera sudah menaiki mobilnya, hendak menyalakan mesin.
"Enakan naik mobil". Jawab Hera singkat membuat Nando menggaruk-garuk kepalanya, bingung harus bagaimana.
"Ya kalau gitu emang bener sih enak naik mobil"
"Iya". Jawab Hera semakin singkat.
"Tapi kak, masa ga kasian sama saya. Saya sudah capek-capek Dateng jemput kakak pagi-pagi. Jarang-jarang saya berangkat sepagi ini"
"Emang lo kemarin kasian sama gue? Nggak kan?". Ucap Hera semakin kesal.
"Ya deh, saya minta maaf. Saya janji sebagai permintaan maaf saya, saya bakal lakiun 2 permintaan kakak. Apapun itu". Ucap Nando sldengan wajah memelas.
Hera masih terdiam di dalam mobilnya. Emosinya masih meluap-luap. Bahkan sudah mendidih, hampir meletus. Kemudian ia teringat akan Tante Mira yang meminta bantuannya.
"Ok, 2 permintaan ya?". Tanya Hera memastikan.
"Iya, asal kakak mau maafin saya nggak papa deh. Biar kayak jin saya-nya".
"Ok, gue sepakat". Ucap Hera sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Nando sebagai tanda kesepakatan mereka. "Deal?". Ucap Hera ketika sudah menjabat tangan Nando.
"Deal". Jawab Nando mantap.
Dengan kesepakatan itu, Hera akhirnya mau dibonceng Nando menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan satpam yang biasanya dendamnya minta ampun ke Nando karena ia sering telat, kini melongo melihat Nando kembali datang ke sekolah, bahkan sepagi ini. Banyak adek dan kakak kelas yang tersenyum senang melihat Nando kembali datang ke sekolah, terutama para siswi.
"Eh Ndo, kemana aja Lo?". Tegur Vero, kemudian menjabat tangan Nando.
"Eh, lo". Jawab Nando sambil membalas jabatan tangan Vero dan memeluk temannya yang satu ini.
"Nan, urusan yang tadi nanti aja ya biar gue kirim lewat chat". Ucap Hera ketika melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah mendekati jam masuk.
"Oh, ok kak". Jawab Nando, membuat Hera melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
"Udah kena tuh cewek". Ucap Vero setelah melihat Hera pergi menjauh.
"Apaan sih".
"Bukannya dulu Lo cuma pengen kenain dia. Itu udah tuh, nunggu apa lagi? Gombalin aja. Manfaatin". Lanjut Vero.
"Nggak, buat dia nggak main-main gue. Dia beda"
"Oh, Lo suka sama dia?". Goda Vero membuat Nando menahan malunya sambil berjalan meninggalkan Vero yang terus-menerus menggodanya dengan pertanyaan itu.
Suara bel istirahat terakhir berbunyi, Hera belum juga mengirimkan chat pada Nando. Berkali-kali Nando mengecek ponselnya. Namun, hasilnya nihil. Tak ada satupun notif dari Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang kita
Romance"dengarkan aku, walaupun kita tidak menjadi sepasang kekasih. Namun, aku pernah menganggapmu sebagai kekasihku dan aku pernah mencintaimu seperti mereka mencintai kekasihnya"