"Nando..". Teriak Deta ketika Nando sudah sampai di rumah Deta.
"Kamu kenapa?". Tanya Nando saat Deta sudah di hadapannya.
Deta tak menjawab, dia hanya terus memandang kedua mata Nando. Nando merasa risih dengan tingkah Deta.
"Nando, aku sedih". Ucap Deta sambil memeluk Nando.
"Iya, tapi jangan peluk-peluk... Nggak enak diliatnya". Ucap Nando sambil berusaha melepas pelukan Deta yang malah semakin erat.
Deta tak mau melepas pelukannya. Baru kali ini Deta bersikap aneh seperti ini. Padahal sebelumnya Deta tak seperti ini.
"Kenapa?". Tanya Deta tanpa melepas pelukannya. "Kamu malu aku peluk?". Lanjut Deta. Nando tak menjawabnya, dia masih fokus melepas pelukan Deta. "Bukankah kamu juga mencintaiku sama seperti aku yang mencintaimu?". Pertanyaan Deta membuat Nando mengerutkan keningnya.
Mencintai? Tak salah dengar. Mungkin itu yang ada di pikiran Nando.
Deta melepas pelukannya ketika Nando tak kunjung menanggapi ucapannya. Deta menatap wajah Nando. Dengan manja dia mengusap pipi Nando. Tangan mulusnya bergerak di leher Nando. Dia mencoba menggoda Nando di saat yang memang dianggap tepat seperti ini. Papanya sedang ada di Indonesia. Sangat tepat.
Tapi Nando malah merasa risih dengan sikap Deta yang entah kerasukan setan mana. Nando menundukkan kepalanya. Untuk melepaskan diri dari tangan Deta yang sengaja dikalungkan Deta di leher Nando.
"Kenapa Nando? Came on... Bukankah kamu juga menginginkan ini kan?". Ucap Deta sambil terus berjalan mendekati Nando yang juga terus menghindar.
Nando benar-benar bingung harus bagaimana. Dia terus berjalan mundur hingga terpojok di dinding ruangan itu.
"Deta, sadarlah... Aku benci hal seperti ini. Aku tidak suka dengan hal seperti ini. Dan aku juga tidak mencintaimu". Ucap Nando sambil mencoba menghentikan Deta. Dia tak bisa berfikir bagaimana nantinya kalau ada asisten rumah tangganya yang mengetahui hal ini dan berpikir yang bukan-bukan.
Langkah Deta terhenti ketika Nando mengatakan kalau Nando tak mencintai Deta. Dengan wajah pilu, Deta menatap Nando.
"Kenapa? Apakah kamu mencintai orang lain?". Tanya Deta.
Nando menganggukkan kepalanya. Nando tak habis pikir. Hal itu bukannya membuat Deta menghentikan tingkah konyolnya, Deta malah semakin menjadi. Deta berjalan mendekati Nando sambil menyobek kaos yang dia kenakan tepat di lengan kanannya.
"Deta, apa yang kamu lakukan?". Ucap Nando, wajah Nando memucat. "Jangan gila Deta". Lanjut Nando yang kemudian menelan ludah.
"Dari aku kecil, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku tidak akan pernah gagal untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Sekarang aku menginginkanmu, aku akan dapatkan itu". Ucap Deta sambil memicingkan matanya.
"Tolong jangan gila". Teriak Nando mulai panik karena melihat Deta yang menyobek bagian lengan kirinya. Dia bergaya seolah dia diperkosa Nando.
"Tuhan tolong saya". Ucap Nando yang sudah terpojok
Deta tertawa mendengar ucapan Nando. "Tuhanmu tak akan menolong, Dia sudah merestui kita". Ucap Deta sambil kembali mengalungkan tangannya ke leher Nando.
Nando memejamkan matanya. Dia tak akan melihat wanita lain. Itulah janjinya pada dirinya sendiri. Dia hanya mencintai Hera.
"Ayolah sayang.. apa yang kau tunggu?". Ucap Deta sambil mendekatkan tubuhnya pada Nando. Tak ada jarak diantara mereka, Deta benar-benar gila. Dia bahkan menyodorkan tubuhnya pada Nando secara cuma-cuma. Untung Nando sudah berubah, kalau nggak... Haduh anda bisa jawab sendiri.
Deta berjinjit, dia hendak meletakkan bibirnya pada bibir Nando yang begitu menggodanya. Nando masih memejamkan matanya, dia tak mau melihat kelanjutannya.
