12. GELOMBANG KENANGAN

15.4K 1.4K 79
                                    

12. GELOMBANG KENANGAN

“Gue masih ingat semuanya. Dari detik ke detik.”

“Sas!” panggil Aarav ketika melihat Prasasti dari Arah yang berlawanan di koridor sekolah.

Namun respon Prasasti berbanding terbalik dengan apa yang di harapkan Aarav. Gadis itu justru tidak berbalas merespon Aarav atau bahkan sekadar untuk menoleh pada Aarav. Prasasti tetap berjalan melewati Aarav begitu saja.

Merasa ada yang aneh, Aarav berbalik dan menyusul langkah Prasasti. Keduanya kini berjalan beriringan. Meskipun Aarav ada di sampingnya. Tetap saja Prasasti tidak memerdulikannya.

“Lo masih sakit?” tanya Aarav. Lagi lagi Prasasti mendiamkannya.

“Lo kenapa diemin gue?” tanya Aarav. Seharusnya, setelah kejadian kemarin Prasasti menjadi lebih dekat dengannya bukan?

“Atau lo diemin gue gara-gara si bule gadungan itu?” tebak Aarav.

“Bukan urusan lo!” ketus Prasasti tanpa menoleh pada Aarav.

“Kalau ngomong sama gue tatap gue! Jangan alihin pandangan lo!” ujar Aarav tidak suka Prasasti mengacuhkannya.

“Gue lagi buru—” ucapan Prasasti tersekat ketika Aarav menarik sebelah tangannya membuat Prasasti langsung menghadap pada Aarav.

“Buru-buru buat hindarin gue?” ucap Aarav melanjutkan ucapan Prasasti tadi.

“Lepasin tangan gue,” pinta Prasasti masih bersikap biasa.

“Kalau gue nggak mau?” Aarav menatap Prasasti datar. Mencoba menantang gadis di depannya. “Gue nggak suka lo diemin.”

“Apa pentingnya gue diemin lo atau gak?” tanya Prasasti.

“Buat gue penting,” jawab Aarav. Di genggamnya pergelangan tangan Prasasti dengan tidak terlalu kuat tetapi cukup sanggup menahan Prasasti agar tidak pergi. Aarav tidak peduli dengan tatapan dari orang-orang yang melintas di koridor sekolah.

“Setelah gue bawa lo ke danau kemarin lo kira lo gak penting buat gue?” tanya Aarav membuat Prasasti mengerutkan dahinya, merasa bingung.

“Gue rela bolos sekolah dan pergi jauh-jauh ke rumah lo karena gue khawatir sama lo. Itu juga lo pikir gak penting?” tanya Aarav.

“Maksudnya?” bingung Prasasti.

“Lo masih juga belum paham sama maksud gue?” tanya Aarav semakin mendekat pada Prasasti dengan tangan yang terus menggenggam pergelangan tangan kanan Prasasti.

Prasasti semakin bingung. Karena perkataan Aarav dari tadi membuatnya ambigu. Prasasti sebelumnya tidak pernah mengalami dalam situasi seperti ini.

“Gue gak suka basa-basi. Gue suka sama lo. Gue mau lo jadi milik gue,” ucap Aarav secara tiba-tiba membuat Prasasti terkejut.

Bahkan orang-orang yang tengah melintas di koridor juga merasa terkejut dan tidak percaya oleh pernyataan Aarav barusan. Seorang Aarav Denta Karanva yang sejatinya tidak peduli dengan seorang perempuan. Kini mengungkapkan perasaannya pada gadis yang dikenal pendiam. Beberapa orang di koridor yang mengetahui peristiwa itu langsung pergi untuk menyebar luaskan kabar ini.

Aarav Denta Karanva sang ketua Ascargo menyukai gadis bernama Prasasti Mahatta.

“Gu—gue gak bisa,” ucap Prasasti tidak tahu harus bicara apa lagi. Situasi ini sangat sulit untuknya.

“Gue tau lo pasti gak akan langsung terima sama pernyataan gue,” balas Aarav.

“Tapi, sampai kapan lo bisa nolak gue, Sas?” tanya Aarav dengan seringai di bibirnya yang tidak pernah Aarav tunjukkan sebelumnya.

Aarav's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang