Hari berganti bulan. Sudah hampir tiga bulan Nando tak pulang. Dia juga tak pergi ke sekolah. Menyisakan tanda tanya kepada Hera, Aril dan bundanya. Mereka semua mencarinya. Tapi, Nando sudah mulai terbiasa hidup bersama Oyek. Berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Nando sudah melakukan sholat lima waktu, walapun Oyek harus mengguyurkan air ke muka Nando ketika membangunkan sholat subuh. Nando juga belajar mengaji. Oyek dan Aisyah, teman Oyek, yang mengajari Nando mengaji.
Bengkel Oyek juga jadi lebih rame setelah kedatangan Nando. Banyak wanita mulai dari remaja SMP sampai yang kerja, datang ke bengkel hanya untuk menggoda Nando yang memang tampan. Apalagi ketika wajahnya tengah serius membenarkan mobil atau motor yang sengaja dibuat rusak pemiliknya agar bisa bertemu Nando dan berbincang dengannya bahkan menanyakan nomor telepon Nando.
Penggemar Nando bertambah nih. Tapi kali ini bukan karena ucapan Nando yang suka menggoda cewek. Tapi karena Nando yang alim. Selain saat di bengkel. Ketika belajar mengaji di masjid, banyak wanita yang ikut memenuhi masjid. Masih sama alasan mereka. Cuma ingin melihat Nando. Bahkan kali ini ibu-ibu juga ikut menemani Nando. Padahal alasan mereka ke masjid untuk mengantar anak mereka.
Dari itu semua, ada yang Nando rindukan. Entah kenapa, hati Nando merindukan Hera dan bundanya. Luka yang ada di hati Nando karena ucapan bundanya sudah hilang. Nando benar-benar takut menjadi anak yang durhaka. Tapi, Nando juga takut kalau dia menemui bundanya dan bundanya malah marah besar padanya karena dia kabur dari rumah. Kondisi ini benar-benar membuat Nando bingung.
"Her, kamu sudah ada kabar dari Nando?". Tanya Mira, bunda Nando, pada Hera.
"Belom te, udah berkali-kali Hera telpon Nando. Tapi Nando ga pernah angkat. Semua pesan Hera juga ga dibales". Ucap Hera.
Mira terdiam. Dia sangat menyesali ucapannya dan sikapnya pada Nando. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri. Mira sudah tidak lagi bekerja di cafe remang-remang itu. Mira kini telah bekerja di sebuah perusahaan. Dia pindah bekerja setelah kepergian Nando. Ada rasa penyesalan yang mendalam.
--
Sepulang sekolah, Hera dan Mila memutuskan untuk tidak langsung pulang. Mereka pergi mencari Nando. Menanyakan kepada Vero, teman baik Nando. Tak ada hasil yang memuaskan. Vero juga tidak tau di mana Nando. Nando menghilang tanpa petunjuk. Akhirnya, Hera memutuskan untuk pulang.
Setelah mengantar Mila pulang, Hera pun juga pulang. Di tengah jalan, dia berhenti. Entah kenapa, dia merindukan Nando. Tak ada lagi yang membuatnya marah. Hari-harinya terasa sepi.
Hera memutuskan untuk turun dari mobilnya, duduk di bangku taman yang tak jauh dari mobilnya terparkir. Dia menyandarkan badannya yang lelah di bangku taman tepat di bawah lampu taman yang menyala. Matahari mulai terbenam. Indah sekali. Beberapa kunang-kunang keluar dari sarangnya dan terbang menghiasi langi yang berubah menjadi siluet senja keunguan. Begitu indah.
Hera memejamkan matanya. Meluruskan kakinya. "Andai saja Nando kembali. Aku rindu padanya". Ucap Hera lembut sambil menahan sesak di dadanya.
Nando yang pulang dari bengkel dengan berjalan kaki karena motornya yang kehabisan bensin, melihat Hera yang tengah duduk di bangku taman. Nando mengucek matanya, memastikan penglihatannya tidak salah. Benar, itu Hera. Nando barlari menghampiri Hera. Nando mendengar ucapan Hera dengan jelas, membuatnya tersenyum.
Hera membuka matanya. Melihat Nando duduk di pagar kayu di depannya. Hera terkejut dengan kehadiran Nando. Kemeja lengan panjang yang agak kebesaran yang tengah dipakai Nando tertiup angin yang begitu lembut, selembut senyum Nando sambil menatap Hera. Itu benar Nando.