"Hera, kau sudah sadar?". Ucap Dante ketika merasakan tangan Hera yang dia genggam bergerak. Tanpa banyak tindakan, Dante segera berteriak memanggil dokter.
"Nando...". Ucap Hera sambil mengerjapkan matanya karena penglihatannya yang masih buram.
"Hera, ini aku.. Dante, lagian siapa itu Nando?". Tanya Dante ketika dokter selesai memeriksa kondisi Hera.
Hera tak menjawab, dia hanya terus mengerjapkan matanya sesekali.
"Nando...". Ucap Hera yang membuat Dante bingung.
"Hera...". Teriak papa Hera yang tanpa disangka datang ke Jerman.
Hera tersenyum, itu tergambar jelas di balik wajahnya yang tertutup perban.
"Hera sayang, papa datang nak... Papa rindu sama Hera yang bawel.. Ini ada Mila juga. Dia sengaja datang ke Jerman untuk mengunjungi anak papa yang cantik ini". Ucap papa Hera membuat seisi ruangan terharu.
Dua tahun Hera tidak bertemu papanya secara langsung, Hera sengaja tidak pulang agar dia tidak kembali terusik dengan kenangannya bersama Nando. Dia sudah lari dari kenangan dan bergelut dengan waktu selama ini.
"Her, Lo kok jadi aneh gitu... Kenapa pakek perban dih, pakek masker aja dong". Ucap Mila mencoba mengubah suasana.
Seisi ruangan itu mencoba tertawa dengan lelucon Mila, mereka mencoba memperlihatkan kebahagiaan agar Hera tidak merasakan kesedihan.
Deta mengurungkan niatnya untuk menyentuh bibir Nando, dia lebih memilih untuk mendekat pada leher Nando. Nando merasakan desahan nafas Deta yang berada di lehernya. Nando mengernyitkan alisnya, dia masih adik Oyek yang baik. Dia bahkan masih mengingat nasihat-nasihat Oyek padanya. Dia tidak bisa seperti ini.
"Nando...". Belum sempat Deta mengucapkan kalimat gilanya, Nando mendorong Deta sampai jatuh ke lantai.
"Maafin Nando Yek, Nando terpaksa kasar sama perempuan". Ucap Nando sebelum berlari keluar ruangan itu. Dengan langkah yang tergesa-gesa, Deta masih mengejar Nando.
Nando berjanji dalam hatinya, tidak akan menemui Deta lagi. Deta sudah gila karenanya, padahal belum genap setahun mereka berteman. Semoga saja tak ada masalah yang timbul akibat kejadian ini.
"Hera, andai kau tau apa yang ku alami hari ini?". Tanya Nando sambil memandang foto Hera. Ini sudah menjadi kebiasaan Nando ketika dia sedang tak tahu harus menceritakan isi hatinya pada siapa. "Hari ini benar-benar gila. Pertama aku bertemu dengan seorang wanita yang mengalami kecelakaan, dia memanggil namaku sebelum kecelakaan itu terjadi. Padahal aku belum pernah mengenal dia sebelumnya". Nando terhenti di akhir kalimatnya, dia mencoba mengingat-ingat siapa wanita itu. Sayang sekali, yang dia ingat hanyalah ketika wanita itu sudah tergeletak dan hampir seluruh wajahnya tertutup darah. "Atau mungkin aku mengenalnya Hera??". Nando bertanya pada sebuah foto yang tengah dipegangnya.
Nando berdiri dari tempatnya duduknya. Dia berjalan sambil meletakkan foto yang dia bawa.
"Tapi wanita itu, aku seperti mengenalnya. Rasanya seperti dekat sekali dengannya. Bahkan sekarang aku masih memikirkan bagaimana kondisinya. Apakah dia baik-baik saja? Tapi aku tak tau dia siapa. Menurutmu bagaimana?". Nando terus mondar mandir dan diakhiri kalimatnya, dia menghadap ke foto Hera yang sudah ia letakkan.
Di tengah kebingungan Nando, tiba-tiba ada yang memencet bel apartemen Nando.
"Siapa sih malam-malam begini Dateng ke apartemen". Ucap Nando kesal sambil berjalan untuk membukakan pintu.Terima kasih atas inspirasinya kakakku
The best dah buat eps yang satu ini karena paksaan darimu kak nyuruh biar ada eps yang tak terlupakan 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang kita
Romance"dengarkan aku, walaupun kita tidak menjadi sepasang kekasih. Namun, aku pernah menganggapmu sebagai kekasihku dan aku pernah mencintaimu seperti mereka mencintai kekasihnya"