It's you not him (JunhoxMidamxSeobin)

1.8K 153 16
                                    

Aku bahagia, dan aku rasa tak ada yang bisa merenggut kebahagiaanku. Tapi aku keliru, benar benar keliru! Masih ada hal yang dapat mengubur bahagiaku.
Dan kau tahu apa penyebabnya? Itu Seobin, seniorku! Dia memintaku untuk tidak mengharapkannya lagi, memintaku untuk menjauhinya, berhenti menunggunya! Aku diam terpaku seribu bahasa, untuk melirik notif pesan yang muncul via whatsApp saja aku tak ingin. Yang aku inginkan sekarang adalah berjalan di antara gemuruh hujan. Sendirian, hanya sendirian berteriak sekencang mungkin, mengharapkan rasa sesak ini perlahan lenyap tersipu oleh derasnya hujan.

Aku benci mengutarakan rasa, aku lelah menikmati rindu, aku sakit menunggu waktu! Namun, aku bertahan hanya karena satu..
Aku mencintaimu senior ku

Dia adalah lelaki kedua yang kembali mematahkan hatiku, setelah aku merasakan kepatah hatian terbesarku saat aku kehilangan ayahku. Angan anganku mengudara, menyusuri setiap celah ruang yang mengandung rindu dan berakhir pada satu bayangan! Lagi lagi itu adalah dia.

"Midam! " tegur seseorang.

"Junho, ada apa? Kau mengagetkanku saja”. Ya, dia adalah Junho, sahabat terbaikku.

“Kau masih memikirkannya?”

“Aku tak bisa melupakan nya, itu adalah hal yang tak akan pernah bisa aku lakukan”. Aku mendekap kedua lututku.

“it will be better, when you want to try it. You must know, you smart! You beautiful, you can do anything. Believe to me, you can to forget him!”. Junho, menatapku lekat lekat. Menggenggam tanganku, memberiku sebuah kekuatan baru untuk menghadapi semua ini, dia benar aku harus mencoba untuk melupakannya. Jika aku yakin aku bisa, maka semesta akan mendukungku.

Aku berdiri di ambang pintu kamar, menatap sebuah pohon yang sedari tadi menjatuhkan daunnya yang mulai mengering. Ada satu hal yang sedikit menyita pikiranku. Daun itu! Ia tampak lain dengan daun lainnya. Aku mendekat, lalu kuraih daun yang berwarna hitam pekat itu. Aneh bukan dengan daun itu? Aku menyebutnya daun musim gugur. Karena setiap 2 tahun sekali pohon itu akan menjatuhkan daun berwarna hitam itu, dan ini adalah kali ke-2 aku menyimpan daun yang sama.

“Apa yang kau katakan pada temanmu?”. Ucap seseorang, yang kuyakini itu adalah senior ku.

“Apa? Aku tidak mengatakan apapun”. Jawabku

“Apa yang kau katakan? Sehingga semua temanmu tidak menyukaiku! Tolong, berhenti membicarakanku! Lupakan aku. Lupakan semuanya!”. Ucapnya dengan nada tinggi. Aku yang sedari tadi duduk, kini bangkit menatapnya.

“Aku tidak pernah nyuruh mereka untuk tidak menyukaimu! Kalaupun memang kamu tidak ada rasa kepadaku, aku tidak marah dan memaksa mereka untuk tidak menyukaimu! Sedikitpun aku tidak berniat seperti itu. Dan aku tau kita  hanya sebatas senior dan junior!Permisi!”. Jelasku, tanpa memberikan dia kesempatan untuk berbicara! Sumpah serapah aku ucapkan dalam hatiku, memaki maki diriku sendiri. Apa yang salah dari diriku? Mengapa? Mengapa semua yang terjadi terasa tidak adil. Sekarang sudah jelas, siapa yang terluka? Aku! Ya aku! Aku terluka hanya karena aku terlalu mencintainya.

Bugggggh
“Ahhh”. Aku meringis pelan

“Midam maaffkan aku”.

“Junho?”. Aku menatapnya lalu memeluknya.

“Ada apa? Kenapa menangis?”. Tanya lelaki itu.

“Kau tahu? Diaa, Aku mencintainya, tapi dia seakan tidak peduli. Dia bahkan membentakku, menatapku dengan tatapan jijik. Apakah aku tidak pantas untuk dicintai? Katakan itu Junho katakan”. Aku menangis dalam dekapannya, menenggelamkan kepalaku di dada bidang miliknya.

“Kau terluka? Kau tau siapa di sini yang paling terluka?. Lihat aku! Menurutmu, bagaimana rasanya saat kita melihat orang yang kita sayangi menangisi lelaki lain?”. Aku mencoba untuk mencerna setiap kata yang ia lontarkan, mungkinkah ia menyukaiku? Tapi itu tidak mungkin! Aku bersahabat dengannya sudah lama, lama sekali.

“Aku mencintaimu Midam. Kumohon lihat aku! Kau sempurna, kau pantas dicintai! Tapi tidak layak dicintai oleh lelaki bajingan sepertinya!”. Mataku terbelalak kaget, apa? Apa apaan dia? Mengatai senior ku sebagai seorang bajingan! Ingin ku berkata kasar.

“Kita akan tetap menjadi sahabat, apapun yang terjadi! Tidak pernah ada rasa lebih sedikitpun, selain rasa sayangku layaknya seorang sahabat. Tidak pernah! Seseorang yang baik, tidak akan mengaku bahwa dirinya baik! Tapi seorang bajingan akan mengaku bak dirinya sempurna, hanya karena ingin mendapatkan sebuah pujian!”. Sebuah tamparan dariku, berhasil mendarat dengan sempurna di pipi lelaki itu!

“Tidak ada yang perlu kau tahu seberapa dalam aku terluka! Layaknya kau yang tidak pernah mengerti arti sebuah rasa! Pergilah, kejar senior sialan mu! Jika kau lelah, ingatlah aku. Aku adalah tempat terbaik saat kau menangis, yang pernah kau lupakan!”.

Aku, mulai melangkah pergi meninggalkannya. Sakit, aku mendengar apa yang ia ucapkan! Ia telah mengkhianati persahabatanku dengan dirinya sendiri, mengingkari semua janji bahwa kita akan tetap menjadi sahabat.

Setelah cukup jauh melangkah, aku mendengar riuh orang berkerumun berteriak minta tolong. Aku melesat pergi, mendekati kerumunan orang itu. Pandanganku terpaku pada sosok yang terkapar di dasar jalan, tak bergeming. Air mataku turun, jantungku runtuh. Ku peluk erat tubuhnya, seakan tak akan kulepaskan.

“Tetap bertahan, kau adalah sahabat ku. Sekarang aku ingat kau adalah tempat menangis yang paling indah, jangan pergi kumohon “. Ucapku lirih, hampir tak bersuara. Kugendong sosok yang kini terkapar, aku mulai bangkit membopong dirinya. Keluar dari kerumunan orang orang, berjalan di antara gemuruh hujan.

Tuhann, selamatkan lelaki ini. Aku mencintainya, aku membutuhkannya. Dia yang menyempurnakan hidupku, dia yang melengkapi jiwaku, dia yang mengingatkanku agar selalu taat padamu. Selamat kan dia tuhan, aku tahu tak ada yang mustahil bagimu. Dan sekarang aku membutuhkan keajaibanmu itu.

Aku memanjatkan doa kilat dalam hatiku, untuk orang yang kini berada di pangkuanku. Aku terjatuh bersamanya! Aku tidak kuat lagi menggendongnya, bodoh seharusnya tadi aku membiarkan ia dibawa ambulance.

“Ku mohon, bertahan lah Junho. Aku juga mencintaimu, buka matamu jangan tertidur! Ini belum malam dasar bodoh! Kau berhasil membuatku menyesal telah mengatakan hal itu padamu! Sekarang kau sudah puas bukan? Ayo buka matamu Junho kumohon”. Aku menangis sejadi jadinya, berteriak sekencang mungkin. Aku harus mencari pertolongan!

“Kau harus tetap bertahan, tunggu aku! Aku akan mencari pertolongan”. Aku, berlari dengan kecepatan di atas rata rata. Aku tidak ingin kehilangannya. Tapi sayang saat aku kembali, ia telah tiada dengan meninggalkan sebuah luka. Sekarang aku mengerti, daun musim gugur yang tadi terjatuh sebuah pertanda bahwa Aku akan kehilangan sosok seseorang yang berharga! Yang sebelumnya belum sempat aku miliki, bukan senior ku. Namun, Junho sahabat ku.

Pdx101ShortStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang