34. BIOLUMINESCENCE

9.9K 985 202
                                    

34. BIOLUMINESCENCE

“Kita mau pergi kemana?” tanya Prasasti.

Aarav masih fokus menyetir, pandangannya lurus pada jalanan di depannya. Sejak tadi Aarav belum memberitahu tujuannya akan kemana. Prasasti mengarahkan tatapannya pada pemandangan luar dari kaca jendela mobil, mencoba mengenali jalanan yang dilalui.

“Gue bakal bawa lo ke tempat yang sama sekali belum pernah lo lihat sebelumnya,” balas Aarav.

“Kemana?” tanya Prasasti sembari berpikir tempat mana yang belum pernah Prasasti kunjungi selama ini.

“Laut,” jawab Aarav.

“Aarav, gue udah pernah ke laut,” ujar Prasasti.

“Tapi kali ini lautnya beda,” tukas Aarav.

Prasasti mengerutkan dahinya. Setahu Prasasti laut tidak pernah berubah selalu sama. Mungkin hanya berubah kala pasang surut.

“Lo pernah denger fenomena bioluminescence?” tanya Aarav.

Prasasti menggeleng. “Fenomena apa itu?”

“Kalau kita udah sampai di laut, nanti lo pasti tahu.”

****

Dari kejauhan Prasasti sudah dapat mendengar deru ombak laut yang saling menghantam. Semakin berjalan mendekati pesisir laut, Prasasti juga mulai bisa melihat ombak laut. Namun pemandangan laut di malam ini benar-benar berbeda.

 Namun pemandangan laut di malam ini benar-benar berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ombat laut kini dihiasi oleh cahaya biru. Prasasti merasa sangat takjub dengan peristiwa itu. Baru kali ini Prasasti tahu ombak laut bisa bercahaya biru dengan sangat indah. Cahaya bintang-bintang di langit juga ikut menghiasinya. Laut malam yang semestinya gelap gulita justru menjadi indah dan bercahaya karena efek dari cahaya-cahaya biru dari ombak laut dan dari bintang-bintang di langit.

“Ayo,” ajak Aarav seraya menggenggam tangan Prasasti untuk ikut bersamanya mendekati pesisir laut.

“Gue lihat lautnya dari sini aja,” ujar Prasasti, menahan dirinya.

“Kenapa?” bingung Aarav.

Aarav mengamati wajah Prasasti yang tampak mulai khawatir dan pucat. Bahkan telapak tangannya yang di genggam oleh Aarav terasa dingin. Menangkap raut wajah yang seperti itu. Aarav jadi tahu kenapa Prasasti tidak ingin mendekati pesisir pantai.

“Lo takut sama ombak laut?” tebak Aarav.

Prasasti diam, meski Prasasti sudah lebih dari satu kali mengunjungi laut. Tapi, ketakutan akan ombak laut masih selalu ada. Selama ini yang ada dipikiran Prasasti jika menyentuh ombak laut maka Prasasti akan terseret lalu hanyut dan tenggelam.

Aarav mengusap pelan punggung tangan Prasasti yang sedang di genggamnya. Kedua mata Aarav menatap lekat-lekat wajah cemas Prasasti.

“Gue janji, gue bakal jagain lo. Percaya sama gue,” ucap Aarav berusaha menghilangkan sedikit rasa takut Prasasti akan ombak laut.

Aarav's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang