Hyungjun mencengkram erat kepalanya. Di tengah hujan, dia masih harus mengalami perdebatan sengit antara hati dan otaknya. Menangis di tengah hujan yang sangat deras memang efektif karena tetesan air matapun takkan terlihat.
Dia berjalan di koridor kelas dengan lesu. Bagaimana tidak, fikirannya benar-benar sedang kacau. Apalagi kalau bukan karna cinta. Tepatnya karna Minkyu, si pangeran berkuda putih itu. Sebenarnya Minkyu hanyalah pria biasa, hanya saja cinta membuat Minkyu terlihat tak biasa di mata Hyungjun.
Tak ada yang buruk dari mengenal Minkyu. Hanya saja Minkyu terlalu untuk Hyungjun. Terlalu baik, terlalu tampan, terlalu pintar.. Nyaris sempurna. Dulu, Hyungjun tidak suka pada Minkyu, bahkan Dia membencinya. Tapi sekarang? Ia menyukainya. Atau mencintainya. Mungkin.
"Hyungjun, kamu baik-baik saja?" Suara itu. Suara itu sudah tak asing lagi di telinga Hyungjun. Dan benar saja, ketika Dia melihat siapa orang itu. Ternyata itu Minkyu.
"Aku? Aku baik-baik saja." Jawabnya. Sungguh dibalik kata baik-baik saja ada kata tidak dalam keadaan baik yang tersembunyi. Bukankah itu salah satu keahliannya untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya?
Seperti biasa, Hyungjun duduk di samping Nako. Nako dulunya adalah gadis yang Minkyu sukai. Nako itu perempuan yang cantik, pintar, dan pandai bergaul, hampir tak ada celah pada dirinya. Tapi itu dirasa percuma, karena pada akhirnya Minkyu berkata kalau ia menyukai Hyungjun. Hyungjun mendengus geli ketika otaknya memutar memori antara Dia, Nako dan Minkyu.
Waktu itu, hujan sangat lebat. Hyungjun dan Nako menunggu hujan itu berhenti. Nako sibuk mengamati hujan yang deras itu, sedangkan Hyungjun justru menikmatinya. Aroma hujan, Dia selalu menyukai itu. Rintikan hujan mengalun seperti sebuah musik di telinganya. Hyungjun menikmati itu sampai dia disadarkan oleh Minkyu memberikan jaketnya pada Nako. Saat itu Hyungjun benar-benar cemburu hingga lepas kendali.
"Hyungjun maaf.. Aku nggak mau semua berakhir sampai di sini."
Hyungjun sempat bingung dengan isi pesan singkat Minkyu. Kata-katanya sedikit sulit untuk dicerna oleh otaknya. Bahkan butuh waktu yang lama untuk memikirkan kata-kata itu.
Setelah paham maksud pesan itu, akhirnya Hyungjun membalas pesan Minkyu."Apa yang berakhir? Nggak ada yang berakhir. Semuanya akan sama seperti dulu. Maaf, tadi aku memang lagi emosi. Jangan berlebihan menanggapinya. Nothing gonna change Minkyu, trust me."
Tiba-tiba Hyungjun tersadar dari lamunannya karena guru sudah memasuki kelas. Lagi-lagi matanya kembali menangkap sosok Minkyu. Minkyu sibuk dengan perempuan itu. Target baru mungkin. Hyungjun pura-pura tidak memperdulikannya. Dia harus fokus. Ini demi mimpinya juga kebahagiaannya.
Jam tambahanpun berakhir. Semua anak-anak sibuk mengobrol sana-sini, membicarakan rencana mereka sepulang jam tambahan. Hyungjun sedang fokus membereskan buku-bukunya. Memastikan bahwa tak ada satupun barangnya yang tertinggal. Tapi tiba-tiba sosok itu mengusiknya, lagi.
"Kau ingin menggangguku? "
"Tidak. Hanya ingin melihat kamu. Hyungjun yang sedang fokus benar-benar lain ya."
Hyungjun mengangkat sudut bibirnya ketika mendengar kata-kata Minkyu.
"Eh? Kau tersenyum?"Hyungjun segera merubah raut wajahnya. Dia menyesali senyumannya tadi. Harusnya ia tidak memberikan senyuman berharganya itu kepada Minkyu Si pemberi harapan palsu.
"Hyungjun, ada yang mau aku bicarakan. Kita keluar sebentar ya"
Hyungjun mengangguk.Minkyu mengajak Hyungjun untuk mengobrol di tempat teduh, Hyungjun menolaknya dengan alasan kalau saat ini hanya hujan. Hujan itu air, dan lagipula Hyungjun suka hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pdx101ShortStory
Fiksi RemajaBerisi kumpulan short story yang cast nya diambil dari couple" Pdx101. WARNING!! BXB!!