46. SALWA MAHATTA

10K 1K 265
                                    

46. SALWA MAHATTA

“Kak Zayn kenapa keras kepala banget sih?” kesal Gretha karena Zayn sama sekali tidak mau mendengarkan sarannya untuk membiarkan Prasasti bersama Aarav.

“Udah berapa kali gue bilang? Gue nggak mau ngelepas Prasasti buat siapapun!” ucap Zayn semakin keras kepala.

Percuma saja Gretha bicara panjang lebar menghabiskan pita suaranya. Zayn tetaplah Zayn yang keras kepala. Kakaknya itu tidak akan mau mendengarkan saran siapapun. Gretha ingin membantu Prasasti agar bisa lepas dari Zayn dan bisa bersama Aarav kembali. Gretha melakukan itu untuk menebus kesalahan-kesalahannya pada Prasasti sebelumnya.

“Prasasti nggak bahagia sama Kak Zayn! Cuma kak Aarav yang bisa bikin Prasasti bahagia!” ujar Gretha berusaha membuat Zayn untuk mengerti.

“Kak Zayn lihat Prasasti baik-baik! Prasasti sekarang sakit itu juga gara-gara Kak Zayn yang terus paksa dia,” ujar Gretha lagi.

Zayn menatap Prasasti yang terbaring lemah sambil memejamkan matanya di atas tempat tidur. Setelah Aarav pergi tadi. Tidak lama setelah itu, Prasasti jatuh pingsan. Dokter Sabrina yang sudah memeriksa Prasasti tadi berkata kalau Prasasti terlalu banyak pikiran dan kelelahan. Itu tentu saja tidak baik untuk kesehatan Prasasti. Semenjak peristiwa satu tahun lalu, Prasasti menjadi mudah jatuh sakit. Prasasti sebenarnya juga tidak boleh terlalu banyak pikiran.

“Prasasti nggak pernah bahagia sama Kak Zayn. Seharusnya kalau Kak Zayn sayang sama Prasasti. Biarin Prasasti bahagia sama kak Aarav,” ujar Gretha.

“Apa gue mau Prasasti bahagia?” tanya Zayn.

Gretha mengerutkan dahinya. Tidak mengerti dengan perkataan Zayn tadi. “Maksud Kak Zayn?” tanya Gretha.

“Gue cinta sama Prasasti. Tapi, bukan berarti gue mau dia bahagia sama orang lain,” ucap Zayn membuat Gretha tidak bisa mengerti lagi dengan pikiran kakaknya ini.

“Kalau Kak Zayn nggak mau Prasasti bahagia sama orang lain. Buat Prasasti bahagia sama Kak Zayn. Jangan bikin Prasasti tersiksa sama aturan-aturan Kak Zayn!” ujar Gretha.

“Akan gue coba,” balas Zayn.

Prasasti beberapa kali mulai mengejapkan matanya. Prasasti sudah sadar. Ia menyentuh kepalanya yang terasa sangat pusing. Prasasti ingin mengubah posisinya menjadi duduk.

Zayn dan Gretha menghentikan perdebatan mereka ketika menoleh dan mengetahui Prasasti sudah sadar. Zayn duduk di tepi tempat tidur Prasasti, membantu Prasasti yang ingin duduk seraya bersandar di kepala kasur.

“Kepala lo pusing?” tanya Zayn. Tetapi tidak di jawab oleh Prasasti.

“Gue ke dapur dulu ambil makanan buat Prasasti,” ujar Gretha. Kemudian melangkah pergi dari dalam kamar.

“Dimana obat lo?” tanya Zayn.

“Di laci,” lirih Prasasti. Ia benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit di kepalanya.

Zayn berdiri untuk mengambil obat Prasasti dari dalam laci nakas. Zayn menemukan obat Prasasti dengan jumlah yang masih sangat banyak. Padahal seharusnya obat Prasasti tinggal setengah.

“Lo nggak pernah minum obatnya?” tanya Zayn pada Prasasti.

Prasasti terdiam. Ia memang akhir-akhir ini tidak pernah meminum obatnya lagi. Makan saja Prasasti sudah tidak teratur.

Zayn menghela nafasnya. “Lo masih dalam tahap penyembuhan. Seharusnya lo rutin minum obat. Kenapa lo nggak minum obatnya?”

“Gue lupa,” bohong Prasasti. Padahal sebenarnya Prasasti memang tidak mau meminum obatnya.

Aarav's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang