i'll go (ByungchanxSeungwoo)

855 101 21
                                    

Seungwoo melangkahkan kakinya tergesa-gesa ia berusaha mengejar seseorang yang berada jauh di depannya. Dengan langkah setengah berlari ia berusaha untuk menggapai pundak orang itu, ia mengulurkan tangan kanannya, sambil meneriaki nama orang itu. Tapi nihil, orang itu sama sekali tidak menghiraukan panggilannya, panggilannya itu seakan tidak penting. Langkah Seungwoo terhenti saat tiba-tiba org yang sedari tadi dikejarnya berhenti.

“Mau apa kau? Kenapa kau mengikutiku sampai sini?” tanya orang itu tanpa menoleh ke belakang.

Seungwoo menatap sendu punggung orang yang bernama Byungchan itu, pemuda yang 2 tahun lalu resmi menjadi kekasihnya. Pemuda yang dulu selalu ada bersamanya, tapi tidak dengan sekarang. Tepatnya 3 bulan terakhir ini.

"Chan, sampai kapan kita seperti ini? Kamu ada masalah apa sih sebenarnya? Kalau kamu ada masalah cerita ke aku, siapa tahu aku bisa bantu” ucap Seungwoo sambil bertanya dalam hati apa gerangan yang terjadi pada kekasihnya itu? Apa ada masalah besar yang menimpa pemuda itu? Entah, Seungwoo hanya bisa menerka tak menentu.

“Tau apa kau tentang masalahku? Memang kau siapa sehingga aku harus membagi setiap keluh kesahku denganmu? Dan apa kau bisa membantuku keluar dari masalahku ini? Kurasa jawabannya adalah tidak” ucap Byungchan dingin, bahkan ia tak menoleh sedikit pun ke arah Seungwoo.

Seungwoo membuang napas perlahan, sebenarnya apa salahnya? Apa dia secara tak sengaja sudah menyakiti Byungchan? Sehingga pemuda itu enggan menoleh ke arahnya sebentar saja, bahkan pemuda itu berbicara dengan nada yang dingin.

“Aku memang tidak tahu apa masalahmu, tapi setidaknya ceritalah denganku. Bagilah kesedihanmu itu denganku, karena kita sepasang kekasih” pinta Seungwoo. Sekuat mungkin dia bertahan, melawan rasa sakit yang sedari tadi melanda hatinya. Berusaha tetap tegar menerima semua ucapan dingin Byungchan.

“Kekasih? Kurasa itu dulu tidak dengan sekarang!” bagai dihantam oleh pedang tajam perkataan Byunchan barusan membuat hati Seungwoo terluka hebat. Ia menggeleng lemah.

“Tapi kenapa?” tanya Seungwoo lirih, pelupuk matanya sudah tergenang air mata yang siap jatuh kapan saja.

“Karena aku… Bosan denganmu!” jawab Byungchan tanpa beban. Dia meletakkan tangan kirinya ke dalam saku celana kemudian berlenggang pergi meninggalkan Seungwoo tanpa melihat sedikit pun ke arah Seungwoo yang kini tak berdaya.

Seungwoo tersenyum pedih menatap punggung Byungchan yang mulai menjauh dari pandangannya, seburuk itukah dirinya? Bahkan sampai percakapan terakhir mereka berdua, pemuda itu enggan menengok ke arahnya sedetik saja.

Seungwoo mengusap air matanya yang entah jatuh sejak kapan. Ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga semuanya cepat selesai, ia berharap Byungchan yang dulu kembali.

Daun bergoyang tertiup angin, mengombang-ambingkan rasa gundah. Dinding-dinding hampa menyerukan namamu.
Kembalilah!.

Seungwoo menutup laptopnya, sudah seminggu ini Byungchan tidak memberinya kabar. Apa hubungan mereka memang benar-benar sudah berakhir? Seungwoo menyenderkan kepalanya ke tembok kamar, sekali lagi ia mengecek ponselnya siapa tahu Byungchan tiba-tiba menghubunginya tapi nihil, tak ada satupun pesan dari Byungchan untuknya. Seungwoo termenung menatap selembar foto yang entah sejak kapan ada digenggamannya, itu adalah foto Byungchan yang ia ambil secara diam-diam. Seungwoo tersenyum miris menatap foto tersebut, hatinya tersayat, air matanya meruntuhkan pertahanannya. Buliran mutiara jatuh semakin deras membasahi kedua pipinya. Mungkin dengan air mata semua rasa perihnya bisa terhapus. Kini dia beralih kepada jam weker berbentuk jamur yang terletak diatas laci. Pukul 14:00 sudah saatnya dia minum obat, sejujurnya ia sudah muak harus meminum obat setiap hari, tapi mau gimana lagi. Seungwoo mengambil tabung kecil yang berisi tablet, juga beberapa pil yang terbungkus kertas berwarna silver. Ia meminum obatnya sambil mengernyit dengan mata tertutup. Kenapa obat ini rasanya tak berubah? Tetap pahit dan semakin hari semakin pahit. Sepahit kehidupannya saat ini.

Sementara itu di luar sana seorang wanita paruh baya menatap sendu ke dalam kamar Seungwoo yang tidak tertutup, dia adalah Mamanya. Mama tersenyum menatap anaknya yang mulai beranjak dewasa, anak laki-laki sematawayangnya.

"Semoga kau sehat selalu nak! " batin mama.

Hadirlah wahai angin
Menyapa langit yang bergemuruh
Agar cintaku terus terpaut
Kuharap sedikit waktumu.

Byungchan membuka ponselnya yang tadi sempat berdering dia memutar bola matanya malas, mau apa lagi pria itu? Pikirnya. Pria yang dimaksud adalah Seungwoo mantan kekasih yang dia putuskan secara sepihak.

"Tolong, temuin aku di danau sekarang juga. Aku mohon Chan, sekali ini saja!"

Byungchan berdecak malas setelah dia membaca pesan singkat dari Seungwoo. Tapi Byungchan berpikir tidak ada salahnya dia menemui pria itu untuk yang terakhir kalinya. Byungchan langsung beranjak dari kasurnya dia menyambar kunci mobil yang ada di atas laci meja dan bergegas menuju danau.

10 menit kemudian Dia telah sampai di danau. Suasana danau sore ini berbeda dari biasanya, sore ini danau terlihat lebih indah dengan airnya yang bening dan tenang juga beberapa pengunjung yang ada di sini. Cukup ramai tapi tidak terlalu sesak. Byungchan melangkahkan kakinya mendekati seorang pria yang tengah asyik melempari kerikil ke dalam danau.

“Apa aku lama?” tanya Byungchan setelah mengambil duduk disamping Seungwoo.

“Tidak” jawab Seungwoo singkat.

Setelah itu hening menyelimuti mereka, tak ada satupun pembicaraan yang terdengar. Hanya suara angin dan tawa anak-anak yang kebetulan bermain di sekitar mereka berdua. Seungwoo masih dengan kebisuannya dia tak berbicara sedikit pun pada Byungchan, dia masih setia menatap danau yang tenang. Sedangkan Byungchan mulai bosan karena sedari tadi dia menganggur hanya mencabuti rumput liar di sekelilingnya.

“Sebenarnya apa yang kau mau? Kenapa kau menyuruhku kemari?” tanya Byungchan memecah keheningan.

“Sssttt…. Untuk saat ini diam dan jangan berkata satu kata pun!” bukannya menjawab pertanyaan Byungchan, Seungwoo justru menyuruhnya untuk diam.

Mendengar itu Byungchan menjadi kesal, untuk apa tadi dia kemari jika ujungnya dia hanya disuruh diam seperti patung. Tidak ada guananya. Byungchan menyesal menemui Seungwoo disini.

“Apa kau mempermainkanku? Kau membuang waktuku!” ucap Byungchan.

Byungchan melangkah meninggalkan Seungwoo sendiri di sana. Tak ada gunanya dia di sini jika hanya disuruh untuk diam saja.

“Sunsite” langkah Byungchan terhenti saat dia mendengar Seungwoo mulai berbicara.

“Kau ingat itu Chan? Dulu kita selalu menikmati senja bersama disini” ucap Seungwoo, dia masih ingat masa lalunya yang indah bersama Byungchan.

Senja, adalah favorit mereka berdua saat masih bersama dulu.

“Byungchan, boleh aku meminta sesuatu. Ah aku janji ini permintaan terakhirku” ucap Seungwoo.

“Apa?” tanya Byungchan.

“Duduk di sampingku, dan izinkan aku untuk bersender di pundakmu hingga senja bergantikan dengan malam” ucap Seungwoo penuh harap.

Tanpa banyak berkata Byungchan langsung duduk di samping Seungwoo.

Seungwoo menyenderkan kepalanya di pundak Byungchan. Nyaman, pikirnya.

“Kau ingat tidak kau pernah berkata padaku bahwa senja bukanlah penutup melainkan pembuka lembaran baru. Kau selalu bilang bahwa senja adalah saat dimana dimulainya kisah yang baru” ucap Seungwoo.

“Ya itu benar, senja bukanlah akhir melainkan awal dari kisah yang baru. Maafkan aku saat itu aku memutuskanmu secara sepihak, dan aku juga tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Maaf, tak ada lagi rasa untukmu yang kurasakan seperti dulu. Aku tak mau memaksakan cinta ini, aku tak ingin kau tersakiti oleh perasaanku suatu hari nanti” terang Byungchan, ada rasa lega saat dia mengatakan kata ‘maaf’ pada Seungwoo, setidaknya dia tidak menyimpan rasa bersalah lagi.

“Ya, aku tahu dan aku juga berterimakasih karena kau mau meluangkan sedikit waktumu untukku. Terimakasih juga karena telah mengambil peran dalam perjalanan hidupku, kau sudah menjadi yang terbaik selama 2 tahun ini, terimakasih. Sekarang senjaku telah menjemputku. Aku akan pergi. Selamat tinggal Byungchan, hari baru akan tiba sebentar lagi. Aku harap kau tetap bahagia.” ucap Seungwoo kemudian mulai menutup matanya perlahan, bukan untuk sementara tapi untuk selamanya.


Next chap mau siapa? Komen sok!

Pdx101ShortStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang