eps 26

405 14 0
                                    

"Nando...". Ucap wanita itu ketika melihat Nando sendiri yang membukakan pintu.
"Kak Mila, kakak ngapain ke sini?". Tanya Nando sambil celingukan melihat apakah Hera juga ikut serta.

"Nanti ku jelaskan, bolehkah aku masuk ke dalam apartemenmu?". Ucap Mila membuat Nando mempersembahkannya untuk masuk.

Di dalam apartemen Nando, Mila menceritakan semua yang menimpa Hera. Memang itulah tujuan dia menghampiri Nando. Tergambar jelas di wajah Nando ketika mendengar kondisi Hera. Dia benar-benar tidak tahu kalau wanita tadi adalah Hera. Nando memaksa Mila untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Hera dirawat. Mila tak mungkin menolak paksaan Nando. Papa Hera sendiri yang menyuruh Mila agar Nando mau menemui Hera. Belum sempat Mila menawarkan, Nando sudah memakasa Mila duluan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di ruangan Hera dirawat. Sesampainya di sana, Dante terkejut melihat Nando yang dengan langkah tergesa-gesa menghampiri ruangan Hera dirawat.

"Om, kenapa om nggak pernah ngasih tau Nando kalau kak Hera tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Nando? Bahkan apartemen kami bersebelahan". Protes Nando pada papa Hera.

"Maafkan om". Ucap papa Hera yang kemudian menundukkan kepalanya.
Tanpa banyak penjelasan, Dante sudah tau kalau itulah Nando laki-laki yang membuat Hera sampai sekarang masih belum juga mau membukakan hatinya untuk laki-laki lain.

Ruangan serba putih itu begitu lengang. Hanya suara peralatan medis yang menempel pada tubuh Hera.
Perlahan Nando berjalan mendekati Hera yang terbaring. Matanya tertuju pada wajah Hera yang terbalut perban. Dalam hati Nando dia terus menggerutu, mengapa dia harus bertemu kembali dengan Hera dalam kondisi yang seperti ini.

"Kak". Ucap Nando membuat kedua mata Hera terbuka.

Hera menatap Nando dengan penuh arti. Nando sendiri tidak tahu apa arti tatapan Hera.

"Maafin saya, maafin semua kesalahan saya. Saya beneran nggak bisa menemukan wanita lain selain kakak. Bahkan dua tahun terakhir ini saya masih belum mau menghapus rasa yang memang sudah pernah saya kubur dalam-dalam. Tapi nyatanya, saya Ndak mampu melakukan itu". Nando menundukkan kepalanya, dia tidak mau Hera melihat air matanya mulai menetes.

Hera mengangkat tangannya, walaupun dengan menahan rasa sakit karena ada luka di lengan kanannya. Hera mencoba mengusap air mata Nando. Dia tahu kalau Nando tengah menangis. Nando mendongakkan kepalanya, melihat ke dua mata Hera. Dia menggenggam tangan Hera seperti yang dia lakukan dua tahun lalu ketika berada di Coban Tengah.

Dari selah perban yang membungkus wajah Hera, Nando melihat dengan jelas senyuman Hera.

'Lekas sembuh sayang'. Itulah kalimat yang ingin sekali terlontar dari mulut Nando. Tapi, dia masih belum bisa mengungkapkannya. Datang dan mengatakan kalau dirinya masih menyimpan rasa pada Hera saja teramat berat baginya apalagi mengatakan kalimat itu.

Waktu berlalu, keadaan Hera mulai membaik. Setiap hari, Nando akan datang di sela-sela jam kerja dan kuliahnya. Nando akan menceritakan apa yang dia alami seharian itu pada Hera. Hera akan tersenyum melihat Nando yang tak henti-hentinya mengoceh, tapi dia juga senang. Hera bahkan lupa akan kesalahan Nando yang membuatnya pergi ke Jerman.
Sedangkan Dante,dia hanya bisa melihat senyuman Hera yang tidak langsung membuatnya untuk mengalah pada Nando. Dia hanya mau Hera bahagia, dia tak mau memaksakan agar Hera mau menerimanya.
Bunda Nando juga sudah dari sebulan yang lalu menemani Hera. Bahkan beliau yang menawarkan diri untuk menjaga dan merawat Hera. Hera sudah seperti anaknya, lebih tepatnya beliau ingin menjadikan Hera menantunya.

Tiga bulan berlalu, saatnya membuka perban pada wajah Hera. Hari ini, sudah dijadwalkan untuk membuka perban wajah Hera, kondisi Hera juga membaik. Dokter menyatakan kalau nanti dalam seminggu kedepan tidak ada masalah kesehatan Hera,

tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang