Semilir angin mengibaskan helaian rambut pria manis itu, kaki telanjangnya sudah basah hingga ke mata kaki, ia masih menyisiri pantai itu dengan menggenggam jemari yang rasa-rasanya tidak ingin ia lepaskan walau sesaat. Sesekali ia merapikan rambut yang menutupi pandangannya.
"Wooseok, mau sampai kapan kita seperti ini?" ujar pemuda di sisinya menghentikan langkah Wooseok.
Ia tak memberi jawaban, ia memejamkan mata seakan ingin berlalu dari masalah yang selalu membuat dadanya sesak."Kita kawin lari saja" Pemuda itu kembali menyatakan tekadnya sekali lagi.
Wooseok kembali menatap pemuda itu, ia menarik nafas dalam-dalam."Wooseok, kita ga bisa gini terus. Aku ga mau kehilangan kamu" Pemuda itu kembali meyakinkan kekasihnya.
"Aku lelah hyung" akhirnya Wooseok bersuara.
Namanya Jinhyuk, pemuda yang sudah 2 tahun ini mengisi hati dan hari-hari Wooseok. Pemuda yang merupakan bual-bualan gadis di kampus mereka. Jinhyuk, ia tampan, sopan, baik tidak ada minusnya seorang Jinhyuk di mata Wooseok, ia hampir mencapai angka 99 sebagai pria idaman. Tapi semesta tak mengizinkan mereka bersama. Jinhyuk dan Wooseok tidak boleh bersatu karena mereka saudara terlebih mereka sama" pria. Dan dunia menentang itu.
"Terus kamu mau kita berakhir?" Jinhyuk terlihat membentak.
"Terus aku harus gimana?" Wooseok tampak menyerah.
"Aku ga mau nikah sama Yeri, aku ga cinta sama dia, aku cuma cinta sama kamu "
"Hyung, jangan membuat aku seperti kapal yang hilang arah. Aku takut hyung, aku takut tenggelam, aku takut tersesat. Aku ga bisa mikirin apa-apa setelah semuanya harus menjadi seperti ini. Aku ga bisa ngebayangin gimana hidupku setelah semuanya akan benar-benar terjadi." seluruh persendian Wooseok terasa lumpuh, matanya sudah berkaca-kaca membayangkan Jinhyuk dan Yeri bersanding di pelaminan.
Jinhyuk berteriak marah, untung saja tidak ada siapa-siapa di sana. Sehingga tidak ada yang merasa terganggu dengan kebisingan yang dibuat Jinhyuk. Dia benar-benar marah, ia merasa menyesal tidak bisa melakukan apa-apa. Sudah beberapa kali ia meminta kepada Wooseok agar mereka kawin lari saja, tapi Wooseok tidak bisa mengiyakan keinginan gila kakaknya itu, walau bagaimanapun ia tetap harus menjaga nama baik keluarga besar mereka.
Air sudah pasang, telapak kaki Jinhyuk dan Wooseok sudah lenyap disapu ombak yang bermesra dengan pasir pantai. Tidak ada yang tersisa di sana. Perasaan Jinhyuk dan Wooseok masih sama. Tidak berubah sedikitpun, tidak bergeming sedikitpun.
Waktu berlalu dengan amat cepatnya, mau tak mau, suka tidak suka Jinhyuk tetap harus menerima perjodohan antara dirinya dengan Yeri, gadis anak bungsu kolega ayahnya. Yeri, ia gadis yang santun dan penurut, semua pria menginginkannya terkecuali Jinhyuk, karena yang dia inginkan hanyalah Wooseoknya, adiknya.
Semakin mendekati hari H Jinhyuk semakin kacau, ia lebih sering ke pantai tempat ia dan Wooseok biasa menghabiskan waktu, tentu dengan sebelumnya ia mengirimkan pesan singkat kepada Wooseok untuk menemuinya di sana.
Wooseok telah tiba di sana, ia memandang buih di lautan yang perlahan menyentuh punggung kakinya, ia biarkan saja, ia menikmati itu. Pantai itu, tempat ia dan Jinhyuk melepaskan segala kerinduan karena tidak bertegur sapa seminggu, pantai itu sepi dan tidak luas, jarang sekali ada orang yang kesana kecuali mereka berdua.
"Wooseok..."
Suara Jinhyuk membuyarkan lamunan Wooseok."Hyung..."
Wooseok langsung memburu tubuh Jinhyuk, tak biasanya ia seperti itu. Sepertinya ia memang sudah tidak bisa membendung perasaannya lagi. Ia sudah tersedu sedan dalam dada kekar milik kakak nya itu."Hyung, bawa aku pergi..." lirihnya kemudian.
"Ayo kita lari, aku tidak sanggup kehilanganmu, aku tidak siap bila harus melihatmu bersanding dengan perempuan lain, lebih baik aku mati saja hyung"
"Wooseok, jangan berkata seperti itu, kamu tidak selemah ini aku tau kamu tegar" Ujar Jinhyuk menyadarkan adik kesayangannya itu.
"Aku sudah tidak kuat lagi hyung, aku sudah tidak sanggup lagi..." Tubuh Wooseok jatuh ke tanah.
Jinhyuk meraih tubuh Wooseok, memangkunya berusaha memberi rasa paling nyaman sebisa mungkin. Tubuh pria itu memang sudah semakin kurus, sepertinya ia begitu menderita mendengar Jinhyuk dan Yeri sudah bertunangan dan lusa mereka akan menikah. Jinhyuk menyesali kenapa Wooseok baru sekarang menyatakan keinginannya untuk kawin lari, padahal Jinhyuk sudah mengatakan itu sejak dulu, tapi ia tak mungkin menyalahkan Wooseok dalam keadaan seperti ini.
"Hyung, tolong ayolah kita pergi bersama, aku mohon..."
"Wooseok, semuanya sudah terlambat."
Jinhyuk meneteskan airmatanya lagi,
Wooseok menatap nanar wajah Jinhyuk, ia tak percaya akan apa yang keluar dari bibir itu. Jinhyuk memeluk tubuh Wooseok semakin erat, ia tak ingin melepasnya walau sedetik. Tidak ada lagi kata yang keluar, tubuh Wooseok semakin melemah, hanya air mata yang menghiasi 2 pasang mata itu.Hari yang tidak diharapkan pun datang. Tepat di hari ini Wooseok harus merelakan pria yang dicintainya menikahi orang lain..
Wooseok berdiri mematung memejamkan matanya menghadap keluar jendela. Dapat ia rasakan tangan seseorang memeluknya dari belakang.
"Wooseok." ahh suara lirih itu,, suara milik seseorang yang membuat Wooseok ingin mati saja.
"Hyungg." Wooseok membalikan tubuhnya berhadapan dengan pria di depannya.
Beberapa menit berlalu, tak ada kata yang terucap dari keduannya. Mereka hanya saling menatap satu sama lain, dan saling berbagi kesakitan.
Acara sudah akan di mulai, tamupun sudah mulai berdatangan. Tapi sang mempelai pria belum menunjukan batang hidungnya. Orang tua dan para maid sudah mencari kesetiap sudut ruangan dirumah ini tetapi mereka sama sekali tidak menemukan Jinhyuk. Kini hanya satu ruangan yang tersisa, itu adalah kamar Wooseok. Mereka memasuki kamar itu perlahan. Tidak ada siapapun di kamar dan dibalkonnya, segera mereka memeriksa toilet di kamar itu. Pemandangan mengerikan menyapa penglihatan mereka. Disana, di dalam bath up, Wooseok terkulai lemah di dalam dekapan Jinhyuk dengan darah yang menghiasi keduanya. Ibu mereka berteriak histeris melihat dua putra kesayangannya sudah tak bernyawa. Mata sang ayah tertuju pada kamera di samping bath up, disana terdapat rekaman video yang ternyata itu adalah rekaman Jinhyuk dan Wooseok sebelum meregang nyawa.
Dalam video itu Jinhyuk duduk di tepi ranjang dengan Wooseok disampingnya. Mereka berpegangan dengan sangat erat seakan saat itu mereka sedang saling menguatkan.
"Ayah ibu,, aku Jinhyuk anak tertua kalian.. Sebelumnya terimakasih telah menjaga dan menyayangiku, terimakasih juga telah melahirkan sosok disampingku. Adiku Wooseok yang teramat sangat aku cintai, tidak,, bukan sebagai adik, melainkan sebagai seseorang yang ingin aku nikahi."
Sang Ayah mendekap sang ibu yang kini bergetar mendengar pengakuan Jinhyuk.
"Ibu, ayah, ini aku Wooseok anak bungsu kalian,, aku menyayangi kalian tapi maaf aku telah membuat kalian kecewa. Aku telah berdosa mencintai hyungku sendiri. Tapi aku sungguh mencintainya hingga rasanya aku ingin mati. Aku tidak bisa melihatnya dengan orang lain. Kami saling mencintai, kami tidak bisa berpisah."
"Ayah, ibu,, maaf kami melakukan ini, tapi tidak ada cara lain selain ini untuk kami bersama. Kalian, dan dunia menentangnya jadi kami terpaksa harus pergi dari dunia yang kejam ini. Selamat tinggal Ayah, Ibu.. Kami mencintai kalian. "
Setelah mengucapkan itu Jinhyuk membawa Wooseok kedalam bath up. Mereka saling menatap lalu menyatukan kedua keningnya. Perlahan mereka memejamkan mata dan saling menembak satu sama lain hingga keduanya meregang nyawa.
Lagi seneng bikin sad ending wahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Pdx101ShortStory
JugendliteraturBerisi kumpulan short story yang cast nya diambil dari couple" Pdx101. WARNING!! BXB!!