"Yohan, bisakah kita bicara sebentar?"
Yohan yang sedang merapikan buku terkejut dengan kehadiran seseorang yang beberapa hari ini tidak bertemu dengannya.
"Bisakah? " tanya orang itu lagi.
"Ah, tentu! " jawab Yohan tersenyum tipis.
Sebenarnya Yohan sudah tau apa yang akan dibicarakan orang itu. Sesuatu yang mungkin akan sangat melukainya jika terucap secara langsung dari mulut orang itu. Yang pada akhirnya hanya akan ada dua kemungkinan, bertahan atau berakhir!
Saat ini Yohan tengah berada di taman fakultas dengan seorang pria di hadapannya.
"Aku rasa kau sudah tau mengenai rumor yang beredar tentangku. Apa kau percaya itu? "
"Yuvin, selama dua tahun ini aku tidak pernah mendengarkan omongan orang tentangmu. Bahkan jika kau berbohongpun aku akan tetap percaya. Tapi aku tau kau tidak pernah melakukannya, selama ini kau selalu menjaga kepercayaanku. Kau tidak pernah berbuat kesalahan ataupun mengecewakanku." ucap Yohan.
"Tapi kali ini aku benar-benar telah berbuat kesalahan. " balas Yuvin menunduk.
"Apakah itu bukan hanya sekedar rumor? "
"Maaff! "
Yohan tak sanggup lagi menahan kekecewaannya. Air mata keluar begitu saja dari pelupuknya. Hanya dengan satu kata itu Yohan cukup mengerti.
"Aku memberi mu kesempatan untuk menjelaskannya! " ucap Yohan lirih.
"Kita sudah lama berhubungan, ada kalanya aku berada dititik jenuh. Setelah masuk fakultas kau mulai sibuk dengan aktifitasmu hingga tak ada waktu untukku. Aku merasa bosan dan kosong, sampai akhirnya Yena datang mengisi kekosangan dihati aku. Maafkan aku! " terang Yuvin tanpa menatap Yohan.
"Kau tak perlu meminta maaf, akulah yang salah disini. Tapi bisakah kau tinggalkan dia? Aku janji akan selalu mengutamakanmu! " pinta Yohan penuh harap.
"Aku tidak bisa melakukannya. Bukankah aku sangat jahat jika meninggalkannya begitu saja, dia akan terluka!"
"Lalu bagaimana denganku? Apa kau tak berfikir jika aku lebih terluka? "
"Kau lelaki, aku yakin kau tidak selemah dia. "
Yohan bungkam. Dia tidak percaya apa yang dikatakan Yuvin. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu, Yohan kecewa.
"Yohan, aku masih mencintaimu. Hanya saja.. "
"Hanya saja saat ini cintamu tidak sepenuhnya untukku, kau telah membaginya dengan orang lain bukan? "
"Maafkan aku! "
"Peluk aku! " pinta yohan tiba-tiba.
"Huh? "
"Sebentar saja! "
Yuvin mengangguk dan membawa Yohan dalam pelukannya. Beberapa menit berlalu dengan posisi masih seperti itu. Tak ada satu katapun yang terucap dari keduanya. Mereka hanya menutup mata dan memahami perasaan masing-masing. Tak ada yang berubah, pelukan ini masih sama dengan pelukan pertama keduannya. Masih menciptakan kehangatan dan menimbulkan debaran yang sama.
Yohan menjadi yang pertama melepaskan pelukannya.
"Segalanya masih terasa sama. Beberapa hari yang lalu aku selalu bisa merasakan pelukan hangat ini. Tapi ntah untuk kedepannya, aku rasa ini yang terakhir.!" ucap Yohan mencoba untuk tidak gemetar.
"Apa kita akan benar-benar berakhir? " tanya Yuvin.
"Kau tidak bisa melepasnya, maka kau harus melepasku."
"Apa kau baik-baik saja? " tanya Yuvin khawatir.
"Tentu, seperti katamu, aku lelaki jadi aku akan lebih kuat darinya."
"Maaf! "
"Sudah kubilang tak perlu meminta maaf. Semua ini terjadi karna aku yang kurang memperhatikanmu. Wajar saja kau berpaling pada yang lain."
"Yohan, apa begitu mudah melepaskan ku?"
"Tentu tidak, tapi mau bagaimana lagi? Aku rasa kau lebih bahagia dengannya. Jika aku bersikeras memaksamu untuk memilihku, bukankah aku terlalu egois?."
"Tapi setidaknya kau berusaha meyakinkanku untuk mempertahankanmu! "
Yohan menghela nafas dalam
"Yuvin, Cobalah berpikir bijak, ketika kita memaksakan cinta, apakah itu merupakan wujud dari ketangguhan untuk berkorban? Sebaliknya, ketika kita melepaskan dan membebaskan perasaan, maka disitulah kita mendapatkan esensi dari berkorban. Kita rela mengorbankan keegoisan untuk bertahan demi cinta yang lebih besar. Ikhlas dan rela adalah kunci untuk memupuk cinta yang membebaskan bukan mengekang."
Yuvin terdiam mendengar jawaban Yohan.
"Jadi, alih-alih menyakiti banyak orang, cobalah berusaha menjadikannya satu kesatuan dengan akhir yang menyenangkan. Kau telah memutuskan untuk memilihnya jadi biarkan aku yang pergi, tidak.. Bukan karena aku berhenti mencintaimu tetapi karena aku terlalu mencintaimu. Selama kau bahagia dengannya, aku akan lebih merasa bahagia! "
"Yohann,, ma.. "
"Jangan meminta maaf lagi. Aku merasa buruk.!"
Mereka terdiam sesaat. Hingga suara seseorang menyapa indra pendengaran mereka.
"Yuvinnn! "
Yuvin menoleh ke sumber suara. Tidak dengan Yohan, dia menghela nafas lelah. Dia tau siapa orang itu. Dia adalah orang yang telah membuat hubungannya dengan Yuvin kandas begitu saja.
"Aku mencarimu kemana-mana tapi kau malah disini, ayo pergi aku sudah terlambat. " ucap perempuan itu seraya memeluk lengan Yuvin.
Yuvin memandang Yohan sekilas yang tengah menatapnya dalam dengan senyumannya. Senyuman yang berhasil membuat dia jatuh cinta. Ada rasa sakit dalam hatinya melihat tatapan mata Yohan. Tatapan itu seakan mengisyaratkan luka dan kekecewaan. Yuvin tak sanggup lagi melihatnya.
"Pergilah, atau kekasihmu akan merajuk! " ucap Yohan seraya menepuk pelan bahu Yuvin.
"Aku pergi, maafkan aku! "
Yohan mengangguk dengan senyuman palsunya. Ia menatap punggung Yuvin yang mulai menjauh dari pandangannya. Rasanya dia ingin berlari merengkuh pria itu dan memohon untuk tidak meninggalkannya. Tapi ia tidak mampu untuk itu. Air mata kembali mengalir dari pelupuknya. Ia ingin marah tapi pada siapa.. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menangis sejadi-jadinya.
Sad ending lagi kan wkwk
Yang mau req cast selanjutnya sok komen!Oh ya, buat anak"nya YuvinxYohan jangan lupa baca cerita sebelah juga ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pdx101ShortStory
Ficção AdolescenteBerisi kumpulan short story yang cast nya diambil dari couple" Pdx101. WARNING!! BXB!!