Mataku menatap lesu bayangan wajah yang ada di hadapanku. Beberapa riasan make-up sudah menghiasi wajah yang sebenarnya sudah indah. Kuraih lipbalm kesukaanku untuk menutupi bibirku yang tampak pucat.
Beberapa menit berlalu aku pun keluar dari kamarku hendak menghampiri kedua orangtuaku yang sedari tadi menantiku. Entah apa tujuan mereka menyuruhku menggunakan pakaian formal hari ini. Kulihat jam tangan bermerk mahal telah menggelang di tangan papaku. Jam yang hanya dipakainya ketika ada acara penting karena didapatnya dari ibu saat hari ulang tahunnya
Papaku merupakan seorang pejabat tinggi negara sedangkan ibuku merupakan pegawai bank swasta yang cukup besar juga. Wajahku mirip dengan papaku yang mancung dan memiliki mata biru.
"Wooseok, ayo cepat sini.” Kata papa memanggilku ke arah meja makan yang sudah berisi banyak makanan dan lilin-lilin layaknya sebuah jamuan romantis untuk pasangan yang saling mencintai satu sama lain.
“Ada apa Pa?” aku mendengus kesal ke arah Papa. Aku sangat benci acara formal seperti ini. Setelan jas membuatku terliat seperti pria tua.
“Penasaran ya?” goda papa terkekeh.
Aku menghembuskan nafas semakin panjang karena merasa kesal dengan papa ditambah dengan suara tawa ibu. Aku berjalan menuju ke arah lemari. Kugunakan tangan kananku untuk mengambil novel untuk menghilangkan kekesalanku.
Kudapati novel berjudul ‘A’. Novel yang bercerita tentang kisah cinta beberapa anak SMA. Sudah berkali-kali aku membaca novel tersebut namun tak sekalipun aku merasa bosan setelah membacanya. Kebaperan yang ditimbulkan novel itu membuatku tidak dapat tidur dengan tenang di malam hari.
Novel yang kudapati dari seorang pria yang sangat kusayangi. Ah mengapa aku memikirannya lagi? Bukankah dia sudah meninggalkanku? Bukankah dia tidak sayang denganku? Pikiranku terasa melayang-layang memikirkan pria itu. Kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu di daerah Puncak.
Flashback
“Wooseok, aku ada hadiah nih buat kamu.” Kata seorang pria sambil memberikan bungkusan kado yang ada di tangannya.
“Apa ini?” Tanya ku sembari melihat dengan tajam ke arah bungkusan kado tersebut.
“Liat aja nanti,” katanya sambil menarik pipi ku pelan.
“Awas kamu Jinhyuk. Ini sakit sialan.” Jerit ku kepada pria yang bernama Jinhyuk itu.
“Jangan marah dong sayang.” ucapnya tertawa.
Jinhyuk mengelus lembut rambut ku. Segera ia menarik tangan ku dan berbaring di rerumputan yang bewarna hijau cerah. Desiran angin barat menambah kehangatan sore itu.
Jinhyuk menatap ke arahku dan ke arah bungkusan kado yang ada di samping ku. Seakan Dia ingin aku membuka kado tersebut.
Aku meraih kado tersebut. Dengan perlahan aku membukanya. Jinhyuk yang duduk di samping ku tersenyum dengan lembut, matanya tidak berkedip sama sekali. Sepertinya ia tidak ingin kehilangan momen saat aku terkejut melihat kado darinya itu.
"Novel? Novel apa ini?” tanya ku sambil tersenyum ketika melihat judul novel yang begitu singkat.“Itu novel "A" tidak bisakah kau membacanya? .” Jawabnya diiringi dengan kekehanku.
"Maksudku, ini tentang apa? Kenapa judul nya sangat singkat? ”
“Singkat gitu juga ada artinya, kamu bakal ngerti kalo udah baca.” Jawab Jinhyuk tersenyum.
Senyuman manis Jinhyuk menghangatkan hari terakhir kami berkemah di Puncak setelah tiba tiga hari yang lalu. Begitu banyak kenangan manis kami di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pdx101ShortStory
Teen FictionBerisi kumpulan short story yang cast nya diambil dari couple" Pdx101. WARNING!! BXB!!