"Nando?". Ucap Hera heran.
Nando tertawa melihat Hera berkali-kali mengedipkan matanya. Menatap ke arah Nando tak percaya.
"Lo ngapain di sini? Udah mau gelap". Tanya Nando.
Hera memutar bola matanya, di dalam hati, Hera menjawab. 'ya nyariin Lo lah. Ngapain lagi?'.
"Ngomong-ngomong, tadi ada yang bilang kalau rindu sama gue". Ucap Nando menyindir membuat Hera membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri. "Sini, gue peluk biar ga rindu lagi". Lanjut Nando.
"Idih ga mau". Jawab Hera.
"Ooh yang bilang rindu tadi Lo?". Tanya Nando, membuat Hera melebarkan matanya. "Gausah salting". Ucap Nando yang kemudian tertawa melihat ekspresi Hera.
"Lo ga pulang?". Tanya Hera mengalihkan pembicaraan.
"Gue pulang kok. Gue udah punya tempat pulang yang gue sebut rumah". Jawab Nando sambil menatap ke langit yang mulai gelap.
"Rumah? Tante Mira nyariin".
"Bunda?". Tanya Nando kemudian tersenyum.
Hera mengantarkan Nando pulang ke rumah Oyek. Di rumah Oyek, Nando menceritakan semuanya. Oyek yang terus mengira kalau Hera adalah pacar Nando, terus mengomeli Nando kenapa Nando tidak bilang padanya masalah itu. Padahal Oyek sudah menganggap Nando adeknya.
Adzan isya berkumandang, Nando pergi menuju masjid. Hal itu membuat Hera meraa heran. Hera melihat ke arah Nando yang mamakai peci putih. Sangat tampan. Tak ketinggalan, Hera ikut bersama Nando, berjalan menuju masjid. Mendirikan sholat isya berjamaah. Sepulangnya dari masjid, semua wanita yang mengidolakan Nando melihat ke arah Nando yang menggandeng Hera. Mereka kaget sekaligus kecewa karena melihat Nando yang ternayata sudah punya gandengan.
"Kak, kakak berani pulang sendiri. Ini udah malam". Tanya Nando pada Hera sebelum Hera masuk ke dalam mobilnya.
"Mau gimana lagi?". Jawab Hera sambil mengangkat kedua bahunya.
"Kalau aja motor gue ga mogok... Gue ikutin dari belakang". Ucap Nando mengandai.
"Hmmm. Mungkin udah takdirnya gue pulang sendiri. Ga usah khawatir gitu napa. Muka Lo jadi kelihatan jelek tau".
"Oh, jadi selama ini kakak nganggep saya ganteng?".
"Idih pd lu".
"Ya kan saya emang ganteng".
Hera tak menjawab. Dia tak menggubris ucapan Nando.
"Kak, cium pipi dulu dong sebelum pergi... Katanya rindu". Ucap Nando membuat Oyek yang sebenarnya dari tadi mengawasi mereka berdua keluar dari dalam rumah.
"Eits... Bilang apa tadi Nando?". Ucap Oyek membuat Nando menyengir.
"Nggak kok Yek". Jawab Nando membuat Hera yang sudah berada di dalam mobil tertawa.
"Ketauan gue bilang gitu lagi, gue ga bakal mau ajarin Lo ngaji, dan gue bakal ngelarang Aisyah bantuin Lo belajar ngaji". Ancam Oyek membuat Nando menggelengkan kepalanya seperti anak kecil yang diancam mamanya tidak dibelikan mainan.
Hera pergi dengan hati yang senang. Entah kenapa dia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya menjadi senang. Dia berkali-kali membuang jauh-jauh perkiraan kalau dia suka sama Nando. Padahal hatinya mengatakan hal lain. Bagai persimpangan, hati dan otaknya tak sejalan. Melewati dua hal yang sangat berbeda.
"Papa... Hera pulang". Ucap Hera seperti biasanya dan kemudian melepas sepatunya.
Papanya tak menjawab. Ekspresi khawatir tergambar jelas di wajah papa Hera. Beliau memikirkan bagaimana caranya memberitahukan kepada Hera masalah yang tengah menimpanya, sebab masalah ini juga menyangkut Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang kita
Romance"dengarkan aku, walaupun kita tidak menjadi sepasang kekasih. Namun, aku pernah menganggapmu sebagai kekasihku dan aku pernah mencintaimu seperti mereka mencintai kekasihnya"