Let him be happy (YuvinxYohan) epilog

406 53 0
                                    

Sudah 3 tahun sejak aku berpisah dengannya. Dan sudah selama itu pula aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Dengan Yuvin yang dulu sempat kucinta atau mungkin masih kucinta.

Tapi hari ini, aku mengecek hp dan mendapat pesan dari nomor yang tak ku kenal. Yang ternyata itu nomornya. Dia mengajak ku bertemu setelah sekian lama. Aku terkejut, tentu saja.

Kini, aku dengannya tengah duduk di tempat yang sama seperti 3 tahun yang lalu namun dengan status dan kisah yang berbeda. Jika dulu dia disini sebagai kekasihku, maka sekarang tidak lagi. Sekarang kita hanya teman lama yang baru bertemu lagi.

"Bagaimana kabarmu? " tanyanya setelah cukup lama terdiam. Bertemu kembali setelah sekian lama cukup membuat kami merasa canggung.

"Aku baik. Lalu, bagaimana denganmu? "

"Aku juga cukup baik! "

"Syukurlah. " jawab ku singkat.

Setelah itu, keheningan kembali menyelimuti kami.

"Bukankah sekarang kita terlihat seperti orang asing? " tanyanya tiba-tiba.

Aku yang sebelumnya menunduk, mendongak untuk menatapnya sebentar.

"Mungkin kita hanya merasa canggung karena sudah lama tak bertemu. " ucapku.

"Benar. Kita sudah lama tidak bertemu, sekitar 3 tahun mungkin."

Aku mengangguk mengiyakan.

"Ahh, tak kusangka. Aku bisa menahan sakitnya merindu selama itu. " ucapnya kemudian yang membuatku mengernyit tak mengerti.
"Maksudmu? " tanyaku.

"Tidak ada! " ucap nya singkat.

Aku hanya berdecak pelan.

"Dia sembuh!" ucapnya lagi kembali membuatku mengernyit tak mengerti.
"Siapa? "

"Suhwan! "

Mendengar nama itu, aku membatu untuk beberapa saat. Ah benar, aku melupakannya. Aku melupakan orang yang membuat hubunganku dengan Yuvin berakhir di tengah jalan. Orang yang telah membuat ku melepaskan cintaku. Orang yang telah membuatku harus bertahan hidup dengan sesak dan sesal selama tiga tahun terakhir ini. Suhwan, dia.. Dia sahabatku dulu.

"Dia benar-benar sudah sembuh!" ucapnya lagi membuatku menggeleng pelan menghilangkan ingatan yang sangat menyesakan.

"Ahh, banarkah? Bukankah itu bagus? " ucapku senang. Tidak, tidak. Aku tidak sedang bersandiwara, aku turut senang atas kesembuhan sahabatku. Namun, entahlah, aku merasa ada suatu perasaan ganjal yang tak pantas di dalam lubuk hatiku. Ada satu hal yang aku sayangkan, tapi ntah apalah itu, aku tak tau.

"Tidakkah kau merasa kecewa?" tanyanya. Dan lagi-lagi aku mengernyit tak mengerti dengan apa yang di ucapkannya.

"Jika dia sembuh, itu artinya dia akan hidup lebih lama kan?" aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Bukankah itu akan membuatku terjebak semakin lama dengannya? "

"Dan, jika begitu,  bukankah kita tidak akan kembali bersama? Atau memang kau tak ingin lagi bersama? "

"Yohan, tidak adakah sedikit rasa cinta untukku yang tertinggal dihatimu? "

"Yuvin, tak sepantasnya kau mengatakan hal-hal seperti itu!" ucapku setelah beberapa saat terdiam mencerna semua ucapannya.

"Yohan, mari kita sama-sama jujur. Kau masih tersimpan dihatiku. Bukankah aku juga masih mengisi sebagian hatimu? "

Aku tergugu. Lidahku tiba-tiba kelu. Aku ingin menjawab tidak, namun bibir ku menolak mengatakannya.

Pdx101ShortStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang