"Nan". Panggil Hera pada Nando yang berada di depan kelasnya.
"Bentar ya". Ucap Nando pada temannya, kemudian berlari menghampiri Hera.
"Gimana? Lancar?". Tanya Hera.
"Iya dong, Nando...". Ucap Nando sombong.
"Oh iya, gue boleh minta 1 permintaan?".
"Boleh dong. Apa sih yang nggak buat kamu?". Ucap Nando mulai kumat lagi.
"Jangan gitu deh Nan, gue jijik".
"Apa sih yank?". Lanjut Nando menggoda Hera.
"Gitu lagi gue cubit nih pipi Lo". Ancam Hera. Nando menggelengkan kepalanya. "Gue mau Lo balik ke rumah".
"Rumah kakak?".
"Iiiih, rumah Lo". Hera mulai jengkel dengan tingkah Nando.
"Ok, nanti pulang sekolah saya pulang".
Hera ternganga mendengar ucapan Nando yang terdengar enteng. Semudah itu Nando memenuhi permintaan Hera. "Kalau tau begini udah dari dulu aku bilang ke dia". Batin Hera.
Bel pulang sekolah berbunyi, Nando segera keluar dari ruang kelasnya. Padahal gurunya masih membereskan buku-buku di meja guru. Namun, guru itu sudah paham betul dengan kelakuan muridnya yang antik ini. Guru itu membiarkan Nandi pergi, kemudian menggelengkan kepala melihat kelakuan Nando.
"Kak". Teriak Nando saat bertemu dengan Hera yang baru keluar dari kelasnya.
"Apa?". Tanya Hera ketika Nando sudah berada di depannya.
"Pulang bareng yuk. Kakak nggak bawa mobil kan? Tadi dianter kan? Pulang bareng saya aja ya? Mau kan?". Tanya Nando bertubi-tubi.
Hera belum sempat menjawab semua pertanyaan Nando, Nando sudah menggandeng tangannya menariknya ke parkiran tempat dimana motornya diparkir.
"Yuk". Ucap Nando ketika sudah menaiki motornya.
Hera menggangguk-anggukkan kepalanya, kemudian bersiap naik motor Nando. Namun, tiba-tiba Aril datang.
"Nan, bisa anter gue pulang nggak?". Tanya Aril membuat Nando terkejut.
"Tapi, gue mau anter kak Hera". Ucap Nando sambil melihat Hera yang mengurungkan niatnya naik ke atas motor Nando.
"Oh gitu. Papa gue nggak bisa jemput. Katanya mobilnya mendadak mogok di jalan. Gue bingung mau pulang naik apa. Gue nggak tau kalau naik bus pakek bus yang mana". Jelas Aril.
Hera memberikan helm yang tadinya akan dia kenakan kepada Aril. "Nih, Lo bareng Nando aja. Nanti gue bisa naik bus kok".
"Loh kak". Ucap Nando yang sebenarnya kecewa.
"Boleh kan Nan?". Tanya Aril yang melihat wajah kusut Nando.
"Boleh kok. Ya kan Nan?". Tanya Hera sambil menatap wajah Nando. "Kasian si Aril. Kalau gue kan bisa naik bus". Lanjut Hera meyakinkan Nando.
"Hati-hati ya yank. Kalau ada apa-apa telpon aja aku. Nanti kalau udah Sampek rumah, telpon aku yank". Ucap Nando.
"Yank? Kalian pacaran?". Tanya Aril kaget.
"Pacaran?...". Belum sempat Hera menjawab, Nandi memotong kalimatnya.
"Udah". Jawab Nando menyela ucapan Hera.
Akhirnya, Hera naik bus untuk pulang. Papanya masih ada meeting dengan klien. Sedangkan Mila sudah pulang duluan karena tahu kalau Hera bakal dibonceng Nando.
--
"Malam pa". Ucap Hera yang melihat papanya tengah repot menyiapkan makan malam.
"Malam sayang". Jawab papa Hera sambil meletakkan piring-piring berisi lauk pauk masakan bi Mina.
"Enak nih". Ucap Hera sambil mencicipi semur ayam buatan bi Mina.
"Eits". Ucap papa Hera sambil memukul tangan Hera. "Ini buat tamu kita". Lanjut papa Hera ketus.
"Emang siapa sih bi tamunya?". Tanya Hera pada bi Mina.
"Itu non, si den ganteng. Siapa sih namanya. Bibi lupa".
"Jangan kasih tau bi, biar jadi surprise buat Hera". Ucap papa Hera membuat Hera kesal dan memukul manja punggung papanya.
Hera berjalan keluar rumah. Membuka pintu. Dari kejauhan, Hera melihat mobil Mila yang memasuki halaman rumahnya. Ternyata, Mila dan mamanya datang.
"Her, Lo kok belum ganti sih? Kayak orang bangun tidur aja". Ucap Mila sambil mendorong Hera untuk ganti baju.
"Emang siapa sih yang datang?". Tanya Hera penasaran kepada Mila yang tengah sibuk mencari gaun yang cocok untuk Hera.
"Udah deh jangan kepo". Ucap Mila membuat Hera menghembuskan napas kesal. "Nih pakek gaun ini". Lanjut Mila sambil memberikan gaun milik Hera yang memang sudah tidak pernah dipakai Hera.
"Bun, bunda udah siap?". Tanya Nando pada bundanya yang memang sudah dari tadi merias diri di depan cermin.
"Udah nih, kamu itu... Nggak sabaran banget deh". Ucap bunda Nando yang kemudian mencubit pipi Nando, gemas.
Sesampainya di rumah Hera, Nando segera mencari Hera. "Hera mana om?". Tanya Nando sambil celingukan melihat ke dalam rumah.
"Hera masih di-make up sama Mila tuh di kamarnya". Ucap papa Hera. "Tapi kamu ga boleh masuk kamar Hera". Lanjut papa Hera sambil tertawa.
Gaun berwarna merah dengan panjang selutut tanpa lengan dipilih Mila untuk dikenakan Hera. Gaun itu begitu manis melekat di tubuh Hera yang ramping dengan kulit putih bersih. Mila memang jagonya make up, dia menambahkan make up tipis pada wajah Hera yang membuat Hera terlihat lebih cantik. Sentuhan riasan rambut yang terurai menjadi tambahan kecantikan Hera. Sebelumya, Hera tak pernah dandan seperti ini. Bahkan untuk mengurai rambutnya saja hanya ketika dia tertidur.
"Her, pakek high heels ya?". Tanya Mila.
"Gue nggak bisa pakai high heels Mil, Lo kan tau sendiri". Ucap Hera yang melihat high heels di tangan Mila.
"Ya udah, pakai flat shoes aja ya?". Tanya Hera menawarkan flat shoes di depannya.
Hera menganggukkan kepalanya, kemudian memakai flat shoes berwarna moccha yang sangat cocok di kakinya.
"Om, Hera kok belum keluar juga sih om?". Tanya Nando pada papa Hera.
"Sabar dong". Jawab papa Hera.
"Itu Hera". Ucap Tante Mira membuat semuanya mendongakkan kepala, melihat Hera yang menuruni anak tangga satu demi satu dengan anggun diikuti Mila yang memegang pundak Hera.
Hera tersenyum manis. Sambil menatap ke arah Nando. Berjalan mendekati Nando.
"Kakak cantik banget". Ucap Nando sambil menyelipkan rambut yang menutupi wajah Hera.
"Makasih, jangan panggil kakak. Panggil Hera saja". Ucap Hera.
Nando tersenyum. Hatinya terasa sangat bahagia. Bibirnya tak lelah untuk tersenyum. Begitupun dengan Hera, senyum di bibirnya tak kunjung hilang.
"Ke sana yuk?". Ajak Nando sambil menggenggam tangan Hera.
Hera menggangguk-anggukkan kepalanya, manis sekali.
"Nan, bangun woy". Teriak Oyek sambil menciptakan air ke muka Nando yang tengah mengigau senyum-senyum sendiri.
Nando membuka matanya, mengusap air cipratan dari tangan Oyek yang membasahi wajahnya.
"Ya Allah, kenapa teman saya miris banget. Cakep-cakep senyum-senyum sendiri". Ucap Oyek yang melihat Nando masih senyum-senyum sendiri walaupun matanya sudah terbuka.
"Yek". Panggil Nando sambil tersenyum. "Gue mimpi Hera cantik banget". Lanjut Nando, masih dengan tersenyum.
"Astaghfirullah". Ucap Oyek sambil menepuk jidat Nando.
"Aduh". Ucap Nando kesakitan, tapi masih tetap tersenyum.
"Udah, mandi sana. Udah telat Lo buat sholat ashar". Ucap Oyek melihat tingkah Nando yang terus tersenyum.
Selesai mandi kemudian sholat ashar, Nando segera bersiap. Dia akan menepati permintaan Hera. Dia akan pulang menemui bundanya. Entah apa yang akan terjadi nanti. Tapi yang pasti dia akan pulang.
"Yek, gue pulang ya? Thanks buat semua". Ucap Nando sambil mengangkat tas ranselnya.
"Pulang ke mana?". Tanya Oyek kaget.
"Ya pulang ke rumah lah". Jawab Nando.
Oyek menganggukkan kepalanya. Kemudian memeluk Nando dengan erat. Mereka sudah seperti saudara. Oyek selalu ada ketika Nando sedih, begitupun sebaliknya. Benar-benar hangat persahabatan mereka. Walaupun belum sampai satu tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang kita
Romance"dengarkan aku, walaupun kita tidak menjadi sepasang kekasih. Namun, aku pernah menganggapmu sebagai kekasihku dan aku pernah mencintaimu seperti mereka mencintai kekasihnya"